Di lingkungan sekolah, keberagaman agama, suku, dan budaya merupakan hal yang wajar. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, mulai tampak menurunnya sikap toleransi antar siswa. Fenomena seperti perundungan karena perbedaan pendapat, kelompok pertemanan eksklusif, hingga ejekan berbasis suku atau agama sering muncul. Padahal, nilai toleransi merupakan bagian dari sila ketiga Pancasila, yaitu Persatuan Indonesia, yang menuntun masyarakat untuk menghargai perbedaan demi terciptanya kehidupan yang harmonis. Jika hal ini diabaikan, maka persatuan yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia akan semakin rapuh.
ISI
Pentingnya Toleransi dalam Mewujudkan Persatuan
Toleransi adalah kemampuan menerima dan menghormati perbedaan. Dalam konteks pendidikan, sikap ini menjadi fondasi untuk membangun kebersamaan di tengah keberagaman siswa. Menurut Nafiah (2022 : 29) “penting menanamkan sikap toleransi di sekolah untuk menciptakan lingkungan yang damai meskipun terdapat perbedaan”. Dengan memahami nilai toleransi dalam bersosialisasi, siswa dapat berinteraksi dengan baik di tengah keberagaman suku, agama, ras, dan budaya.
Kurangnya Toleransi di Lingkungan Sekolah
kasusus seperti kekerasan seksual dan sikap radikalisme yang meningkat, serta kasus perundungan terus meningkat. Oleh karena itu, penting untuk mempromosikan toleransi dalam budaya sekolah (Nur and Pangestika 2022). Perilaku diskriminatif ringan, seperti mengejek teman yang berbeda agama atau daerah asal, menjadi awal dari menurunnya rasa persatuan. Kurangnya keteladanan dari guru dan orang tua juga memperparah kondisi ini.
Faktor Penyebab Lemahnya Toleransi
Ada beberapa faktor yang menyebabkan menurunnya toleransi antar siswa. Pertama, pengaruh media sosial yang sering menampilkan ujaran kebencian tanpa filter, membuat siswa terbiasa dengan bahasa kasar dan diskriminatif. Kedua, kurangnya pendidikan karakter yang berfokus pada nilai-nilai Pancasila di sekolah. Pembelajaran yang terlalu berorientasi akademik sering melupakan pembentukan karakter kebangsaan. Ketiga, minimnya kegiatan kolaboratif lintas kelompok di sekolah yang dapat memperkuat rasa kebersamaan.
Upaya Menumbuhkan Kembali Toleransi Antar Siswa
Menumbuhkan kembali semangat toleransi perlu dilakukan melalui pendidikan dan keteladanan. Guru dapat mengintegrasikan nilai toleransi dalam setiap mata pelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan seperti diskusi lintas budaya, proyek sosial bersama, dan simulasi musyawarah dapat menjadi sarana membangun empati antar siswa. Selain itu juga Peran OrangTua penting dalam Mengembangkan Sikap Toleransi SiswaSekolah Dasa rPada Keberagaman di Indonesia.
Penutup
Kurangnya toleransi antar siswa merupakan tanda lemahnya pengamalan nilai Persatuan Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Sekolah sebagai miniatur masyarakat Indonesia memiliki peran penting dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila, terutama semangat persatuan dan saling menghormati. Melalui pendidikan karakter, keteladanan guru, dan kegiatan kolaboratif, siswa dapat belajar memahami bahwa perbedaan bukan penghalang, melainkan kekuatan yang memperkaya kehidupan berbangsa. Dengan demikian, nilai persatuan dapat terus hidup dan tumbuh di hati setiap generasi muda Indonesia.
REFERENSI
Nur, Zesiska and Rintis Rizkia Pangestika. 2022. “Penguatan Karakter Toleransi Melalui Budaya Sekolah”. Buletin Ilmiah Pendidikan 1: 60–67.
Nafiah, Maratun, Sutrisno Sutrisno, and Dita Tri Rosmana. “Aktualisasi Nilai Pancasila Sila Persatuan Melalui Sikap Toleransi Siswa SDN Angke 05.” SAP (Susunan Artikel Pendidikan) 7.1 (2022): 26-33.
Ditulis Oleh: Sipa Silviyani
Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Ditulis untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kewarganegaraan
Dosen Pengampu: Dr. Ujang Jamaluddin, S.Pd., M.Si., M.Pd
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”





































































