• Hubungi Redaksi
  • Mengapa Tulisan Saya Belum Ditayangkan?
  • Login
  • Register
Siaran Berita
Leaderboard Satu Rumah
  • Berita Utama
  • Ekonomi & Bisnis
  • Internasional
  • Nasional
  • Properti
  • SBTV
  • Lainnya
    • Gaya Hidup
    • Teknologi
    • Otomotif
    • English
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Pariwisata
    • Pendidikan
    • Product Review
    • Sorot
    • Sport
    • Event
    • Opini
    • Profil
Siaran Berita
  • Berita Utama
  • Ekonomi & Bisnis
  • Internasional
  • Nasional
  • Properti
  • SBTV
  • Lainnya
    • Gaya Hidup
    • Teknologi
    • Otomotif
    • English
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Pariwisata
    • Pendidikan
    • Product Review
    • Sorot
    • Sport
    • Event
    • Opini
    • Profil
No Result
View All Result
Siaran Berita
No Result
View All Result
Home Opini

Etika di Ujung Jempol: Kalau Media Sosial Bikin Lupa Jadi Manusia

Dibuat Oleh Alexa Sasy Kirani Mulyono

alexa sasy by alexa sasy
29 June 2025
in Opini
A A
0
01jyfp38vyj6k23tz3ex7dyj8z
856
SHARES
1.2k
VIEWS
Ada apa 1080 x 2787

Dunia maya, realita yang tidak selalu sopan

Etika dalam media sosial, kita bangun bukan karena sinar matahari masuk ke jendela, tapi karena notifikasi WhatsApp grup, atau mungkin karena FYP Tiktok$  yang semalam belum selesai ditonton.
Kita hidup di dunia di mana timeline media sosial lebih sering kita lihat daripada wajah keluarga sendiri. Sayangnya, di balik semua kemudahan itu, banyak yang lupa: kita tetap manusia, walaupun sedang berinteraksi lewat layar.
Di tahun 2021, Microsoft ngerilis survei bernama Digital Civility Index (DCI). Hasilnya? Netizen Indonesia dapat nilai 76, duduk manis di peringkat 29 dari 32 negara. Bukan nilai bagus, jujur aja.
Artinya? Banyak dari kita suka asal ngomong, gampang marah, nyebar info tanpa dicek, bahkan tega nge-bully di kolom komentar. Kita aktif banget tapi belum tentu positif.
Dalfin Ponco Nugroho bilang,

orang Indonesia sebenarnya punya budaya sopan. Tapi pas udah online, itu semua sering hilang. Layar bikin kita merasa aman ngomong sembarangan. Padahal efeknya tetap nyata.

Leaderboard apa apa
Media sosial itu kayak pisau Swiss Army. Bisa jadi alat keren yang multifungsi, bisa juga melukai kalau dipakai sembarangan. Menurut Tongkotow Liedfray, media sosial adalah tempat semua orang bisa berbagi, berkreasi, dan terhubung.
Menurut Chris Brogan media sosial adalah alat komunikasi baru yang dulu nggak bisa kita bayangin. Dulu kita cuma bisa kirim SMS 160 karakter, sekarang bisa live dari mana aja dan dilihat jutaan orang.
Masalahnya? tidak semua orang pakai alat ini dengan bijak
Manfaatnya banyak banget, asal ga ngasal
Kita harus akui bahwa media sosial bermanfaat banget. Di antaranya:
  • Komunikasi: dari ngobrol sama sahabat lama, sampai debat sama stranger yang ga kita kenal semua bisa.
  • Informasi: kita bisa update berita, cari opini, belajar hal baru hanya dari explore Instagram.
  • Hiburan: TikTok, meme Twitter, Reels IG. Hidup jadi lebih ringan.
  • Pengembangan diri: mau belajar edit video? ada, mau ikut kelas gratis public speaking? ada juga.
Tapi semua manfaat itu akan jadi racun kalau kita ga pakai etika.

Etika: Rem yang Kita Butuhkan

Zaman sekarang, “bebas berpendapat” bukan berarti bebas nyakitin orang. Etika adalah filter yang kita pasang sendiri, bukan karena takut hukum, tapi karena kita paham: di balik username, ada hati.
Etika bermedia sosial berarti:
  • Berpikir sebelum posting
  • Menghindari menyebarkan info yang belum jelas
  • Menghargai orang yang berbeda pandangan
  • Menghindari nyinyir yang nggak membangun
  • Menjaga privasi milik sendiri maupun orang lain
  • Undang-Undang juga tidak tinggal diam
Selain etika, ada juga payung hukum: UU ITE No. 19 Tahun 2016. Ini mengatur soal:
  • Hoaks dan disinformasi
  • Ujaran kebencian
  • Pencemaran nama baik
  • Pelanggaran privasi
  • Konten SARA, kekerasan, pornografi
Intinya, kalau kamu bikin keributan digital, ada sanksi nyata. Jadi, jangan anggap media sosial itu dunia tanpa hukum$ .

Studi Kasus: Viral Tanpa Etika, Akun Kecantikan Ini Justru Diboikot

Awalnya, akun X adalah akun kecantikan yang cukup terkenal. Followers nya banyak, engagementnya tinggi. Suatu hari, mereka posting konten yang menyindir penampilan salah satu artis yang sedang viral karena tampil tanpa makeup.
Compartilhando conteúdo nas mídias sociais _ Vetor Grátis.jpeg
sumber:pinterest
Caption nya menyinggung: “Muka asli kayak gini kok pede banget ya live di TV?”
Sekilas, mungkin terlihat “receh”. tapi efeknya? Parah.
Kecaman berdatangan. Banyak yang merasa akun ini body shaming, artis yang disindir buka suara, dan mengaku merasa sangat down. Followers akun turun drastis dan banyak yang unfollow, Brand-brand yang pernah kerjasama langsung menarik diri.
Akun tersebut akhirnya minta maaf. Tapi tetap saja, reputasinya jatuh. Semua gara-gara satu caption tanpa empati.
Pelajaran dari Kasus Ini:
  • Etika harus lebih tinggi dari keinginan viral.
  • Kita bisa menyuarakan opini, tapi tetap dengan cara yang manusiawi.
  • Kata-kata punya kekuatan bisa membangun, bisa merusak.
Media sosial akan terus berkembang, platform baru akan muncul, algoritma akan makin canggih, tapi satu hal yang nggak boleh hilang: kemanusiaan.

Kita boleh pintar teknologi, cepat jempol, rajin update. Tapi kalau lupa cara memperlakukan orang lain dengan hormat, semua itu sia-sia.

Kita semua pernah lupa, pernah komen nyinyir, pernah share hoaks tanpa sadar, pernah nge-judge orang cuma karena baca headline. Tapi bukan itu intinya. Intinya adalah: apakah kita mau belajar dan berubah?
Coba bayangkan kalau semua orang di internet:
  • Tidak buru-buru share info palsu.
  • Punya empati saat berkomentar.
  • Tidak menyerang fisik atau privasi orang lain.
  • Mau mengedukasi, bukan mengintimidasi.
  • Mau mendengarkan, bukan sekadar menyerang.
Etika digital bukan cuma soal aturan. Tapi tentang pilihan apakah kamu mau jadi bagian dari solusi, atau bagian dari masalah?
Karena pada akhirnya, setiap jempol punya kekuatan. Dan dunia maya sedang menunggu lebih banyak jempol yang memilih untuk baik.

Baca Juga

Poster Konflik Thailand dan Kamboja, di mana Posisi Indonesia?

Konflik Thailand dan Kamboja, di mana Posisi Indonesia?

30 July 2025
PPATK

PPATK, Rekening Dormant, dan Urgensi Komunikasi yang Mencerahkan: Sebuah Analisis Multidimensional atas Kebijakan Publik

30 July 2025
Masyarakat adat knasaimos sumber : greenpeace indonesia

Mengapa Mama Papua Menyebut Hutan Adalah Mama? Sebuah Keterikatan Mendalam

28 July 2025
begadang

Bukan Sekadar Istirahat: Tidur Berkualitas dan Masa Depan Generasi Muda

27 July 2025
Share342Tweet214Share60Pin77SendShare
Kirim Berita Media Wanita
Previous Post

Antara Bisnis dan Nurani: Perang Etika dalam Iklan Digital Skincare

Next Post

Tari Kreasi Nusantara Siswa Kelas 7F Meriahkan Penampilan Gelar Karya MTsN 6 Bantul

alexa sasy

alexa sasy

Related Posts

Poster Konflik Thailand dan Kamboja, di mana Posisi Indonesia?

Konflik Thailand dan Kamboja, di mana Posisi Indonesia?

30 July 2025
PPATK

PPATK, Rekening Dormant, dan Urgensi Komunikasi yang Mencerahkan: Sebuah Analisis Multidimensional atas Kebijakan Publik

30 July 2025
Masyarakat adat knasaimos sumber : greenpeace indonesia

Mengapa Mama Papua Menyebut Hutan Adalah Mama? Sebuah Keterikatan Mendalam

28 July 2025
begadang

Bukan Sekadar Istirahat: Tidur Berkualitas dan Masa Depan Generasi Muda

27 July 2025
Next Post
MTsN 6 Bantul

Tari Kreasi Nusantara Siswa Kelas 7F Meriahkan Penampilan Gelar Karya MTsN 6 Bantul

IMG 20250627 WA0000 1

Pembagian Rapor Kelas 7B MTsN 6 Bantul: Semua Wali Murid Hadir, Wali Kelas Tekankan Pentingnya Proses Belajar

IMG 20250626 WA0363

Kerja Sama Warga Madrasah Dukung Kesuksesan Gelar Karya P5RA MTsN 6 Bantul

MTsN 6 Bantul

MTsN 6 Bantul Bentuk Kader Lingkungan, Manfaatkan Limbah Air Wudhu untuk Budidaya Ikan

P5RA

Formasi Andalan Tarian Centil Matsanaba Pukau Pengunjung Acara Gelar Karya P5RA MTs Negeri 6 Bantul

Please login to join discussion
Rumah Prabu Half Page
Siaran Berita

Siaran-Berita.com adalah portal media berita online yang terbuka untuk umum dan menerima kontribusi tulisan dari berbagai penulis. Tulisan yang dimuat dapat berupa berita, press release, opini, maupun bentuk tulisan lainnya.

Segala konten yang dipublikasikan di Siaran-Berita.com merupakan tanggung jawab penuh dari masing-masing penulis. Hak cipta atas isi tulisan, gambar, maupun video yang ditayangkan di situs ini sepenuhnya menjadi milik penulis atau pengunggah konten.

Follow Us

Siaran-Berita.com

Jika Anda merasa keberatan dengan adanya tulisan, gambar, atau video yang ditampilkan di situs ini karena alasan hak cipta atau alasan lainnya, silakan hubungi tim redaksi melalui email di:

📧 redaksi@siaran-berita.com

Kami akan segera meninjau dan menghapus konten yang dimaksud sesuai dengan kebijakan dan pertimbangan redaksi.

Penting! Klaim Tulisan Kamu

Sehubungan dengan serangan pihak-pihak yang tidak bertanggung-jawab mengakibatkan Redaksi mengalami kehilangan data dan terpaksa melakukan restore dari backup yang mengakibatkan beberapa tulisan dari penulis “berpindah” ke default “Redaksi”. Bagi yang ingin mengklaim tulisan nya silahkan tinggalkan pesan di kolom komen atau email ke : redaksi@siaran-berita.com

Square Media Wanita
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Cyber
  • Syarat & Ketentuan Tulisan
  • Syarat dan Ketentuan
  • Disclaimer
  • Mengapa Tulisan Belum Ditayangkan?

© 2023 SIaran Berita - Pres Rilis dan Berita

Welcome Back!

Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Berita Utama
  • Ekonomi & Bisnis
  • Internasional
  • Nasional
  • Properti
  • SBTV
  • Lainnya
    • Gaya Hidup
    • Teknologi
    • Otomotif
    • English
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Pariwisata
    • Pendidikan
    • Product Review
    • Sorot
    • Sport
    • Event
    • Opini
    • Profil
  • Login
  • Sign Up

© 2023 SIaran Berita - Pres Rilis dan Berita