Mangkoso Barru, 11 Mei 2025 — Empat wisudawan Institut Agama Islam (IAI) DDI Mangkoso, yaitu Aldi Triznonur, S.Pd., Abd Jalil, S.Pd., M. Sultan S., S.Pd., dan Agung Perdana, S.Pd., hari ini resmi menyandang gelar sarjana pendidikan.
Namun di balik toga dan senyum bahagia mereka, tersimpan kisah panjang perjuangan yang penuh liku sejak menjadi mahasiswa baru (maba) hingga akhirnya berdiri di panggung wisuda.
Keempatnya adalah penghuni salah satu asrama kampus, tempat mereka belajar tidak hanya teori di kelas, tetapi juga nilai-nilai kebersamaan, saling mendukung, dan berbagi suka duka. Aldi, misalnya, mengenang bagaimana ia harus berbagi satu kamar sempit dengan teman-teman lain, belajar hingga larut malam, dan tetap bangun untuk shalat subuh berjamaah.
“Kami belajar menghargai waktu, belajar hidup hemat, belajar sabar, dan yang paling penting belajar berjuang bersama,” ujar Aldi dengan mata berbinar.
Abd Jalil menambahkan bahwa masa-masa terberat bukan hanya soal akademik, tetapi juga soal menjaga semangat ketika rindu kampung halaman melanda atau ketika tekanan ujian datang bertubi-tubi. “Kadang kami hanya saling tatap di asrama, tapi dari situ kami tahu: kita nggak boleh nyerah,” katanya.
Sementara itu, M. Sultan S. mengaku bahwa justru dari kebersamaan sederhana di asrama itulah mereka saling menguatkan. “Pahitnya kami telan sama-sama, manisnya kami rasakan sama-sama,” ucap Sultan sambil tersenyum bangga.
Agung Perdana pun menyampaikan rasa syukurnya. Baginya, wisuda ini bukan hanya pencapaian pribadi, tetapi juga kemenangan kolektif. “Kami berdiri di sini bukan karena hebat sendiri, tapi karena saling dorong, saling ingatkan, saling bantu sejak dulu,” ungkapnya.
Wisuda IAI DDI Mangkoso tahun ini menjadi bukti bahwa perjuangan tidak pernah mengkhianati hasil. Keempat wisudawan ini adalah wajah-wajah muda yang membuktikan bahwa dengan tekad, kebersamaan, dan kesabaran, mimpi bisa diraih meski jalan terjal menghadang.
PENULIS: S A K T I