• Hubungi Redaksi
  • Mengapa Tulisan Saya Belum Ditayangkan?
  • Login
  • Register
Siaran Berita
Leaderboard Puteri Anak dan Puteri Remaja Banten 2025
  • Berita Utama
  • Ekonomi & Bisnis
  • Internasional
  • Nasional
  • Properti
  • SBTV
  • Lainnya
    • Gaya Hidup
    • Teknologi
    • Otomotif
    • English
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Pariwisata
    • Pendidikan
    • Product Review
    • Sorot
    • Sport
    • Event
    • Opini
    • Profil
Siaran Berita
  • Berita Utama
  • Ekonomi & Bisnis
  • Internasional
  • Nasional
  • Properti
  • SBTV
  • Lainnya
    • Gaya Hidup
    • Teknologi
    • Otomotif
    • English
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Pariwisata
    • Pendidikan
    • Product Review
    • Sorot
    • Sport
    • Event
    • Opini
    • Profil
No Result
View All Result
Siaran Berita
No Result
View All Result
Home Opini

Antara Asli dan Imitasi: Eksplorasi AI, Deepfake, dan Ectype Modern

Deri Herjan by Deri Herjan
8 July 2025
in Opini, Teknologi
A A
0
gambar deepfake
854
SHARES
1.2k
VIEWS

Antara Asli dan Imitasi: Eksplorasi AI, Deepfake, dan Ectype Modern

Di era digital yang kian canggih, batas antara kenyataan dan tiruan menjadi semakin kabur. Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) dan teknologi manipulasi visual seperti deepfake telah membuka kemungkinan baru dalam menciptakan representasi digital yang begitu realistis hingga sulit dibedakan dari yang asli. Dalam konteks ini, konsep “ectypes”  salinan atau tiruan yang menyerupai bentuk aslinya mendapatkan relevansi baru. Pertanyaannya kini bukan lagi sekadar “apakah ini nyata?”, melainkan “apa makna keaslian dalam dunia yang dibentuk oleh algoritma?”

AI dan Revolusi Representasi

Kecerdasan buatan tidak lagi terbatas pada tugas-tugas komputasional. Teknologi seperti generative adversarial networks (GANs) telah mampu menghasilkan wajah manusia yang tidak pernah ada, menciptakan suara yang meniru tokoh publik secara akurat, hingga memproduksi karya seni dan tulisan yang sukar dibedakan dari buatan manusia.

Kemampuan AI ini telah memunculkan fenomena baru: representasi digital yang sepenuhnya sintetik namun tampak otentik. Deepfake, sebagai salah satu manifestasi paling mencolok, memungkinkan siapapun dengan pengetahuan teknis yang cukup untuk menciptakan video yang menampilkan seseorang mengatakan atau melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak pernah terjadi.

Baca Juga

IMG 20250708 134633

Membunuh Organisasi dengan Sinisme, Ironi Mahasiswa Zaman Nyaman

8 July 2025
Laut

Laut Adalah Rumah Kami, Tapi Kami Tak Dianggap Penghuninya

8 July 2025
Pendidikan

Pendidikan Indonesia Belum Merata: Tantangan, Penyebab, dan Jalan Keluar Menuju Keadilan Pendidikan

6 July 2025
Pijat

Mengangkat Tradisi Pijat dalam Modul Biologi, Langkah Edukasi Berakar Budaya

6 July 2025

gambar deepfake

Deepfake: Ancaman atau Inovasi?

Deepfake kerap dikaitkan dengan ancaman terhadap keamanan informasi, privasi, dan bahkan demokrasi. Penyebaran video palsu tokoh politik sperti wajah mantan Presiden Obama yang diganti untuk menyebarkan hoaks menjelang pemilu, atau penggunaan wajah artis dalam konten tanpa persetujuan (menggunakan wajah aktris terkenal seperti Gal Gadot atau Scarlett Johansson ), adalah contoh nyata dampak negatif teknologi ini. Namun, tak dapat disangkal bahwa deepfake juga membuka potensi besar dalam bidang hiburan, edukasi, dan pelestarian budaya.

Film dan game bisa menghidupkan kembali aktor yang telah tiada, atau menciptakan tokoh-tokoh virtual yang interaktif. Museum dan lembaga pendidikan dapat menggunakan deepfake untuk “menghidupkan” tokoh sejarah dan menyajikan narasi yang lebih imersif. Sekarang ini sudah banyak sekali kita jumpai tokoh-tokoh bersejarah serasa seperti hidup kembali.

Ectypes: Realitas dalam Bentuk Salinan

Konsep ectypes berasal dari filsafat dan seni, merujuk pada representasi atau tiruan dari bentuk asli. Di masa kini, ectype tidak lagi sekadar patung atau lukisan, melainkan bisa berupa persona digital yang diciptakan AI dari influencer virtual hingga avatar metaverse. Namun berbeda dari masa lalu, ectypes modern sering kali tidak memiliki “asli”-nya; mereka hadir sebagai entitas otonom yang eksis sepenuhnya dalam dunia digital.

Ini menimbulkan pertanyaan filosofis: apakah kita masih membutuhkan yang “asli”? Ketika pengalaman dengan tiruan digital terasa sama atau bahkan lebih memuaskan dari pengalaman dengan manusia nyata, nilai autentisitas menjadi subyektif.

Masa Depan yang Kabur: Etika dan Identitas

Perkembangan AI dan deepfake membawa kita pada wilayah abu-abu dalam etika. Siapa yang memiliki hak atas wajah dan suara seseorang di dunia digital? Apakah kita memiliki identitas yang tetap di era di mana wajah kita bisa dimanipulasi dan disebarluaskan tanpa izin?

Leaderboard Puteri Anak dan Puteri Remaja Banten 2025

Kita juga perlu membahas dampak psikologis dan sosial dari hidup berdampingan dengan ectype. Jika identitas dapat direplikasi, apakah masih ada makna dalam menjadi “diri sendiri”? Dan ketika batas antara manusia dan mesin semakin menipis, apa arti menjadi manusia?

Beberapa Contoh Kasus: di Indonesia

Terdapat video deepfake yang menampilkan Prabowo memberikan pidato dalam bahasa Arab, bahasa yang sebenarnya tidak fasih diucapkannya, tujuannya untuk meningkatkan kredibilitasnya di mata pemilih Muslim. Video ini viral dan banyak diyakini sebagian orang sebelum akhirnya dibantah sebagai rekayasa AI.

Kasus aksi penipuan yang melibatkan video AI Prabowo seakan‑akan menawarkan bantuan pemerintah, yang digunakan pelaku untuk menipu korban dengan iming‑iming pencairan dana, dan pelaku telah ditangkap oleh Polri pada tahun 2025.

Anies Baswedan menjadi korban deepfake audio yang dibuat seolah‑olah Surya Paloh (ketua partai pendukungnya) sedang menegurnya, berisi dialog palsu, tujuannya untuk mendiskreditkan. Audio tersebut menyebar pada Januari 2024 lalu.

Penutup: Menghadapi Realitas yang Baru

“Antara asli dan imitasi” bukan lagi dikotomi sederhana. Kita tengah memasuki fase baru dalam sejarah budaya, di mana realitas dibentuk bukan hanya oleh pengalaman langsung, tetapi juga oleh konstruksi digital yang nyaris sempurna.

Tantangannya adalah bukan menolak teknologi ini, tetapi mengembangkan kerangka etika, hukum, dan sosial yang mampu mengatur dan menavigasi perubahan ini. Kita perlu memikirkan kembali makna keaslian, hak individu, dan bahkan konsep kebenaran dalam dunia yang semakin dikuasai oleh ectype modern.

Oleh: Deri Herjan, Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi, Universitas Muhammadiyah Jakarta

Share342Tweet214Share60Pin77SendShare
Kirim Berita Media Wanita
Previous Post

Laut Adalah Rumah Kami, Tapi Kami Tak Dianggap Penghuninya

Next Post

Ditjenpas Bahas Penyusunan Pedoman Peran Serta Masyarakat, Dorong Keterlibatan Aktif dalam Pembinaan

Deri Herjan

Deri Herjan

Related Posts

IMG 20250708 134633

Membunuh Organisasi dengan Sinisme, Ironi Mahasiswa Zaman Nyaman

8 July 2025
Laut

Laut Adalah Rumah Kami, Tapi Kami Tak Dianggap Penghuninya

8 July 2025
Pendidikan

Pendidikan Indonesia Belum Merata: Tantangan, Penyebab, dan Jalan Keluar Menuju Keadilan Pendidikan

6 July 2025
Pijat

Mengangkat Tradisi Pijat dalam Modul Biologi, Langkah Edukasi Berakar Budaya

6 July 2025
Next Post
image 1680x 686b5dc7eaab9

Ditjenpas Bahas Penyusunan Pedoman Peran Serta Masyarakat, Dorong Keterlibatan Aktif dalam Pembinaan

IMG 20250707 WA0034

Hujan Deras Guyur Tangsel, Mobil Terjebak Banjir hingga Tiga Kontrakan Longsor

adbe8684 c23f 4133 b594 4c3c4e5ba8b2

Berprestasi dan Menginspirasi, Rizka Aulia Sabila Wakili Universitas Muslim Maros di PILMAPRES Tingkat Wilayah Tahun 2025

Berliana Aisyah Nur Salwa

Lulus 3,5 Tahun, Lanjut Magister di Usia Muda: Berliana Aisyah Nur Salwa, Mahasiswa Hukum yang Aktif Mengembangkan Potensi, Berkontribusi Nyata, dan Menjadi Inspirasi Generasi Muda

IMG 7470

SMK MUDABA Siapkan Kurikulum Unggul 2025 Lewat Uji Publik Kolaboratif

Please login to join discussion
Rumah Prabu Half Page
Siaran Berita

Siaran-Berita.com adalah portal media berita online yang terbuka untuk umum dan menerima kontribusi tulisan dari berbagai penulis. Tulisan yang dimuat dapat berupa berita, press release, opini, maupun bentuk tulisan lainnya.

Segala konten yang dipublikasikan di Siaran-Berita.com merupakan tanggung jawab penuh dari masing-masing penulis. Hak cipta atas isi tulisan, gambar, maupun video yang ditayangkan di situs ini sepenuhnya menjadi milik penulis atau pengunggah konten.

Follow Us

Siaran-Berita.com

Jika Anda merasa keberatan dengan adanya tulisan, gambar, atau video yang ditampilkan di situs ini karena alasan hak cipta atau alasan lainnya, silakan hubungi tim redaksi melalui email di:

📧 redaksi@siaran-berita.com

Kami akan segera meninjau dan menghapus konten yang dimaksud sesuai dengan kebijakan dan pertimbangan redaksi.

Penting! Klaim Tulisan Kamu

Sehubungan dengan serangan pihak-pihak yang tidak bertanggung-jawab mengakibatkan Redaksi mengalami kehilangan data dan terpaksa melakukan restore dari backup yang mengakibatkan beberapa tulisan dari penulis “berpindah” ke default “Redaksi”. Bagi yang ingin mengklaim tulisan nya silahkan tinggalkan pesan di kolom komen atau email ke : redaksi@siaran-berita.com

Iklan MC DSA Square
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Cyber
  • Syarat & Ketentuan Tulisan
  • Syarat dan Ketentuan
  • Disclaimer
  • Mengapa Tulisan Belum Ditayangkan?

© 2023 SIaran Berita - Pres Rilis dan Berita

Welcome Back!

Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Berita Utama
  • Ekonomi & Bisnis
  • Internasional
  • Nasional
  • Properti
  • SBTV
  • Lainnya
    • Gaya Hidup
    • Teknologi
    • Otomotif
    • English
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Pariwisata
    • Pendidikan
    • Product Review
    • Sorot
    • Sport
    • Event
    • Opini
    • Profil
  • Login
  • Sign Up

© 2023 SIaran Berita - Pres Rilis dan Berita