Dulu, Pondok Pesantren dikenal sebagai tempat yang jauh dari hiruk pikuk dunia luar, para santri hanya fokus belajar ilmu agama melalui kitab kuning dibawah bimbingan kiai atau ustadz. Namun kini, seiring dengan berkembangnya zaman dan kemajuan teknologi, pondok pesantren mulai terbuka terhadap dunia luar dan digitalisasi. Perubahan ini memberikan dua dampak besar bagi santri. Di satu sisi, keterbukaan digital memudahkan santri dalam mengakses berbagai sumber keilmuan. Kitab kuning yang dahulu hanya dapat dipelajari di perpustakaan pesantren, kini bisa dibaca kapan saja melalui perangkat digital. Selain sebagai sarana belajar, dunia digital juga menjadi wadah baru untuk berdakwah. Banyak kiai dan ustadz yang kini memanfaatkan media sosial seperti youtube, tiktok, Instagram sebagai ruang dakwah, contohnya gus baha, gus kausar, gus iqdham, kiai anwar zaid dan ustadz yang lain.
Namun di sisi lain, keterbukaan ini juga menghadirkan tantangan baru bagi santri. Santri kini, harus berhadapan dengan beragam informasi di media sosial yang tidak selalu sejalan dengan nilai-nilai islam yang di pelajari di pesantren. Mulai dari tersebarnya berita hoaks, vedio ekstrem hingga ajaran yang mengarah pada radikalisme. Tanpa kemampuan literasi digital dan filter yang baik, santri bisa saja dengan mudah terbawa arus pemikiran yang jauh dari ajaran agama yang telah diajarkan di pondok pesantren.
Berbicara tentang tantangan santri di era digital, belum lama ini muncul isu yang cukup ramai dibicarakan publik. Salah satu stasiun televisi (Trans 7) menayangkan potret kehidupan pondok pesantren yang menimbulkan pro dan kontra dikalangan masyarakat dan santri. Banyak pihak menilai tayangan tersebut tidak menggambarkan kehidupan santri yang sebenarnya, sehingga berpotensi menimbulkan kesalahpahaman tentang dunia pesantren. Kasus ini menjadi contoh nyata bahwa keterbukaan informasi di era digital dapat menjadi tantangan tersendiri bagi santri.
Lalu, bagaimana cara agar santri tetap berada pada jalur yang benar tanpa terjerumus dalam informasi yang salah di dunia digital saat ini? Berdasarkan opini saya, untuk menghadapi derasnya arus informasi di dunia maya dan tantangan di era digital saat ini, hal yang harus dilakukan santri: pertama santri perlu meningkatkan literasi digital agar mampu menfilter informasi yang ada di dunia maya agar terhindar dari berita hoaks. Kedua kiai dan ustadz perlu mengajarkan kepada santrinya untuk menggunakan teknologi dengan bijak, seperti pada kasus yang belum lama ini menimpa nama baik pondok pesantren, dalam menaggapi informasi tersebut santri diharapkan lebih bijak dan berhati-hati saat merespon di media sosial. Ketiga santri dalam dunia digital saat ini harus mampu memanfaatkan teknologi yang ada dengan baik. Dengan adanya solusi tersebut, santri diharapkan mampu menghadapi tantangan di era digital, khususnya dalam menyikapi derasnya arus informasi dengan baik.
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”































































