Jakarta – Sebagai bagian dari implementasi Tridharma Perguruan Tinggi khususnya pada aspek pengabdian kepada masyarakat, sekelompok mahasiswa dari Program Studi Informatika Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) Kampus Fatmawati menggelar kegiatan pengabdian masyarakat mandiri dengan mengusung tema “Kesadaran Ikuti Tindakan Aksi (KITA)”. Kegiatan ini dilakukan bekerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi DKI Jakarta dan melibatkan warga Kelurahan Bintaro, Jakarta Selatan.
Kegiatan berlangsung pada hari Rabu, 28 Mei 2025 dan difokuskan pada kegiatan Joint Assessment atau yang dikenal dengan istilah JITUPASNA (Pengkajian Kebutuhan Pascabencana).

Sinergi Mahasiswa dan BPBD: Turun Langsung Dengarkan Aspirasi Warga Terdampak Banjir
Tim mahasiswa UBSI yang terlibat dalam kegiatan ini terdiri dari empat orang, yakni Ilham Maulana Wijaya, Arnoldus Raja Ino, Muhamad Syah Fiqri, dan Mochamad Firza Aldiansyah Fahmi. Kegiatan dimulai dengan rapat koordinasi awal yang dilaksanakan bersama tim BPBD Provinsi DKI Jakarta, Kelurahan Bintaro, serta tokoh masyarakat setempat seperti ketua RT, RW, dan perwakilan Dasawisma.
Ervienia Oryza, selaku Ketua Sub Kelompok Penilaian dan Kerusakan BPBD Provinsi DKI Jakarta, “Agenda ini menjadi bentuk kegiatan konkret bahwa bentuk kepedulian kita terhadap masyarakat di setiap wilayah dalam membangun proses rehabilitasi dan rekonstruksi kebencanaan dalam perubahan daerah Jakarta yang lebih baik, khususnya di kalangan mahasiswa supaya lebih adaptif dan efektif dalam mendukung keberlanjutan masyarakat secara langsung,” ujarnya.

Setelah sesi koordinasi, dilakukan pembagian tim untuk terjun langsung ke lapangan. Tim dibagi menjadi dua kelompok. Tim pertama terdiri dari Ilham dan Arnold yang didampingi personel Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD wilayah serta ketua RT dan RW untuk melakukan survei dan observasi di wilayah RW 5 dan RW 7. Sedangkan tim kedua terdiri dari Fiqri dan Firza bersama personel (TRC) BPBD wilayah serta perwakilan Dasawisma menyambangi wilayah RW 4, RW 10, dan RW 12.

“Apa yang kita petik hari ini menjadi sumber pembelajaran agar kita lebih dekat terhadap lingkungan. Dari lingkungan kita belajar untuk berdampak dan berdampingan dengan masyarakat, terutama mereka yang terdampak bencana,” ungkap Ilham sebagai ketua pelaksana.
“Sebagai akademisi, kami tidak hanya dituntut untuk unggul dalam bidang teori dan teknologi, namun juga harus memiliki wujud kepedulian dan cinta tanah air melalui proses mitigasi, rehabilitasi, dan rekonstruksi kebencanaan,” jelas Arnold menambahkan.
Diharapkan kegiatan seperti ini bisa terus berlanjut dan menjadi bagian dari kesadaran kolektif mahasiswa untuk peduli terhadap isu-isu kemanusiaan dan kebencanaan.