Anak SD Dipengaruhi Segala Penjuru: Tantangan Tumbuh di Era Serba Terhubung
Pernah nggak sih kamu perhatikan anak-anak SD sekarang yang sudah lihai main gadget, tahu tren TikTok, bahkan kadang bicara seperti orang dewasa? Anak-anak zaman sekarang memang tumbuh di tengah arus informasi yang datang dari segala penjuru. Mereka bukan hanya belajar dari guru dan orang tua, tapi juga dari media sosial, YouTube, dan lingkungan sekitar. Tapi, apakah semua pengaruh itu selalu baik?
Anak SD saat ini menghadapi realitas yang jauh lebih kompleks dibanding generasi sebelumnya. Dunia mereka bukan cuma tentang belajar membaca, menulis, dan berhitung, tapi juga soal bagaimana menyaring informasi, membangun identitas diri, dan belajar memahami mana yang benar dan salah.
Anak SD di Era Informasi: Belajar dari Banyak Arah
Sejak dini, anak-anak sudah akrab dengan teknologi. Mereka bisa belajar dari video edukatif di YouTube, tapi juga bisa tanpa sadar meniru perilaku negatif dari konten hiburan yang tidak sesuai usia. Menurut penelitian dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (2023), sekitar 78% anak usia sekolah dasar di Indonesia sudah memiliki akses harian ke internet, baik melalui gawai pribadi maupun milik orang tua. Ini menunjukkan bahwa sumber pembelajaran anak tidak lagi terbatas pada sekolah.
Namun, ketika anak terlalu sering menerima informasi tanpa bimbingan, mereka bisa mengalami information overload—terlalu banyak informasi hingga sulit membedakan yang baik dan buruk. Di sinilah peran guru dan orang tua menjadi sangat penting dalam mengarahkan dan menyaring apa yang anak konsumsi setiap hari.
Pengaruh Lingkungan dan Media terhadap Perilaku Anak
Anak SD adalah peniru yang ulung. Mereka belajar melalui observasi dan pengalaman sehari-hari. Ketika lingkungan sekitar menormalisasi perilaku seperti berbicara kasar, malas belajar, atau terlalu sering bermain game, anak akan menganggap hal itu sebagai hal biasa. Begitu juga dengan pengaruh media—tayangan dengan kekerasan atau bahasa tidak pantas bisa membentuk perilaku mereka tanpa disadari.
Sebuah studi dari Jurnal Pendidikan Karakter Anak (2024) menjelaskan bahwa anak usia sekolah dasar berada pada fase pembentukan nilai moral dan sosial. Pada tahap ini, mereka sangat mudah menyerap perilaku yang mereka lihat dari lingkungan sekitar. Karena itu, peran sekolah dan keluarga harus berjalan seimbang agar anak tidak kehilangan arah moralnya.
Tantangan Orang Tua dan Guru di Era Serba Cepat
Menjadi orang tua dan guru di era digital bukan perkara mudah. Dulu, cukup dengan memberi nasihat dan mendampingi belajar. Sekarang, harus juga memahami algoritma media sosial, tren digital, hingga isu keamanan siber. Anak-anak SD bisa saja terlihat polos, tapi mereka hidup di dunia yang dipenuhi pengaruh global.
Guru di sekolah perlu menerapkan pendekatan pembelajaran yang interaktif dan relevan dengan dunia anak masa kini. Begitu pula orang tua—mereka harus hadir bukan sebagai pengontrol yang keras, tapi sebagai pendamping yang bijak. Anak perlu merasa didengar agar tidak mencari validasi di luar, seperti dari media sosial atau teman sebaya.
Menumbuhkan Karakter di Tengah Arus Pengaruh
Anak SD yang tumbuh dengan banyak pengaruh bisa jadi lebih kreatif, tapi juga rentan kehilangan jati diri. Kunci utamanya adalah pendidikan karakter. Sekolah harus menanamkan nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, disiplin, dan empati dalam setiap kegiatan belajar.
Pendidikan karakter tidak harus melalui ceramah, tapi bisa lewat permainan, proyek sosial, atau diskusi ringan. Di rumah, orang tua perlu memberi teladan dan ruang bagi anak untuk berpendapat. Dengan begitu, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, tangguh, dan selektif dalam menghadapi segala pengaruh dari luar.
Kesimpulan: Anak yang Siap Menghadapi Dunia
Anak SD masa kini hidup di dunia yang “berisik”—penuh suara, tren, dan pengaruh dari segala penjuru. Mereka butuh bimbingan yang lembut tapi tegas. Bukan untuk membatasi mereka dari dunia luar, tapi agar mereka tahu bagaimana bersikap di dalamnya. Sebab, anak yang mampu memilih pengaruh baik adalah anak yang siap menapaki masa depan dengan cerdas dan berkarakter.
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”



































































