Bantul (MAN 2 Bantul) – Dalam upaya mempercepat pembangunan Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (ZI WBK), MAN 1 Kota Madiun menggelar workshop pada hari Kamis (20/3/25). Kegiatan ini menghadirkan Kepala MAN 2 Bantul sebagai narasumber utama, serta Isti Wahyuni, Kepala Tata Usaha MAN 2 Yogyakarta sebagai narasumber pendamping.
Workshop ini diikuti oleh peserta dari tiga madrasah di Kota Madiun, yaitu MAN 1 Kota Madiun, MAN 2 Kota Madiun, dan MTsN Kota Madiun. Acara ini bertujuan untuk memperkuat komitmen institusi pendidikan dalam mewujudkan tata kelola madrasah yang transparan, akuntabel, dan bebas dari praktik gratifikasi, korupsi, kolusi dan nepotisme.
Kegiatan diawali dengan sambutan dari Kepala Kantor Kementerian Agama (Kakankemenag) Kota Madiun, yang menekankan pentingnya penerapan ZI WBK di lingkungan madrasah. Ia menyampaikan bahwa integritas dan tata kelola yang baik di madrasah akan menciptakan lingkungan pendidikan yang bersih dan profesional.
Selanjutnya, Kasubbag Tata Usaha Kantor Kementerian Agama Kota Madiun dalam sambutannya menyoroti aspek administrasi dan pelayanan publik yang harus terus ditingkatkan untuk mencapai predikat WBK. Kasi Pendidikan Madrasah (Kasi Dikmad) Kota Madiun juga memberikan arahan mengenai langkah-langkah konkret yang perlu diambil oleh madrasah dalam membangun budaya anti korupsi.
Sebagai narasumber utama, Kepala MAN 2 Bantul, Nur Hasanah Rahmawati memaparkan pengalaman dan strategi yang telah diterapkan di madrasah yang ia pimpin sebelumnya, yaitu MTsN 9 Bantul, yang telah sukses mengawali Madrasah Tsanawiyah satu-satunya se Indonesia dalam menerapkan budaya berzona integritas hingga masuk dalam penilaian Menpan, sejak thn 2022. MTsN 9 tersebut sampai saat ini menjadi tujuan studi tiru dalam membangun ZI WBK bagi madrasah-madrasah di Indonesia.
Meskipun sudah mutasi ke MAN 2 Bantul, Atik, sapaan akrab kepala MAN 2 Bantul tersebut masih sering diundang sebagai narasumber dalam kegiatan ZI WBK dalam rangka sharing pengalaman yang telah dilaluinya dengan penuh tantangan dan suka dukanya. Ia menjelaskan bahwa proses ini membutuhkan kekuatan mental yang luar biasa, kegigihan yang totalitas serta komitmen kerja sama seluruh elemen madrasah, mulai dari kepala madrasah, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, komite madrasah, orang tua siswa hingga peserta didik.
Selain itu, inovasi dalam pelayanan, transparansi dalam pengelolaan anggaran, serta penguatan budaya kerja berbasis integritas menjadi faktor utama dalam mencapai predikat WBK. Atik memaparkan bagaimana strategi membangun komitmen serta bagaimana membentuk tim solid untuk mewujudkan visi madrasah. Ia menekankan adanya inovasi yang merupakan langkah kongkret mencapai visi tersebut.
Workshop ini juga diisi dengan sesi diskusi dan tanya jawab, di mana peserta aktif bertanya dan berbagi pengalaman terkait tantangan yang mereka hadapi dalam menerapkan prinsip-prinsip ZI WBK di madrasah masing-masing. Beberapa madrasah mengungkapkan kendala dalam membangun budaya integritas, sementara yang lain menanyakan praktik baik yang telah dilakukan di MAN 2 Bantul, madrasah yang sama-sama baru akan memulai ZI WBK tahun 2025 ini.
Pada akhir acara, disepakati bahwa seluruh madrasah peserta workshop berkomitmen untuk menerapkan strategi yang telah dibahas dalam kegiatan ini. Harapannya, ke depan madrasah-madrasah di Kota Madiun dapat meraih predikat ZI WBK, sebagaimana telah dicapai oleh beberapa madrasah di daerah lain.
Workshop ini menjadi momentum penting bagi madrasah di Kota Madiun untuk semakin serius dalam membangun sistem pendidikan yang bersih, profesional, dan berorientasi pada pelayanan publik yang prima.
Dalam kegiatan ini, juga diadakan penandatangan MOU antara MAN 2 Yogyakarta serta MAN 1 Kota Madiun, MAN 2 Kota Madiun, serta MTsN Kota Madiun.
“Bapak Ibu siap menyukseskan ZI WBK serta siap menjadi tim solid ZI WBK di Madrasah?”, ungkap Atik meyakinkan peserta. Dijawab serentak oleh semua peserta yang menyatakan siap bekerja dengan penuh integritas untuk membangun ZI WBK di madrasah masing-masing. “Karena ZI WBK bukan hanya sebatas slogan tetapi perlu aksi nyata menuju perubahan di segala bidang di madrasah, terutama peningkatan kinerja serta pelayanan terhadap masyarakat”, pungkasnya. (nhr).