Istana pikiran, dua kata yang begitu identik dengan tokoh utama novel detektif legendaris, Sherlock Holmes. Dalam bukunya, Sherlock Holmes digambarkan mampu memasuki istana pikiran yang berbentuk lorong-lorong dengan banyak pintu. Seluruh informasi diingatannya mampu ia susun dengan terstruktur dan rapi dalam lorong-lorong tersebut. Gambaran ini muncul berulang dalam berbagai adaptasi kisah Sherlock Holmes dan menjadi ciri khas kemampuan deduktifnya. Hal ini menimbulkan pertanyaan menarik, apakah otak manusia benar-benar mampu membangun “ruang” untuk menyimpan dan menata ingatan?
Kemampuan mengingat menjadi dasar dari banyak hal dalam kehidupan. Setiap hari otak menerima berbagai informasi yang perlu disimpan atau diingat kembali. Proses itu berlangsung terus menerus meski sering tidak disadari. Di balik proses itu, ada sistem kerja memori yang saling terhubung. Memori bekerja melalui hubungan antar neuron yang tersusun seperti jaringan, sehingga informasi bisa ditata dan dipanggil kembali ketika dibutuhkan. Konsep istana pikiran yang digambarkan Sherlock Holmes menjadi metafora yang menarik.
Konsep yang mirip dengan istana pikiran Sherlock Holmes sudah lama dikenal dalam dunia retorika. Teknik itu disebut method of loci. Kerja otak dalam method of loci berlangsung melalui beberapa langkah. Pertama otak memilih sesuatu yang sudah familiar. Bagian otak yang berperan penting dalam proses ini adalah hippocampus. Hippocampus menjadi pusatnya karena bagian ini membantu mengatur hubungan antara informasi dan ruang atau lorong perumpamaan yang dipilih otak sebagai media untuk mengingat. Ruang dan lorong ini tidak nyata. Semuanya adalah cara otak membuat ciri khas agar sebuah informasi lebih mudah dikenali ketika dicari kembali. Saat seseorang memilih gambaran tertentu sebagai perumpamaan dari sebuah informasi, hippocampus menautkan gambaran itu dengan informasi baru. Kemudian terdapat parahippocampus yang membantu otak menjaga agar gambaran perumpamaan tetap jelas. Jika perumpamaan tersebut memiliki bentuk atau urutan tertentu, parahippocampus memastikan gambaran itu tidak hilang atau berubah. Selain itu ada korteks retrosplenial yang menjalankan peran penting dalam menjaga urutan ruang dan lorong perumpamaan. Bagian ini memastikan rangkaian ruang dan lorong yang dipilih seseorang tetap teratur, karena sebagian besar informasi diingat dalam susunan tertentu. Ketika susunan ruang dan lorong ini stabil, informasi yang ditempatkan di dalamnya ikut muncul dalam urutan yang benar.
Dalam cerita Sherlock Holmes, ia digambarkan berjalan melalui bangunan besar dengan banyak ruangan dan pintu untuk mencari informasi yang disimpannya. Gambaran itu sengaja dibuat dramatis dan tidak mencerminkan cara kerja otak yang sebenarnya. Istana tersebut hanyalah perumpamaan yang membantu pembaca memahami bagaimana informasi dapat disusun dalam rangkaian yang teratur. Dalam kenyataannya yang terjadi bukan perjalanan dalam ruangan, melainkan penelusuran hubungan yang telah dibentuk otak melalui rangkaian ruang dan lorong perumpamaan. Walaupun versi Sherlock Holmes tampak jauh lebih fantastis, prinsip dasarnya selaras dengan cara method of loci membantu otak menyimpan dan mengambil informasi dengan rapi dan konsisten.
Meskipun begitu, gambaran tersebut sering membuat teknik mengingat terlihat lebih sempurna daripada kenyataan. Sherlock Holmes selalu digambarkan mampu menemukan kembali setiap potongan informasi tanpa kesalahan seolah seluruh lorong dalam istana pikirannya selalu terang dan teratur. Dalam kehidupan nyata otak tidak bekerja seideal itu. Otak memiliki batas. Ada informasi yang hilang perlahan karena jarang dipakai. Ada informasi yang bercampur dengan ingatan lain sehingga detailnya berubah. Ada juga informasi yang terselip karena hubungan antar bagiannya tidak terbentuk dengan kuat.
Proses biologis yang terjadi dalam otak menjelaskan mengapa hal ini wajar. Hippocampus dapat membantu menghubungkan informasi dengan gambaran tertentu, tetapi hubungan tersebut tetap membutuhkan pengulangan agar bertahan lama. Jika sebuah lorong perumpamaan tidak dipakai kembali, hubungan yang terbentuk dapat melemah. Parahippocampus yang membantu menjaga gambaran perumpamaan juga dapat kehilangan detail jika gambaran itu tidak diperkuat dalam ingatan. Korteks retrosplenial yang mengatur susunan lorong juga bisa mengalami kesalahan ketika informasi baru ditambahkan terlalu cepat atau terlalu banyak. Semua ini menunjukkan bahwa ingatan manusia bersifat dinamis dan tidak selalu tepat. Memahami batas ini penting agar seseorang tidak melihat istana pikiran sebagai kemampuan super yang bekerja tanpa usaha. Teknik seperti method of loci memerlukan latihan. Informasi perlu ditata dengan sabar agar setiap ruang atau lorong perumpamaan diberi hubungan yang kuat. Jika teknik ini tidak dilatih, hasilnya tidak akan seakurat gambaran Sherlock Holmes.
Istana pikiran Sherlock Holmes terlihat seperti konsep yang lahir dari fiksi, namun gagasan di baliknya memiliki dasar yang dapat dijelaskan lewat sains. Walaupun tidak ada lorong atau pintu seperti dalam kisah tersebut, otak tetap mampu menyusun informasi dengan bantuan perumpamaan yang diulang. Pemahaman ini menunjukkan bahwa kemampuan mengingat dapat ditingkatkan melalui strategi yang tepat dan bukan sesuatu yang muncul begitu saja.
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”





































































