Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi besar di sektor pertanian dengan berbagai komoditas unggulan yang berdaya saing tinggi. Salah satu potensi lokal yang menjanjikan adalah talas beneng (Xanthosoma undipes), tanaman khas Provinsi Banten yang kaya karbohidrat dan berpotensi menjadi pangan alternatif pengganti beras. Talas beneng memiliki nilai strategis dalam mendukung ketahanan pangan dan pengembangan agroindustri lokal, sehingga penting untuk dikembangkan sebagai inovasi pertanian unggulan Banten yang mampu meningkatkan nilai tambah dan kemandirian daerah. Talas beneng tumbuh di sekitar Gunung Karang, Pandeglang, baik liar maupun hasil budidaya. Umbinya berukuran besar dengan panjang hingga 1,5 meter dan berat mencapai 40 kilogram, berwarna coklat dengan daging kuning muda. Dengan potensi ukuran dan kandungan gizinya, talas beneng layak dikembangkan sebagai inovasi pertanian bernilai ekonomi tinggi melalui pengolahan menjadi berbagai produk pangan lokal.
Salah satu inovasi utama adalah tepung talas beneng, yang memiliki kadar air 6,10%, protein 6,70%, karbohidrat 80,70%, serta serat pangan 2,43%. Selain itu, kandungan mineralnya juga tinggi, yaitu zat besi (Fe) sebesar 16,24 mg/100 g dan seng (Zn) sebesar 7,4 mg/100 g—lebih tinggi dibandingkan standar SNI tepung terigu. Dengan nilai gizi tersebut, tepung talas beneng sangat potensial dijadikan bahan pangan olahan maupun bahan fortifikasi. Tepung ini dapat diolah menjadi berbagai produk sehat bebas gluten seperti mie, roti, kue, biskuit, dan camilan sehat, dengan tambahan bahan pengikat alami seperti pati jagung, tepung tapioka, xanthan gum, atau putih telur untuk meningkatkan elastisitas adonan. Selain tepung, keripik talas beneng juga menjadi produk unggulan yang bernilai ekonomi. Berdasarkan hasil analisis laboratorium, keripik ini memiliki kandungan air 1,51%, abu 3,46%, lemak 20,85%, protein 3,05%, karbohidrat 71,22%, dan energi sebesar 484,36 kkal per 100 gram. Kandungan serat pangan sebesar 3,56% dan beta karoten (provitamin A) sebesar 16,71 ppm menjadikan keripik talas beneng sebagai pangan bergizi yang dapat membantu menjaga kesehatan mata dan sistem kekebalan tubuh. Namun, kadar lemak yang cukup tinggi perlu diperhatikan, karena dapat menyebabkan ketengikan bila tidak ditiriskan atau dikemas dengan baik.
Pengembangan talas beneng memberikan dampak ekonomi positif bagi masyarakat lokal, terutama di Kabupaten Pandeglang. Pengolahan talas beneng menjadi tepung, keripik, dan produk olahan lainnya membuka peluang bagi usaha kecil menengah (UKM), serta meningkatkan pendapatan petani dan pelaku usaha desa. Contohnya, beberapa pelaku Industri Kecil Menengah (IKM) seperti Ibu Mariam, Ibu Jumsiati, dan Ibu Ecih dari Kampung Cinyurup, Desa Juhut, Kecamatan Karang Tanjung telah berhasil mengembangkan berbagai produk olahan talas beneng. Aktivitas ini menciptakan rantai ekonomi lokal yang berkelanjutan, mulai dari petani sebagai penyedia bahan baku, pengrajin tepung sebagai pengolah, hingga pedagang yang memasarkan produk olahan. Tetapi pengolahan talas beneng perlu memperhatikan tingginya asam oksalat yang dapat menyebabkan rasa gatal jika tidak diolah dengan benar. Diperlukan proses perendaman, pemanasan, atau fermentasi untuk menguranginya, serta peningkatan kebersihan produksi agar bebas dari E. coli dan kapang. Dengan pengolahan yang higienis dan tepat, talas beneng dapat menjadi produk unggulan Banten yang berkualitas, aman dikonsumsi, dan berpotensi memperkuat ekonomi lokal.
pengembangan talas beneng merupakan langkah strategis dalam memperkuat sektor pertanian berkelanjutan di Banten. Melalui peningkatan budidaya, penerapan teknologi pertanian modern, serta pengolahan pascapanen yang higienis dan efisien, talas beneng dapat memberikan nilai tambah bagi petani sekaligus memperkuat kemandirian pangan lokal.
SUMBER:
Budiarto, M. S., & Rahayuningsih, Y. (2017). Potensi nilai ekonomi Talas Beneng (Xanthosoma undipes K. Koch) berdasarkan kandungan gizinya. Jurnal Kebijakan Pembangunan Daerah, 1(1), 1-12.
Suwandi, A., Daulay, N., Imnur, R. H. I., Lubis, S. P. Z. L., Siregar, S. N. S., Pranata, S., & Wulandari, S. (2022). Peranan dan kendala pengembangan agroindustri di Indonesia. Jurnal Inovasi Penelitian, 2(10), 3185-3192.
Penulis: Ratu Hajratusyaqqila
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”