Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Bela Negara tidak hanya identik dengan dunia militer, tetapi juga menjadi tanggung jawab seluruh warga negara, termasuk mahasiswa yang belajar di bidang Manajemen. Bela Negara dipahami sebagai sikap dan tindakan yang dilandasi cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, keyakinan terhadap Pancasila sebagai ideologi, serta kerelaan berkorban demi kepentingan bangsa dan negara. Bagi mahasiswa manajemen, nilai-nilai ini sangat penting karena kelak akan menjadi pengelola organisasi, perusahaan, maupun lembaga publik yang berpengaruh terhadap perekonomian dan kesejahteraan masyarakat (Azzahra et al., 2024)[1].
Sebagai calon manajer, mahasiswa manajemen dapat mengimplementasikan cinta tanah air melalui pilihan sikap dan keputusan dalam kegiatan akademik maupun organisasi. Cinta tanah air dapat tampak ketika mahasiswa lebih tertarik mengkaji dan membantu pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) lokal, bukan hanya tertarik pada perusahaan multinasional semata (Kurniawan et al., 2025)[2]. Misalnya, dalam tugas kuliah, mahasiswa bisa menyusun studi kasus tentang strategi pemasaran produk daerah, pendampingan sederhana bagi pelaku usaha lokal, atau membuat rencana bisnis yang memanfaatkan potensi sumber daya alam Indonesia secara bertanggung jawab. Sikap ini menunjukkan bahwa ilmu manajemen yang dipelajari bukan hanya untuk keuntungan pribadi, tetapi juga untuk kemajuan ekonomi nasional (Mayudho & Supriyanto, n.d.)[3].
Kesadaran berbangsa dan bernegara juga dapat terlihat dalam cara mahasiswa memandang keputusan manajerial. Manajemen tidak hanya berbicara soal efisiensi dan laba, tetapi juga tentang dampak sosial dan lingkungan dari setiap keputusan (Natawiria, 2009)[4]. Mahasiswa manajemen perlu menyadari bahwa praktik bisnis yang tidak mematuhi aturan, merusak lingkungan, atau merugikan konsumen pada akhirnya akan melemahkan fondasi bangsa sendiri. Oleh karena itu, kebiasaan sederhana seperti mematuhi aturan kampus, menolak kecurangan dalam ujian, dan menghindari plagiasi dalam tugas merupakan wujud awal Bela Negara di lingkungan akademik. Sikap disiplin, jujur, dan bertanggung jawab inilah yang kelak diharapkan terbawa saat bekerja dan memimpin organisasi (Indra et al., 2024)[5].
Pancasila sebagai dasar negara juga dapat dijadikan pedoman dalam praktik manajemen. Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab mendorong manajer untuk memperlakukan karyawan dengan hormat, memberikan hak yang layak, dan menghindari diskriminasi dalam perekrutan maupun promosi jabatan. Nilai persatuan Indonesia mengingatkan agar organisasi tidak memecah belah masyarakat, misalnya dengan kampanye yang menyinggung suku, agama, atau golongan tertentu (Sulistio et al., 2021)[6]. Nilai kerakyatan mengarah pada pengambilan keputusan yang partisipatif dan transparan, sedangkan nilai keadilan sosial mendorong perusahaan untuk tidak memonopoli pasar dan memberikan kontribusi bagi masyarakat sekitar, misalnya melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Mahasiswa dapat belajar menerapkan nilai-nilai ini ketika mengelola organisasi kemahasiswaan, proyek kelompok, maupun kegiatan event kampus (Darmawan et al., n.d.)[7].
Rela berkorban dalam konteks ilmu manajemen bukan selalu berarti pengorbanan fisik, tetapi kesediaan menempatkan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi yang sempit. Mahasiswa yang rela meluangkan waktu untuk menyelesaikan tugas kelompok dengan sungguh- sungguh, membagi pengetahuan kepada teman yang tertinggal, atau tetap jujur meskipun ada kesempatan untuk curang, sedang mempraktikkan semangat Bela Negara. Dalam dunia kerja, sikap rela berkorban tampak pada manajer yang berani menolak praktik korupsi, tidak memanipulasi laporan keuangan, dan tetap taat membayar pajak karena menyadari bahwa pajak menjadi salah satu sumber pembiayaan pembangunan nasional. Sikap ini mungkin terasa berat di awal, tetapi justru menjadi investasi moral yang penting bagi kekuatan bangsa (Ginting, 2023)[8].
Implementasi prinsip-prinsip Bela Negara oleh mahasiswa jurusan manajemen dapat terjadi melalui aktivitas pengabdian kepada masyarakat. Beragam jenis pengabdian, seperti memberikan kursus manajemen keuangan dasar untuk pelaku UMKM, mendukung administrasi organisasi masyarakat, atau mengajarkan konsep-konsep dasar mengenai kewirausahaan kepada tiap pemuda desa, adalah contoh nyata sumbangsih ilmu manajemen dalam memperkuat kemandirian ekonomi masyarakat (Indra et al., 2024) [9]. Aktivitas semacam ini baiknya tidak hanya melatih keterampilan praktis dalam manajemen, tetapi juga membangun rasa empati, kepedulian sosial, dan kebanggaan terhadap kemampuan bangsa kita.
Akhirnya, penerapan prinsip-prinsip Bela Negara dalam bidang Manajemen adalah suatu proses yang terus-menerus dan harus dimulai sejak masa kuliah. Mahasiswa harus menyadari bahwa pengetahuan yang mereka peroleh sangat berpengaruh terhadap kebijakan dan praktik dunia bisnis di masa yang akan datang. Apabila ilmu manajemen digabungkan dengan nilai cinta tanah air, kesadaran berbangsa, pengamalan Pancasila, dan sikap untuk berkorban, maka akan dihasilkan lulusan yang bukan hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki karakter dan bertanggung jawab terhadap masa depan Indonesia. Oleh karena itu, konsep Bela Negara dalam manajemen bukan hanya sekadar slogan, tetapi harus tercermin dalam setiap keputusan, tindakan, dan kontribusi nyata yang memperkuat ekonomi dan ketahanan negara.
Melihat kondisi sehari-hari, banyak nilai-nilai cinta tanah air yang belum sepenuhnya diinternalisasi oleh masyarakat dan kalangan mahasiswa. Contohnya, kecintaan kepada negara seringkali hanya tampak saat upacara atau pada perayaan tertentu, tetapi tidak terlihat dalam perilaku sehari-hari dalam menjaga lingkungan, mematuhi peraturan, atau mendukung produk lokal. Masih kerap dijumpai sikap membuang sampah sembarangan, melanggar peraturan lalu lintas, atau lebih memilih menggunakan barang impor meskipun kualitas barang dalam negeri juga baik. Hal- hal yang tampak sepele tersebut sesungguhnya mencerminkan bahwa rasa kepedulian terhadap bangsa dan negara masih perlu ditingkatkan.
Di kalangan pelajar, masih sering terlihat perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai cinta tanah air, seperti kurangnya disiplin, kecenderungan untuk menyontek, tindakan plagiasi tugas, atau terlibat dalam penyebaran informasi yang tidak benar tanpa memverifikasi kebenarannya. Sementara itu, seharusnya mahasiswa menjadi panutan bagi generasi yang berpendidikan, yang menghargai kejujuran, memiliki rasa tanggung jawab, dan mampu berpikir kritis. Ketika nilai-nilai integritas, moralitas, dan kepedulian terhadap masyarakat belum diterapkan, semangat untuk membela negara akan melemah, meskipun secara verbal semua mengklaim mencintai Indonesia. Oleh karena itu, memperbaiki aspek-aspek kecil dalam perilaku sehari-hari merupakan langkah krusial agar nilai-nilai cinta tanah air tidak hanya menjadi sebuah konsep, tetapi benar-benar terwujud dalam tindakan nyata oleh masyarakat dan mahasiswa.
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”










































































