Awal tahun 2025 kembali menjadi ancaman serius dari Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, hingga 16 Februari 2025, tercatat sebanyak 10.752 kasus DBD dengan 48 kematian yang tersebar di hampir seluruh provinsi. Angka ini menunjukkan perubahan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.
Sebaran Kasus Meluas, 93% Wilayah Terpapar
Lebih dari 93 persen kabupaten/kota di Indonesia mengalami kejadian DBD yang tinggi. Beberapa daerah yang menonjolkan hal-hal yang mencolok antara lain:
Palembang: Tercatat 50 kasus DBD sepanjang Januari 2025 , dengan wilayah Sukarami sebagai penyumbang tertinggi.
Aceh: Pada tahun 2024 lalu, Aceh mencatat 3.400 kasus DBD dengan 22 jiwa, angka ini meningkat drastis dibandingkan tahun sebelumnya.
Beberapa faktor utama yang menyebabkan peningkatan tajam kasus DBD tahun ini antara lain:
Perubahan Iklim: Suhu yang lebih tinggi meningkatkan aktivitas nyamuk Aedes aegypti. Pada suhu 33°C, nyamuk dapat menggigit setiap dua hari sekali, mempercepat siklus penularan.
Musim Hujan: Curah hujan yang tinggi menciptakan banyak kumpulan udara yang menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk.
Kurangnya Kesadaran: Banyak masyarakat masih mengalami demam awal, sehingga terlambat mendapat penanganan medis dan komplikasi yang berisiko.
Data Kemenkes juga mengungkap bahwa anak-anak usia 5–14 tahun menjadi kelompok paling rentan, mencakup 45% dari jumlah kematian akibat DBD, diikuti oleh anak usia 1–4 tahun sebanyak 21%.
Untuk mengatasi hal ini, pemerintah terus menggiatkan program Gerakan 3M Plus : Menguras, Menutup, Mendaur ulang, ditambah dengan fogging, abatisasi, dan edukasi masyarakat. Selain itu, pemberitaan demam berdarah mulai dilakukan meski belum masuk dalam program imunisasi nasional atau ditanggung BPJS. Juga dilakukan strategi nasional penanganan DBD yang meliputi pengendalian vektor, peningkatan akses dan mutu tata laksana penyakit DBD, serta kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat.
Peningkatan drastis kasus DBD di awal tahun 2025 harus menjadi peringatan bagi semua pihak. Selain pemerintah, peran aktif masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan, mengenali gejala dini, dan segera mencari bantuan medis sangat krusial untuk menekan angka penyebaran dan kematian akibat DBD.
Mari waspada dan jaga lingkungan sekitar agar terhindar dari wabah DBD yang mematikan ini.