Di era digital yang semakin maju ini, penggunaan gadget sangat sulit dihindari, tuntutan perkembangan zaman mendorong orang tua mengenalkan teknologi pada anak sejak usia dini. Gadget telah menjadi bagian yang tidak bisa terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, terutama untuk anak usia dini pada usia (2-6 tahun). Fenomena kecanduan terhadap gadget tidak lagi dapat dianggap sepele, karena penggunaan gadget yang berlebihan dan tanpa pengawasan dapat berpotensi besar mengganggu perkembangan mendasar pada anak. Bentuk gangguan ini tidak hanya terbatas dalam aspek emosional, seperti kesulitan berinteraksi dan mengelola perasaan, tetapi juga dapat mempengaruhi kesehatan fisik anak dan area kognitif yang berfungsi untuk kemampuan belajar dan berfikir pada anak di masa yang akan datang.
Melalui pemaparan ini akan mengulas lebih dalam dan mengungkap bagaimana dampak gadget, jika tidak digunakan secara bijak, yang dapat menghambat proses alami perkembangan emosional, kesehatan fisik dan kognitif pada anak. Karena itu, orang tua perlu berperan aktif dalam mengatur penggunaan gadget agar tidak merugikan masa depan anak. Di era globalisasi, gadget memang membawa dampak positif seperti memudahkan akses informasi, menambah pengetahuan, dan mempermudah komunikasi jarak jauh. Namun, gadget juga berdampak negatif, terutama pada anak, seperti menurunnya kemampuan bersosialisasi, kurangnya etika dan sopan santun karena minim interaksi langsung, serta meningkatnya sifat agresif, mudah marah, dan sulit mengatur emosi.
Faktanya penggunaan gadget yang berlebihan pada anak bukan hanya sekedar masalah ketergantungan, tetapi kini sudah menjadi ancaman serius terhadap perkembangan emosional mereka. Perkembangan emosional adalah proses dimana anak belajar untuk mengenali, memahami, dan bisa mengekspresikan perasaan mereka, serta membangun empati terhadap orang lain. Proses ini membutuhkan interaksi sosial secara langsung dan nyata, tetapi justru malah tergantikan oleh layar gadget. Ketika waktu yang seharusya digunakan untuk bermain fisik, bercengkrama dengan keluarga, ataupun berinteraksi dengan teman sebaya habis untuk menatap layar, banyak anak yang kehilangan momen-momen krusial. Sebagai contoh, ketika seorang anak menangis atau merajuk, orang tua mungkin memberikan gadget untuk menenangkan anaknya. Dalam jangka pendek, cara ini memang efektif, namun dalam waktu jangka panjang, anak menjadi tidak dapat belajar mengelola rasa frustasi atau kesedihan tersebut.
Penggunaan gadget berlebihan membuat anak cenderung melupakan masalah secara instan melalui stimulasi digital, sehingga berisiko mengalami gangguan emosi. Neuroplastisitas otak pada anak usia dini masih sangat plastis dan berkembang dengan pesat, yang temasuk pada bagian yang mengatur emosi seperti amygdala dan prefrontal cortex. Konten gadget yang hiper-stimulus dapat memicu pelepasan dopamin secara berlebihan, hal ini membuat anak lebih mudah kecanduan dan cemas berlebihan ketika tidak memegang gadget seperti mudah marah atau tantrum yang bisa disebut sebagai nomophobia, dan terlihat datar secara emosional karena sudah terbiasa dengan rangsangan digital yang berlebihan.
Fenomena kecanduan gadget pada anak usia dini selain menggaggu emosional pada anak juga dapat mengganggu kesehatan fisik karena paparan layar dari gadget yang berlebihan dapat memengaruhi sistem biologis pada tubuh. Terutama blue light yakni sinar spektrum dari layar gadget dapat membuat mata bekerja lebih keras sehingga dapat meningkatkan risiko mata menjadi minus, mata kering, dan kelelahan karena terus-menerus terpapar cahaya dari layar gadget. Selain itu, penggunaan gadget tanpa pengawasan orang tua juga berdampak pada postur tubuh anak, terkadang anak-anak saat pemakaian gadget tidak diperhatikan posisi bermain nya yang asal begitu saja, seperti menunduk terlalu lama, membungkuk, sehingga menimbulkan masalah postur tubuh, nyeri leher, punggung, dan kelainan kurva pada tulang belakang.
Hal seperti ini juga dapat memengaruhi perkembangan tulang dan otot pada anak. Dikarenakan sistem muskuloskeletal anak masih dalam tahap pertumbuhan. Dalam konteks biopsikologi tekanan fisik ini dapat memengaruhi sistem saraf, yang kemudian bisa berdampak pada kenyamanan tubuh dan kemampuan anak untuk fokus dalam belajar. Penggunaan gadget berlebihan dapat memicu gangguan penglihatan, tidur, dan postur tidur, yang pada akhirnya menghambat perkembangan fisik dan mengganggu fungsi kognitif anak pada masa pertumbuhan.
Pengaruh lainnya dari penggunaan gadget yang berlebihan yang terutama yaitu perkembangan pada otak dan terhadap fungsi kognitif. Hal tersebut dapat menyebabkan keterlambatan dalam perkembangan kognitif yang menimbulkan masalah seperti yang dialami pada kondisi ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan perkembangan pada otak yang menyebabkan penderitanya sulit berkonsentrasi, hiperaktif, serta munculnya perilaku impulsif. Kondisi ini dapat mempengaruhi prestasi belajar dan mengganggu hubungan sosial penderitanya. Otak dipahami sebagai pusat pengendalian fungsi kognitif, termasuk perhatian dan motivasi. Otak yang menolak untuk berkonsentrasi saat dihadapkan pada tugas yang tidak disukai merupakan bentuk respon neurologis yang melibatkan sistem limbik (terkait motivasi dan emosi) dan prefrontal cortex, yakni yang mengatur perhatian dan pengendalian diri.
Terdapat istilah fenomena “Popcorn Brain” mengacu pada kondisi otak yang cepat beralih dari satu rangsangan lain akibat kebiasaan pengguna gadget yang berlebihan, yang menyediakan stimulasi berlebihan dan cepat. Ini menyebabkan otak menjadi kurang mampu untuk bertahan lama pada suatu kegiatan atau pekerjaan, sehingga bisa mengurangi kemampuan belajar pada anak secara efektif. Kecanduan gadget dapat mengganggu perkembangan otak, khususnya pada ana-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan saraf. Penggunaan gadget yang berlebihan juga dapat menghambat perkembangan fungsi eksekutif otak, yang meliputi kemampuan konsentrasi, kontrol impuls, dan hormon stres seperti cortisol.
Penggunaan gadget memang sangat tidak bisa dipisahkan dari kehidupan anak-anak sekarang, tapi kalau berlebihan dan tanpa pengawasan, ini bisa membuat anak-anak susah belajar mengkontrol emosi, bikin otak susah fokus dan berkembang dengan baik. Intinya, gadget adalah alat yang efektif jika digunakan dengan bijak untuk mendukung pembelajaran dan komunikasi pada anak. Namun, jika pemakaiannya tidak dikontrol, gadget bisa menjadi sumber gangguan serius yang merusak perkembangan fisik, emosional, dan kognitif anak. Sehingga perlu adanya pengawasan yang lebih ketat dari orang tua demi masa depan anak yang lebih baik.
Penulis: Nabilah Azzahra
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”

































































