Sampah rumah tangga selama ini dianggap sebagai masalah lingkungan. Namun di Kampung Kedung Cinde, Kecamatan Kasemen, pandangan itu mulai berubah sejak sekelompok mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (UNTIRTA) mengenalkan cara mengolah limbah dapur menjadi sesuatu yang bernilai: pupuk kompos botol dan media tanam berbahan galon bekas. Program ini bukan sekedar kegiatan pelatihan, melainkan upaya membangun kemandirian pangan dari ruang-ruang kecil di rumah warga.
Kota Serang memang sedang menghadapi persoalan serius terkait sampah. Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) mencatat, volume sampah harian Kota Serang mencapai 617,31 ton dan jumlah tersebut meningkat menjadi 225.318,46 ton dalam setahun. Sayangnya, 66,25% dari total sampah tersebut berupa sampah organik, sebagian besar berasal dari sampah dapur rumah tangga. Ketika sampah tersebut tidak dikelola dengan baik, maka menimbulkan bau, mencemari lingkungan, dan menambah beban TPA.
Melihat kenyataan bahwa sampah dapur terus menumpuk dan warga membutuhkan solusi yang sederhana namun bermanfaat, empat mahasiswa Program Studi Administrasi Publik UNTIRTA yaitu Selly Mauliddia, Abid Jelang Ramadhan, Irpi Diani, dan Ratu Aisyah Mumtazah bersama mengajak warga belajar mengolah sampah menjadi sesuatu yang bernilai. Mahasiswa kemudian menyelenggarakan pelatihan bertema “Pemanfaatan Galon Bekas dan Kompos Botol sebagai Media Tanam Tanaman Dapur Hidup”, bertempat di rumah salah satu kader lingkungan di RT 02/RW02. Kegiatan ini diikuti oleh tujuh ibu rumah tangga berusia 30-50 tahun, kelompok yang memiliki ketertarikan pada kegiatan menanam namun minim pengetahuan tentang teknik pemanfaatan limbah dapur sebagai media tanam.
Kegiatan sosialisasi ini memperkenalkan cara sederhana mengolah sampah dapur menjadi kompos menggunakan botol plastik bekas. Warga diajak langsung mempraktikkan prosesnya, mulai dari mengumpulkan kulit bawang atau sisa sayuran, memasukkannya ke dalam botol, hingga memahami bagaimana mikroorganisme mengubah limbah tersebut menjadi pupuk alami. Mahasiswa juga menunjukkan cara memodifikasi galon bekas menjadi pot tanam yang dapat digunakan di lahan rumah yang terbatas.
Melalui pendampingan ini, warga akhirnya melihat bahwa sampah dapur bukanlah beban, tetapi bisa menjadi sumber pupuk untuk menumbuhkan sayuran sendiri. Proses yang sederhana ini tidak hanya membantu mengurangi timbunan sampah rumah tangga, tetapi juga menghemat pengeluaran dapur dan menciptakan ruang hijau produktif di sekitar rumah. Dengan langkah kecil yang mudah ditiru, setiap orang dapat mulai mengolah limbah dapur menjadi sesuatu yang jauh lebih bermanfaat.
Di akhir kegiatan, warga berharap pelatihan serupa terus berlanjut dan dapat menjangkau lebih banyak warga, karena manfaatnya terasa langsung dalam kehidupan sehari-hari. Harapan tersebut sejalan dengan tujuan tim mahasiswa UNTIRTA yang memandang kegiatan ini sebagai langkah awal menuju terbentuknya budaya lingkungan berkelanjutan di Kampung Kedung Cinde sebuah perubahan yang dimulai dari rumah, dari sepetak teras, dan dari pengelolaan sampah sederhana yang dilakukan dengan penuh kesadaran. Jika semakin banyak warga yang terbiasa mengolah limbah dapur kompos dan menanam sayuran sendiri, maka kampung ini tidak hanya berkontribusi pada pengurangan timbunan sampah rumah tangga, tetapi juga memperkuat ketahanan pangan keluarga melalui hadirnya ruang hijau produktif di lingkungan tempat tinggal.
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”



































































