Jumbo, film animasi Indonesia yang tengah naik daun dan dibangga-banggakan kini menyentuh angka 5 juta penonton per 19 April 2025. Dengan antusias dari masyarakat, Jumbo bisa menambah 1.109 layar di seluruh Indonesia pada hari ke 20 penayangan yang menjadikan Jumbo tayang di lebih dari 4.200 show. Kabar bahagia ini dibagikan rumah produksi Visinema melalui unggahan pada akun resmi Instagram dan Tiktok mereka.
Dengan pencapaian yang luar biasa film Jumbo berhasil menggeser film-film lebaran lainnya seperti Pabrik Gula, Komang, Qodrat 2, dan Norma: Antara Mertua dan Menantu. Sebuah fenomena luar biasa di industri perfilman Indonesia yang mana sepanjang lima tahun terakhir predikat film lebaran terlaris selalu jatuh ke film Indonesia bergenre horror.
Jumbo juga berhasil mencetak sejarah baru menjadi film animasi terlaris se-Asia Tenggara dengan keuntungan kurang lebih USD 8 juta atau sekitar Rp 128 milliar. Namun hal tersebut bukanlah sesuatu yang singkat didapat, Ryan Adriandhy selaku sutradara dan penulis cerita mengungkapkan di berbagai kesempatan bahwa film Jumbo ini dibuat selama 5 tahun dan melibatakan lebih dari 400 animator lokal.
Jelas bukanlah hal yang murah dan mudah memproduksi film ini, Ryan Adriandhy mengaku Visinema telah mengeluarkan banyak biaya hanya untuk memproduksi film ini dan banyak hal yang perlu dipertaruhkan agar mereka tetap mendapat keuntungan atas kerja kerasnya. Salah satu upaya yang dilakukan adalah strategi dan landasan cerita yang bagus.

Pada video youtube Raditya Dika berjudul Film Teman Saya Baru Kelar 5 Tahun, Ryan Adriandhy mengungkapkan bayangan karakteristik karya yang akan mudah diterima oleh masyarakat, “Gua itu udah bisa membayangkan tipe cerita apa yang secara tema atau secara pendekatan itu gampang diterima sama orang Indonesia yaitu Family Values, cerita-cerita yang dekat gitulah. Dan orientasinya ke keluarga” Dia melanjutkan keinginya membuat fim Jumbo lebih personal dan orisinil, “cuman gua lebih pingin sesuatu yang lebih personal sama gua kan. Jadi gua pingin punya film yang ada elemen magicnya, friendshipnya gitu.” jelasnya ke Raditya Dika.
Pernyataan dari Ryan tersebut tidak bisa dipungkiri benar adanya, melihat fenomena beberapa tahun terakhir selain dengan popularitas film bergenre horror, di Industri film Indonesia tidak jarang juga diwarnai kesukesan dari film-film bertema keluarga. Seperti pada tahun lalu dengan film Home Sweet Loan(2024) karya Sabrina Rochelle Kalangie yang menyentuh angka 1,7 juta penonton, dan pada awal tahun ini dengan film Satu Kakak Tujuh Keponakan(2025) karya Yandy Laurens yang disambut hangat masyarakat Indonesia dan berhasil mendapat 1,2 juta penonton. Pencapaian tersebut tak lama disusul dengan film yang juga bertemakan keluarga berjudul Perayaan Mati Rasa (2025) yang disutradarai Umay Shahab dan mendapat 1,3 juta penoton.
Dari data tersebut bisa terlihat film yang mengangkat tema keluarga atau Family Values juga dapat bersaing dengan film bergenre horror yang sering kali meraup keuntungan yang jauh lebih besar dengan jumlah penoton yang jauh lebih banyak. Film Jumbo juga dapat lebih mudah diterima masyarakat karena menargetkan segala umur serta menggunakan animasi sebagai media cerita yang identik dengan imajinasi dan fantasi anak-anak. Orang-orang yang merasa puas akan film Jumbo-pun mempromosikan hasil karya membanggakan anak bangsa ini dan melabeli diri mereka sebagai “Buzzer Jumbo Gratis” dimana mereka turut mempromosikan film Jumbo secara cuma-cuma.
Pada akhirnya dengan pencapaian Jumbo ini banyak dari masyarakat Indonesia hingga penggiat sineas lokal ikut bangga dan membagikan dukungannya di sosial media. Mereka juga berharap momen ini menjadi awal baru eksplorasi Industri film Indonesia khususnya industri film anak-anak dan animasi.