Dua penyakit lama yang sering kita dengar sejak dulu ternyata masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia: TBC (Tuberkulosis) dan kusta. Keduanya merupakan penyakit menular yang berkembang secara perlahan dan memerlukan pengobatan jangka panjang.
TBC adalah penyakit menular yang menyerang paru-paru, disebabkan oleh kuman bernama Mycobacterium tuberculosis. Penularannya terjadi melalui udara, misalnya saat penderita batuk atau bersin. Gejala TBC meliputi batuk lebih dari dua minggu, demam yang sering muncul di sore atau malam hari, keringat malam, berat badan turun, dan tubuh terasa lemas. Selain paru-paru, TBC juga bisa menyebar ke organ lain seperti kelenjar getah bening, tulang, atau bahkan otak. Jika tidak diobati sampai tuntas, TBC bisa menimbulkan komplikasi serius dan menular ke orang lain.
Sementara itu, kusta adalah penyakit yang menyerang kulit, saraf tepi, dan organ lain seperti mata dan hidung. Penyakit ini disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae dan menular melalui kontak erat dalam jangka waktu lama dengan penderita yang belum diobati. Gejala awalnya sering tidak disadari, seperti munculnya bercak putih di kulit yang mati rasa, kelemahan otot, atau luka yang tidak terasa sakit. Bila tidak ditangani sejak dini, kusta dapat menyebabkan kerusakan saraf permanen hingga kecacatan. Sayangnya, masih banyak penderita kusta yang merasa malu atau takut untuk berobat karena stigma sosial yang melekat.
Meski disebabkan oleh kuman yang berbeda, TBC dan kusta berasal dari golongan bakteri yang sama, yaitu Mycobacterium. Keduanya berkembang lambat di dalam tubuh dan sama-sama memerlukan terapi khusus dalam jangka waktu lama. Namun, pemerintah telah menyediakan obat-obatan gratis di puskesmas untuk mengobati kedua penyakit ini.
Untuk TBC, pengobatan utamanya adalah terapi kombinasi selama minimal enam bulan. Obat yang diberikan meliputi:
- Rifampisin: membunuh kuman secara aktif,
- Isoniazid (INH): menghentikan pertumbuhan kuman,
- Pirazinamid: bekerja melawan kuman yang tidak aktif,
- Etambutol: mencegah kuman menjadi kebal terhadap obat.
Sedangkan untuk kusta, pengobatannya dikenal dengan MDT (Multi Drug Therapy), yakni kombinasi tiga jenis antibiotik:
- Rifampisin: bekerja cepat membunuh kuman,
- Dapson: menghambat pertumbuhan bakteri,
- Klofazimin: bekerja lambat dan memiliki efek anti-inflamasi, membantu mengatasi peradangan kulit.
Durasi pengobatan kusta berbeda tergantung tingkat keparahannya. Untuk tipe ringan (paucibacillary), terapi berlangsung selama enam bulan. Sedangkan untuk tipe berat (multibacillary), pengobatan bisa berlangsung hingga dua belas bulan atau lebih. Penting dicatat: pengobatan tidak boleh dihentikan sebelum waktunya meskipun gejala sudah membaik.
Agar kasus TBC dan kusta bisa semakin berkurang, deteksi dini menjadi kunci utama. Jika Anda atau orang terdekat mengalami batuk lama, bercak putih mati rasa di kulit, atau gejala mencurigakan lainnya, segera periksa ke puskesmas terdekat. Semakin cepat penyakit diketahui, semakin besar peluang untuk sembuh total dan mencegah penularan ke orang lain. Tidak perlu takut atau malu—TBC dan kusta bukanlah kutukan, bukan aib, dan bukan penyakit keturunan. Dengan pengobatan yang tepat dan dukungan dari keluarga serta masyarakat, kita bisa mencegah kecacatan dan menyelamatkan masa depan.
Disusun Oleh : Kelas A Kelompok 1
Mahasiswa Semester 4 Fakultas Kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya