• Hubungi Redaksi
  • Login
  • Register
Siaran Berita
Kirim Berita Media Wanita
  • Berita Utama
  • Ekonomi & Bisnis
  • Internasional
  • Nasional
  • Properti
  • SBTV
  • Lainnya
    • Gaya Hidup
    • Teknologi
    • Otomotif
    • English
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Pariwisata
    • Pendidikan
    • Product Review
    • Sorot
    • Sport
    • Event
    • Opini
    • Profil
Siaran Berita
  • Berita Utama
  • Ekonomi & Bisnis
  • Internasional
  • Nasional
  • Properti
  • SBTV
  • Lainnya
    • Gaya Hidup
    • Teknologi
    • Otomotif
    • English
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Pariwisata
    • Pendidikan
    • Product Review
    • Sorot
    • Sport
    • Event
    • Opini
    • Profil
No Result
View All Result
Siaran Berita
No Result
View All Result
Home Opini

Mengapa Gerakan Protes Sosial di Era Prabowo Gibran Marak?

Oleh : Radityo Satrio

Bergerak Berdampak by Bergerak Berdampak
16 April 2025
in Opini
A A
0
aa
858
SHARES
1.2k
VIEWS

Mengapa Gerakan Protes Sosial di Era Prabowo-Gibran Marak?

Sejak pelantikan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka pada Oktober 2024, Indonesia memasuki babak baru dalam dinamika politik dan sosialnya. Namun, dalam kurun waktu singkat, berbagai gerakan protes sosial bermunculan di berbagai daerah. Dari demonstrasi mahasiswa hingga aksi masyarakat sipil, gelombang protes ini mencerminkan keresahan publik terhadap sejumlah kebijakan dan dinamika pemerintahan baru. Artikel ini mengulas faktor-faktor utama yang memicu maraknya gerakan protes sosial di era Prabowo-Gibran.

1. Kebijakan Ekonomi yang Kontroversial

Baca Juga

Gen Z

Mengenal Gen Z: Generasi Digital yang Mengubah Dunia

17 June 2025
Gambar Goreng Pisang

Analisis Kelayakan Bisnis Warung Mama Yasmin Goreng Pisang

16 June 2025
241214134341 552

Gaji Guru: Akar Masalah Kualitas Pendidikan yang Terlupakan

16 June 2025
be

Geliat #KaburAjaDulu: Ungkap Kekecewaan Politikal Pemuda Indonesia

16 June 2025

Salah satu pemicu utama protes adalah kebijakan ekonomi yang dianggap kurang berpihak pada rakyat. Pemerintahan Prabowo-Gibran menghadapi tantangan besar dalam mewujudkan janji kampanye, seperti program makan bergizi gratis yang menelan anggaran besar. Namun, implementasi program ini menuai kritik karena dianggap kurang matang dan membebani anggaran negara. Selain itu, wacana pemotongan anggaran di sektor pendidikan dan kesehatan untuk mendanai program prioritas memicu reaksi keras dari kalangan mahasiswa dan aktivis, yang melihatnya sebagai ancaman terhadap kesejahteraan sosial.

Kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% juga menjadi sorotan. Ketidakjelasan komunikasi publik mengenai kebijakan ini memicu kekhawatiran akan kenaikan harga barang dan jasa, yang pada akhirnya memengaruhi daya beli masyarakat. Ekonom dan masyarakat sipil menilai bahwa kebijakan ini memperburuk ketimpangan ekonomi, terutama di tengah pemulihan pasca pandemi.

2. Kekecewaan terhadap Janji Politik

Prabowo-Gibran memenangkan pemilu dengan janji-janji populis, seperti peningkatan kesejahteraan, industrialisasi, dan pemberantasan korupsi. Namun, dalam 100 hari pertama pemerintahan, banyak pihak merasa bahwa janji-janji tersebut belum terwujud secara substansial. Program-program besar sering kali dianggap lebih mengedepankan pencitraan ketimbang dampak nyata. Hal ini memicu kekecewaan, terutama di kalangan pemilih muda yang sebelumnya mendukung pasangan ini karena citra “pragmatis” dan “modern” yang mereka usung.

Selain itu, isu ketimpangan sosial, khususnya terkait kesetaraan gender dan perlindungan kelompok rentan, juga menjadi sorotan. Beberapa kalangan menilai bahwa pemerintahan baru belum menunjukkan komitmen kuat untuk mengatasi isu-isu ini, sehingga memicu aksi dari organisasi masyarakat sipil dan kelompok advokasi.

3. Kontroversi Politik dan Dinasti Politik

Pencalonan Gibran Rakabuming Raka sebagai wakil presiden menuai kontroversi sejak awal, terutama karena perubahan aturan usia kandidat yang dianggap memihak. Banyak pihak melihat ini sebagai bentuk penguatan dinasti politik keluarga Joko Widodo, yang memicu ketidakpercayaan terhadap integritas demokrasi. Gerakan seperti “Adili Jokowi” yang muncul di berbagai daerah mencerminkan keresahan terhadap dugaan penyalahgunaan kekuasaan pada pemilu 2024, termasuk penggunaan sumber daya negara untuk memenangkan Prabowo-Gibran.

Protes ini tidak hanya menyasar Gibran, tetapi juga Prabowo, yang memiliki latar belakang militer dan pernah dikaitkan dengan pelanggaran hak asasi manusia. Bagi sebagian aktivis, kepemimpinan Prabowo membangkitkan kekhawatiran akan kembalinya gaya otoriter, meskipun pemerintahan baru berupaya menampilkan wajah yang inklusif.

4. Gaya Komunikasi Pemerintahan yang Kurang Efektif

Gaya komunikasi pemerintahan Prabowo-Gibran juga menjadi faktor pemicu protes. Pernyataan-pernyataan Prabowo yang dianggap tidak berdasar data, seperti terkait kebijakan ekonomi atau isu lingkungan, sering kali memicu kebingungan dan kritik. Sementara itu, “diamnya” Gibran dalam beberapa isu krusial dianggap sebagai ketidakmampuan untuk menjawab ekspektasi publik. Ketidaksinkronan antara janji dan realitas ini memicu persepsi bahwa pemerintahan kurang transparan dan responsif.

Media sosial memperkuat dinamika ini. Rendahnya literasi digital di kalangan masyarakat memudahkan penyebaran misinformasi, yang kemudian memicu protes spontan. Di sisi lain, aktivis memanfaatkan platform daring untuk mengorganisasi aksi, seperti gerakan “Indonesia Gelap” yang menyoroti kebijakan yang dianggap merugikan.

5. Reaksi terhadap Ketimpangan Sosial dan Lingkungan

Leaderboard apa apa

Isu lingkungan juga menjadi pemicu protes. Pemerintahan Prabowo-Gibran dinilai belum menunjukkan ambisi kuat dalam menghadapi krisis iklim, meskipun ada janji untuk mempercepat target nol emisi. Kebijakan hilirisasi sumber daya alam, yang menjadi salah satu program unggulan, menuai kritik karena dianggap lebih menguntungkan korporasi ketimbang masyarakat lokal. Aksi protes dari kelompok lingkungan dan masyarakat adat pun meningkat, menuntut keadilan ekologis.

Selain itu, ketimpangan sosial, seperti kesenjangan antara perkotaan dan pedesaan, serta kurangnya perlindungan terhadap kelompok marginal, memicu gerakan sosial yang menuntut perubahan sistemik. Gerakan ini sering kali melibatkan kaum muda, yang merasa terpinggirkan oleh kebijakan yang lebih mengutamakan stabilitas ekonomi ketimbang keadilan sosial.

Kesimpulan

Maraknya gerakan protes sosial di era Prabowo-Gibran tidak terjadi dalam ruang hampa. Ketidakpuasan terhadap kebijakan ekonomi, kekecewaan atas janji politik, kontroversi dinasti politik, gaya komunikasi yang bermasalah, serta isu ketimpangan sosial dan lingkungan menjadi pemicu utama. Protes ini mencerminkan semangat masyarakat untuk menuntut akuntabilitas dan keadilan, sekaligus tantangan bagi pemerintahan baru untuk membuktikan komitmennya kepada rakyat.

Bagi Prabowo-Gibran, gelombang protes ini adalah ujian awal untuk menunjukkan kemampuan mereka dalam mendengar aspirasi publik dan mewujudkan perubahan yang dijanjikan. Tanpa langkah konkret untuk mengatasi akar masalah, gerakan sosial ini berpotensi terus berkembang, membentuk dinamika politik yang semakin kompleks di masa depan. (RS)

Tags: Prabowo
Share343Tweet215Share60Pin77SendShare
Leaderboard apa apa
Previous Post

Mahasiswa Bispro UPNVJT Latih Etika Profesional di Hotel Platinum

Next Post

Lapas Blangpidie Laksanakan Bakti Sosial Peringati Hari Bhakti Pemasyarakatan ke-61

Bergerak Berdampak

Bergerak Berdampak

Related Posts

Gen Z

Mengenal Gen Z: Generasi Digital yang Mengubah Dunia

17 June 2025
Gambar Goreng Pisang

Analisis Kelayakan Bisnis Warung Mama Yasmin Goreng Pisang

16 June 2025
241214134341 552

Gaji Guru: Akar Masalah Kualitas Pendidikan yang Terlupakan

16 June 2025
be

Geliat #KaburAjaDulu: Ungkap Kekecewaan Politikal Pemuda Indonesia

16 June 2025
Next Post
cbb97530 7f14 4668 8f1e da20272fc11b

Lapas Blangpidie Laksanakan Bakti Sosial Peringati Hari Bhakti Pemasyarakatan ke-61

f0c751a2 8097 4107 b682 59c0a35d13e7

Peringati HBP ke-61, Lapas Blangpidie Gelar Donor Darah Bersama PMI Abdya

Foto Bersama Pihak BSDM Kemendukbangga, Dosen & Mahasiswa/i Pekom FKIP UHAMKA

Mahasiswa/i Pendidikan Ekonomi FKIP UHAMKA PKL di Kemendukbangga

250415142227 943

Gelar Doa Bersama di Masjid At-Ta'awun, Doa Terbaik untuk Seluruh Siswa MAN 2 Bantul

WhatsApp Image 2025 04 16 at 12.46.26

Terpasang, Kubah Masjid At Ta’awun MAN 2 Bantul

Please login to join discussion
Rumah Prabu Half Page
Siaran Berita

Siaran Berita menghadirkan berbagai informasi terbaru dan terpercaya.

Follow Us

Square Media Wanita
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Cyber
  • Syarat & Ketentuan Tulisan
  • Syarat dan Ketentuan Penggunaan Website
  • Disclaimer

© 2023 SIaran Berita - Pres Rilis dan Berita

Welcome Back!

Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Berita Utama
  • Ekonomi & Bisnis
  • Internasional
  • Nasional
  • Properti
  • SBTV
  • Lainnya
    • Gaya Hidup
    • Teknologi
    • Otomotif
    • English
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Pariwisata
    • Pendidikan
    • Product Review
    • Sorot
    • Sport
    • Event
    • Opini
    • Profil
  • Login
  • Sign Up

© 2023 SIaran Berita - Pres Rilis dan Berita