Jember, 7 Agustus 2025 — Suasana di aula SMK Raudlatut Tholabah pagi itu terasa berbeda dari biasanya. Sejak pukul 08.00 WIB, siswa-siswi kelas XI sudah berkumpul. Sedangkan, beberapa anggota Kuliah Kerja Nyata (KKN) tampak mempersiapkan materi dan peralatan.
Acara pagi itu bukan pelajaran biasa, melainkan sosialisasi pencegahan pernikahan dini yang digagas oleh KKN Kolaboratif 071, berkolaborasi dengan KKN Ibrahimi. Kegiatan ini merupakan salah satu program kerja (proker) utama tim KKN. Tujuannya sederhana namun krusial: membuka wawasan siswa tentang risiko dan dampak negatif pernikahan di usia muda, serta mengajak mereka merencanakan masa depan dengan bijak. Narasumber utama, Ikhsan, yang juga anggota KKN Kolaboratif 071, tampil percaya diri. Mengenakan batik sederhana, ia berdiri di depan layar proyektor sambil membawa pointer. Cara bicaranya tenang, sesekali diselingi humor ringan yang memancing tawa para siswa. Gaya ini membuat suasana yang awalnya kaku berubah menjadi santai namun tetap fokus pada materi. “Pernikahan itu bukan hanya soal suka sama suka, tapi soal kesiapan di banyak aspek,” ujar Ikhsan di awal pemaparannya. Ia menjelaskan bahwa kesiapan mental, emosional, dan ekonomi adalah tiga hal yang sering diabaikan ketika seseorang memutuskan menikah di usia terlalu muda.
Dalam presentasinya, Ikhsan menampilkan data dari Badan Pusat Statistik yang menunjukkan bahwa pernikahan dini masih menjadi masalah di beberapa daerah di Indonesia. Ia menyoroti bahwa di wilayah pedesaan, dorongan menikah muda sering datang dari faktor budaya, ekonomi, atau tekanan keluarga. “Banyak yang berpikir menikah bisa menyelesaikan masalah. Padahal, jika belum siap, justru masalah baru yang muncul,” tambahnya.
Kepala SMK Raudlatut Tholabah, Imron Huda, S.PdT, turut memberikan sambutan. Ia mengungkapkan rasa terima kasih kepada tim KKN yang sudah mengangkat tema penting ini. “Kami berharap anak-anak bisa mengambil pelajaran, bahwa masa muda adalah waktu yang berharga untuk belajar, mengembangkan diri, dan meraih cita-cita. Jangan tergesa-gesa mengambil keputusan besar,” katanya. Sosialisasi ini tidak hanya berupa ceramah satu arah. Tim KKN menyiapkan sesi diskusi dan tanya jawab yang membuat siswa lebih aktif. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul pun beragam, mulai dari cara menolak ajakan menikah dari keluarga, hingga bagaimana mencari kegiatan positif yang bisa mengalihkan pikiran dari tekanan sosial. Selain risiko kesehatan dan pendidikan, Ikhsan juga membahas dampak psikologis. Ia menjelaskan bahwa menikah di usia remaja berarti harus berhadapan dengan tanggung jawab besar yang mungkin belum sanggup diemban. Tekanan finansial, perbedaan pandangan, hingga rasa kehilangan kebebasan bisa menjadi beban mental.
Ikhsan menegaskan bahwa pernikahan bukanlah perlombaan. “Tidak ada hadiah untuk yang menikah lebih dulu. Kebahagiaan dalam pernikahan datang ketika kita benar-benar siap secara lahir dan batin,” ucapnya. Ia juga memberikan empat tips utama bagi siswa untuk menghindari pernikahan dini: fokus pada pendidikan, mengembangkan keterampilan, membangun lingkungan pertemanan yang positif, dan memanfaatkan waktu muda untuk kegiatan produktif. Menjelang penutupan, tim KKN Kolaboratif 071 bersama KKN Ibrahimi menyerahkan cinderamata kepada pihak sekolah sebagai bentuk apresiasi dan terima kasih atas kerja sama yang telah terjalin selama kegiatan berlangsung. Cinderamata tersebut diterima langsung oleh Kepala SMK Raudlatut Tholabah, disaksikan oleh para guru dan siswa.
Kegiatan ini membuktikan bahwa pendidikan tentang pencegahan pernikahan dini masih sangat relevan. Dengan kolaborasi antara KKN Kolaboratif 071 dan KKN Ibrahimi, pesan penting ini tersampaikan dengan cara yang efektif dan menyenangkan. Harapannya, siswa SMK Raudlatut Tholabah dapat menjadi agen perubahan di lingkungannya, membawa pengaruh positif untuk menunda pernikahan hingga mereka benar-benar siap.