Garut, 14 Desember 2025 – Di tengah padatnya aktivitas dan waktu istirahat yang seharusnya dinikmati pada hari Minggu, Pak Insan Faisal Ibrahim, S.Pd tetap menunjukkan dedikasi tinggi terhadap dunia pendidikan. Ia secara aktif menyelenggarakan sarana tukar pikiran dan diskusi bersama para guru Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah se-Kecamatan Bayongbong. Kegiatan tersebut dilaksanakan di Gedung PGRI Cabang Bayongbong dan diikuti oleh sejumlah guru yang memiliki kepedulian besar terhadap peningkatan kualitas profesi pendidik.
Pak Insan bukanlah sosok asing di dunia pendidikan Kabupaten Garut. Ia dikenal sebagai Fasilitator Daerah Kabupaten Garut, Instruktur Literasi, sekaligus Guru Madrasah Ibtidaiyah yang aktif dan inspiratif. Berkat konsistensi dan kepeduliannya terhadap peningkatan kompetensi guru, Pak Insan mampu menjalin kedekatan yang erat dengan organisasi profesi guru, khususnya PGRI. Kedekatan inilah yang membuatnya mendapatkan kepercayaan untuk memfasilitasi berbagai kegiatan pengembangan profesional guru di tingkat kecamatan hingga daerah.
Dalam kegiatan ini, Pak Insan bertindak sebagai fasilitator utama yang memandu jalannya diskusi dengan suasana santai namun bermakna. Ia menjelaskan secara mendalam tentang peran strategis guru di era saat ini, serta bagaimana menjadi guru profesional meskipun belum memiliki sertifikat pendidik atau belum berstatus sebagai abdi negara PNS/ASN. Menurutnya, profesionalisme guru tidak semata-mata ditentukan oleh status administratif, melainkan oleh sikap, integritas, dan kesungguhan dalam mendidik. “Guru profesional itu bukan hanya soal sertifikat atau status ASN. Profesionalisme lahir dari cara kita mengajar, cara kita belajar, dan cara kita bertanggung jawab terhadap peserta didik,” ungkap Pak Insan dalam sesi diskusi.

Kegiatan berlangsung sangat menarik karena komunikasi terjalin secara dua arah. Para guru diberikan ruang untuk menyampaikan pengalaman, gagasan, hingga tantangan yang mereka hadapi di lapangan. Pak Insan dengan terbuka merespons setiap pertanyaan, memberikan penguatan, serta solusi berdasarkan pengalaman nyata yang pernah ia jalani selama bertahun-tahun berkecimpung di dunia pendidikan.
Tekad kuat Pak Insan terhadap profesi guru membuatnya tidak pernah merasa lelah, apalagi bosan, untuk terus berbagi dengan sesama pendidik. Bagi beliau, berbagi bukan sekadar menyampaikan materi, melainkan bentuk kepedulian dan tanggung jawab moral terhadap kemajuan dunia pendidikan. Dalam setiap kesempatan diskusi, Pak Insan dengan terbuka membagikan perjalanan panjang kariernya di dunia pendidikan yang dimulai dari menjadi guru Taman Kanak-Kanak, kemudian mengajar di Sekolah Dasar, hingga Sekolah Menengah Pertama. Setiap jenjang pendidikan yang pernah ia lalui memberinya sudut pandang yang berbeda tentang karakter peserta didik, metode pembelajaran, serta tantangan yang dihadapi guru di lapangan. Ragam pengalaman tersebut menjadi bekal berharga yang ia sampaikan kepada para peserta diskusi sebagai bahan refleksi dan inspirasi. Ia menekankan bahwa proses menjadi guru yang baik tidak bisa instan, melainkan membutuhkan waktu, ketekunan, kesabaran, serta keikhlasan dalam menjalani setiap tahapnya. Melalui cerita-cerita nyata yang ia alami sendiri, para peserta diajak untuk memahami bahwa kesulitan, kegagalan, dan keterbatasan justru sering menjadi guru terbaik dalam membentuk profesionalisme seorang pendidik. “Berbagi pengalaman itu indah. Dari pengalaman nyata, kita bisa belajar banyak hal yang tidak selalu kita dapatkan dari buku,” tutur Pak Insan.
Menurutnya, teori dan referensi akademik memang penting sebagai landasan, namun tanpa pengalaman langsung di lapangan, pemahaman seorang guru akan terasa kurang utuh. Ia pun menegaskan bahwa sebaik-baiknya ilmu yang berharga sering kali lahir dari proses nyata di kelas, dari interaksi dengan siswa, serta dari berbagai dinamika yang dihadapi sehari-hari sebagai guru. Oleh karena itu, Pak Insan mendorong para pendidik untuk tidak ragu belajar dari pengalaman masing-masing dan saling berbagi, karena dari situlah tumbuh kebijaksanaan, kedewasaan, dan kualitas guru yang sesungguhnya.

Para peserta menyambut kegiatan ini dengan antusias. Diskusi yang dilakukan di hari libur justru menjadi ruang penyegaran intelektual dan emosional bagi para guru. Mereka merasa diperhatikan, didengar, serta termotivasi untuk terus meningkatkan kualitas diri sebagai pendidik. Melalui kegiatan ini, Pak Insan berharap budaya diskusi, literasi, dan saling berbagi antar guru dapat terus tumbuh dan menguat. Ia meyakini bahwa kolaborasi yang baik antara guru, fasilitator, dan organisasi profesi seperti PGRI akan melahirkan pendidik-pendidik yang tangguh, profesional, dan siap menghadapi tantangan pendidikan di masa depan.
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”










































































