Dalam konteks kursus dan pelatihan untuk peserta didik dewasa profesional atau individu dewasa, teknologi bukan hanya alat bantu, tetapi sebagai wadah modul pembelajaran pada lingkungan belajar itu sendiri. Oleh karena itu, penyusunan kebijakan teknologi harus berakar pada pemahaman mendalam tentang bagaimana orang dewasa belajar. Kebijkan yang tidak dilandasi teori Andragogi beresiko menciptakan platfrom teknologi yang canggih namun tidak efektif, karena tidak sesuai dengan kebutuhan, motivasi, dan karakteristik pembelajar dewasa. Untuk menciptakan pembelajaran yang efektif memerlukan prinsip dasar yang dibutuhkan peserta belajar orang dewasa. Malcolm Knowles mengemukakan enam prinsip andragogi. Setiap prinsip memiliki implikasi langsung dan mendalam terhadap konsep kebijkan teknologi.
1. Kebutuhan untuk Tahu Pada Peserta Belajar Orang Dewasa (Need To Know)
Pembelajar dewasa perlu memahami mengapa mereka perlu mempelajari sesuatu sebelum bersedia terlibat. Mereka membutuhkan konteks dan relevansi. Kebijakan untuk mengintegrasikan Platfrom harus memungkinkan penyajian “Peta Pembelajaran” atau “Tujuan Kompetensi” yang jelas di awal setiap peserta didik dewasa yang melaksanakan pendidikan keberlanjutan nya. Kebijakan yang dibuat ini dapat membantu peserta dewasa melihat kompetensi mereka sendiri dan memilih apa yang harus di kembangkan dari keterampilan yang dimiliki pada peserta didik dewasa. Modul pembelajaran bisa di pelajari dari aplikasi yang mudah di unduh pada playstore maupun Appstore sesuai dengan kebutuhan peserta belajar.
2. Peran Pengalaman Belajar (Role Of The Leamer’s Experience)
Orang Dewasa membawa pengalaman hidup dan kerja yang kaya, yang menjadi sumber belajar sekaligus dasar untuk mengaitkan pengetahuan baru. Kebijakan metode pembelajaran melalui teknologi platfrom harus mendukung metode pembeajaran yang memanfaatkan pengalaman, seperti diskusi kelompok (forum), studi kasus, simulasi, peer-review, dan pembelajaran berbasis proyek (pjbl). Kebijakan harus mengalokasikan sumber daya untuk pengembangan bakat yang dimiliki peserta didik orang dewasa seperti salah satu contohnya mendukung kemampuan menjahit yang di miliki oleh peserta belajar. Dari dukungan kemampuan menjahit tersebut pengelola atau komunitas yang mengelola harus memiliki sebuah inovasi dengan memanfaatkan kemudahan jual-beli online melalui online shop seperti Shopee, Tokopedia, Lazada, ataupun Tiktok Shop. Agar bermanfaat dan menghasilkan keuntungan bagi peserta belajar dari hasil pembuatan menjahit nya, jadi bukan hanya belajar tetapi pengelola pun turut serta untuk menumbuhkan taraf perekonomian yang stabil bagi masyarakat peserta belajar.
3. Motivasi Peserta Belajar Orang Dewasa (Motivation)
Motivasi belajar orang dewasa lebih banyak di dorong oleh faktor internal seperti ingin mendapat penghargaan, meningkatkan harga diri, aktualisasi diri, serta menstabilkan perekonomian, dari pada faktor eksternal. Kebijakan jejaring sosial memfasilitasi komunitas pembelajaran online dimana peserta bisa saling berbagi sukses, mendapatkan pengakuan dari sesama, dan membangun identitas profesional. Tujuan nya dari pengembangan bakat yang sudah di kembangkan untuk bisa di eksplor oleh masyarakat luas dari kemampuan menjahit yang mereka lakukan. Kebijakan tautan ini untuk pengembangan Karier, sistem harus mampu menampilkan “skill transcript” atau “digital credential passport” yang dapat di tautkan ke profil Linkedln atau sistem rekrutmen, yang memenuhi kebutuhan aktualisasi diri sebagai penerapan keterampilan secara nyata yang sudah didapatkan dari pembelajaran yang di berikan.
Sebuah kebijakan teknologi untuk pelatihan orang dewasa harus menyatakan dengan tegas komitmen pada pembelajaran mandiri, berbasis pengalaman, dan berpusat pada peserta. Tetapi tidak semua orang dewasa sama-sama mandiri, karena hal tersebut sebuah tantangan dan pertimbangan yang dimana kebijakan harus fleksibel untuk menyediakan atau dukungan awal untuk meyakinkan bahwa pendidikan keberlanjutan di perlukan pada peserta yang ingin mengembangkan bakatnya. Serta memastikan teknologi dapat diakses oleh semua peserta dengan berbagai latar belakang kemampuan digital dan infrastruktur.
Landasan teori Andragogi dalam penyusunan kebijakan teknologi adalah sebuah keharusan, bukan pilihan. Kebijakan yang baik akan mengubah teknologi dari sekedar “tempat menyimpan konten” menjadi “lingkungan yang memfasilitasi pengalaman belajar orang dewasa”. Dengan berpegang pada prinsip-prinsip Knowles, kebijakan tersebut akan memastikan bahwa investasi teknologi menghasilkan peningkatan kompetensi yang nyata, relevan, dan bermakna bagi pembelajar dewasa, yang pada akhirnya mendukung perubahan masyarakat dalam hal kestabilan ekonomi. Kebijakan menjadi jembatan antara kemajuan teknologi dan hakikat pembelejaran orang dewasa secara berkelanjutan.
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”





































































