Perempuan dan Pemuda Kunci Ketangguhan Komunitas Hadapi Bencana dan Konflik
KEMENKO PMK — Deputi Bidang Koordinasi Penanggulangan Bencana dan Konflik Sosial Kemenko PMK, Lilik Kurniawan, menegaskan bahwa perempuan dan pemuda memegang peran strategis dalam membangun ketangguhan komunitas, khususnya di daerah rawan bencana dan konflik.
Hal itu disampaikan saat menjadi pembicara utama dalam Peringatan Hari Kemanusiaan Sedunia 2025 yang digelar di Kupang, Nusa Tenggara Timur, pada Selasa (19/8/2025).
“Indonesia merupakan salah satu negara dengan risiko bencana tertinggi di dunia. Untuk itu, kita tidak bisa hanya mengandalkan pendekatan struktural semata. Peran aktif perempuan, pemuda, dan masyarakat lokal sangat penting dalam membangun ketangguhan yang berkeadilan dan inklusif,” ujarnya.
Lilik menekankan bahwa keterlibatan perempuan dan pemuda bukan sekadar pelengkap, melainkan faktor penentu dalam memperkuat fondasi masyarakat yang tangguh. Ia menilai pendekatan yang responsif gender dapat menghadirkan sistem peringatan dini, layanan sosial, dan mekanisme pencegahan konflik yang lebih efektif.
Lebih jauh, ia menambahkan bahwa peran perempuan juga terbukti mampu menciptakan ruang dialog yang lebih terbuka dalam penyelesaian konflik sosial.
“Perempuan memiliki perspektif yang inklusif dan kemampuan untuk membangun jembatan antar kelompok. Ini menjadi modal penting bagi perdamaian berkelanjutan,” kata Lilik.
Deputi Lilik juga mengajak para pemuda untuk berani tampil sebagai agen perubahan di lingkungannya. Menurutnya, generasi muda memiliki energi, kreativitas, dan kepedulian sosial yang dapat menjadi kekuatan utama dalam memperkuat jejaring solidaritas kemanusiaan.
Peringatan Hari Kemanusiaan Sedunia tahun ini mengusung tema “Pertukaran Pengetahuan Humanitarian-Development-Peace Nexus: Perempuan Berdaya untuk Perdamaian Berkelanjutan”. Kegiatan yang diprakarsai UN Women dengan dukungan KOICA ini turut dihadiri pemerintah daerah, akademisi, organisasi masyarakat sipil, serta perwakilan komunitas perempuan dan pemuda dari NTT, NTB, dan Sulawesi Tengah.
Rangkaian acara meliputi diskusi panel, pleno, dan berbagi praktik baik dari lapangan. Sejumlah pengalaman komunitas dipresentasikan, mulai dari kepemimpinan perempuan di tingkat desa, inisiatif pemuda dalam pencegahan konflik sosial, hingga penguatan layanan komunitas responsif gender dalam situasi bencana.