Pada tanggal 15 Oktober 2025 lalu, seorang mahasiswa dengan Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Udayana, yaitu Timothy Anugerah Saputra meninggal dunia akibat lompat dari lantai 2 gedung Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Berita ini tersebar sangat luas dan berbagai kebusukan pun muncul dibalik alasan Timothy sendiri mengakhiri hidupnya. Oknum-oknum yang terlibat dalam pembulian mulai membuat video klarifikasi permohonan maaf terhadap Timothy, keluarga Timothy, maupun civitas akademika Universitas Udayana. Berbagai video klarifikasi ini menimbulkan respon yang tidak mengenakkan bagi masyarakat luas. Apakah hanya dengan membuat video klarifikasi akan menyelesaikan semua permasalahan? Akankah kasus ini dapat selesai dengan sehat? Hukuman apa yang sepantasnya diberikan untuk para pembuli tersebut?
Hari demi hari, isu semakin hangat, berbagai klarifikasi muncul secara tidak jelas, informasi tersebar secara tidak valid. Hal ini membuat dunia sosial media dipenuhi dengan kecaman, ancaman, juga tuntutan bagi para pembuli Timothy Anugerah. Warga sosial media meminta agar para pembuli tersebut di drop out dari Universitas Udayana dan meyakinkan universitas lain untuk tidak menerima mereka, bahkan juga meyakinkan perusahaan dan tempat kerja untuk tidak mempekerjakan mereka. Lalu apa hubungannya dengan peran kekuasaan dalam struktur masyarakat dan relasi sosial?
Kekuasaan adalah kapasitas seseorang untuk memengaruhi kondisi, pola pikir, atau perilaku orang lain dengan mengendalikan atau menyediakan sumber daya yang berharga. Kekuasaan dapat berbentuk positif, seperti motivasi untuk membangun sesuatu secara lebih baik dari sebuah kuasa, namun juga bisa berbentuk negatif, seperti menyalahgunakan kekuasaan untuk kepentingan pribadi dan kelompok dengan tujuan menjatuhkan orang lain, bertindak egois dan impulsif. Kekuasaan yang digunakan oleh para kelompok pembuli ini termasuk ke dalam kekuasaan negatif. Dominasi terhadap Timothy membuat mereka merasa menguasai hidup seseorang dan bertindak semaunya.
Struktur masyarakat dan relasi sosial tidak jauh dari budaya. Budaya sering didefinisikan sebagai keyakinan, nilai, norma, simbol, dan praktik bersama yang memandu perilaku manusia dalam suatu masyarakat. Bukan merupakan bawaan, tetapi dipelajari dan diwariskan dari generasi ke generasi. Menurut saya, budaya itu sendiri akan memengaruhi bagaimana kekuasaan digunakan. Seorang pembuli akan tumbuh di lingkungan yang memiliki karakteristik kurang baik, sehingga mereka akan menerapkan karakteristik itu dalam kehidupan mereka. Dari karakteristik tersebut, muncullah kekuasaan yang disalahgunakan. Pembulian merupakan sebuah perlakuan dan stigma budaya yang salah. Pembulian mengakibatkan berbagai dampak negatif, entah bagi pembuli itu sendiri, dan juga bagi korban pembulian.
Sistem sosial juga berkaitan dengan budaya. Sistem sosial adalah seperangkat hubungan dan institusi sosial yang kompleks dan berpola yang membentuk suatu kesatuan yang kohesif dalam suatu masyarakat. Dalam sistem sosial terdapat komponen seperti institusi, peran sosial, serta norma dan nilai. Institusi pendidikan Universitas Udayana sendiri seharusnya menyadari berbagai masalah yang terjadi di kampus, mengusut tuntas segala pembulian dan menyelamatkan korban. Peran sosial dari teman, keluarga, juga kerabat dari Timothy sebetulnya diharapkan dapat menjaga Timothy dengan sangat baik dan menyadari pentingnya sisi psikologis dari Timothy sendiri. Norma dan nilai yang terdapat di Universitas Udayana seharusnya ditegaskan dengan sedemikian rupa, membangun aturan yang baik tetapi juga memerhatikan mahasiswanya dalam bertindak dan berperilaku. Tindakan benar atau salah ditentukan dari norma dan nilai. Nyatanya, sistem sosial yang terdapat dalam kasus ini memengaruhi lingkungan psikologis Timothy sendiri. Ia merasa tidak ada dukungan bahkan justru dorongan untuk regresi.
Kekuasaan memiliki hubungan dengan stratifikasi sosial. Stratifikasi sosial merupakan pemeringkatan hierarkis masyarakat ke dalam sistem lapisan atau strata. Sistem yang mengkategorikan orang berdasarkan faktor-faktor seperti kekayaan, pendapatan, pendidikan, dan kekuasaan. Berdasarkan teori konflik, stratifikasi adalah sistem yang dirancang untuk menguntungkan yang berkuasa dan mengeksploitasi yang tak berdaya. Kasus pembulian terhadap Timothy merupakan konflik dari stratifikasi sosial, dimana para pembuli memiliki kuasa terhadap Timothy sehingga dilakukan pembulian. Pembuli mendapatkan keuntungan dan mengeksploitasi yang tak berdaya.
Dalam masyarakat juga terjadi interaksi sosial. Proses di mana individu bertindak dan bereaksi terhadap orang-orang di sekitarnya. Dalam kasus Timothy, norma yang terjadi sangat tidak diharapkan. Interaksi sosial yang pada dasarnya memiliki tujuan untuk membangun hubungan sosial, justru menjadi sarana untuk membuli, entah melalui media sosial maupun kehidupan nyata. Perundungan dan pembulian yang terjadi pada Timothy merupakan bagian dari dampak negatif interaksi sosial, yaitu perundungan siber.
Pada intinya, didalam sebuah masyarakat diperlukan adanya struktur sosial yang baik, interaksi yang positif, juga relasi yang membangun. Sebagai manusia yang diciptakan dengan rasa sosial, empati, tidak sepantasnya melakukan perundungan dan pembulian kepada orang lain. Kita perlu menghargai eksistensi orang lain tanpa memandangnya dari segi apapun. Apabila sebuah masyarakat dapat membangun relasi dan interaksi yang baik, maka dampak yang diberikan akan baik pula. Kekuasaan bukanlah sesuatu yang diciptakan untuk disalahgunakan, melainkan diciptakan untuk membangun keadilan dan rasa aman.
Kasus Timothy Anugerah bukanlah hal sepele melainkan sebuah peringatan untuk tidak melakukan perundungan dan semacamnya. Jadilah manusia yang baik, berakal budi, dan juga berhati nurani. Kita harus pandai dalam berpolitik, paham mengenai arti berpolitik untuk menyuarakan suara bersama, bukan untuk menciptakan kekacauan dan bahkan merenggut nyawa orang lain. Manfaatkanlah hal yang ada untuk kepentingan bersama dan untuk kemajuan bersama.
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”




































































