Ada satu kemampuan rahasia yang dimiliki siswa di seluruh dunia tetapi jarang masuk CV: menyelesaikan tugas.
Kita ini spesies unik. Bisa baca 30 halaman fanfic tanpa jeda, tapi baca 3 halaman diktat sudah berasa seperti mendaki Gunung Semeru bawa printer.
Entah kenapa, tugas itu baru terasa penting ketika Tuhan menurunkan ilham berupa chat PJ:
“Jangan lupa batas waktu hari ini ya.”
Sekarang penting.
Sebelumnya? Angin lalu.
Sebelum Memulai Tugas, Mari Kita Melakukan Hal-Hal Tak Penting Dulu
Siswa tidak akan langsung mengerjakan tugas. Itu melanggar kode moral kehidupan kampus.
Ada prosedur sakral:
Rapikan meja (walau besok berantakan lagi)
Pasang lagu focus, padahal isinya lirik patah hati
Scroll TikTok karena katanya cari inspirasi
Cek kulkas, siapa tahu ada motivasi dingin
Hasil?
Waktu sudah jam 1 pagi dan kata-katanya masih kosong.
Yang sudah maju malah playlist Spotify.
Produktivitas Mendadak Saat Panik
Lalu tibalah masa kritis: H-3, masih santai.
H-2, udah mulai was-was tapi masih nonton reel.
H-1, tiba-tiba introvert hilang, chat semua teman:
“Sudah pada ngerjain belum…? Boleh liat referensinya gak?”
Dan saat jam 23.00 lewat dikit…
Kita berubah menjadi kombinasi Iron Man × Albert Einstein × anak mapala yang kuat begadang.
Jari ngetik secepat doa malam ujian.
Sambil sesekali menghela nafas panjang merasakan berat hidup padahal baru Semester 1.
Menunda Bukan Berarti Pemalas, Tapi Terlalu Optimis
Dunia sering salah paham.
Orang bilang kita malas.
Padahal kita Cuma percaya pada masa depan.
Percayalah bahwa kelak kita akan menjadi sosok yang sangat produktif. Nanti.
Sekarang rebahan dulu.
Ada pepatah versi mahasiswa:
“Kenapa sekarang dikerjakan kalau bisa dikerjakan besok?
Kenapa besok? Ya karena lusa lebih panik.”
Optimisme level dewa.
Euforia Saat Berhasil Submit
Dan ketika akhirnya berhasil klik Submit,
File terkirim, lapor ke PJ, PJ tersenyum lega (sementara)…
Ada rasa bangga pada diri sendiri.
Padahal isinya salah ketik 13, referensinya Cuma satu dari Google Scholar halaman pertama, dan kesimpulannya kayak ceramah bapak RT.
Tapi tetap:
Mahasiswa yang nunda tugas itu tidak gagal…
Mereka survivor.
Penutup yang Mepet
Akhirnya kita sadar, mengakhiri tugas itu bukan sekedar kesembronoan.
Dia mengajarkan:
Manajemen waktu (yang sangat buruk tapi tetap manajemen)
Cara menghadapi tekanan hidup
Seni memanfaatkan detik terakhir
Dan satu hal lagi…
Batas waktu tidak diciptakan untuk dipatuhi,
Tapi untuk didekati secara dramatis.
Selamat berjuang untuk tugas berikutnya.
Yang jelas…
Kita belum akan mengerjakannya sekarang.
Penulis: Finannada Fatimatazzahra (Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”




































































