Yogyakarta — GOR Among Raga kembali menjadi pusat keramaian ketika Dodolanan 2025 resmi dibuka pada Jumat (05/11). Ribuan warga dari berbagai wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta memadati arena untuk menikmati rangkaian acara yang memadukan unsur permainan tradisional, pameran budaya, serta pertunjukan seni dari 50 kelurahan dan kalurahan budaya.
Acara dibuka dengan sambutan Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Laksmi Pratiwi, S.S., M.A., yang menegaskan bahwa Dodolanan 2025 hadir sebagai ruang rekreasi yang sekaligus menguatkan identitas budaya masyarakat. Menurutnya, konsep memadukan aktivitas berjualan, bermain, dan rekreasi keluarga menjadi cara efektif untuk merawat tradisi yang tumbuh di desa-desa budaya.
“Dodolanan bukan sekadar hiburan. Ini adalah cara kita menjaga budaya tetap hidup, dengan menghadirkan ruang bagi warga untuk bermain dan berinteraksi sambil mengenal kekayaan tradisi,” ujarnya.
Sambutan tersebut diperkuat oleh Staf Ahli Gubernur Bidang Sosial, Budaya, dan Kemasyarakatan, Dr. Didik Wardaya, S.E., M.Pd., yang menyebut bahwa kreativitas tiap kelurahan budaya merupakan kekuatan utama dalam menjaga keunikan budaya Yogyakarta.

Sebagai tanda pembukaan, para pemangku kebijakan bersama perwakilan kalurahan menerbangkan kitiran—simbol harapan dan masa depan yang ingin dicapai bersama. Prosesi dilanjutkan dengan pelemparan kreweng (pecahan genting) di luar GOR Among Raga, yang melambangkan ikatan warga dengan budaya mereka.
Setelah seremoni berakhir, kerumunan mulai bergerak menuju Pasar Warga. Pengunjung disuguhi kuliner khas, kerajinan lokal, hingga produk budaya dari berbagai kalurahan. Di sisi lain, Galeri Pengetahuan Budaya dipadati warga yang ingin mengetahui lebih jauh tradisi, adat, hingga situs sejarah yang tersebar di DIY. Panggung Warga turut ramai dengan penampilan seni yang disambut antusias oleh pengunjung.
Salah satu daya tarik utama tahun ini adalah kompetisi Gobak Sodor berskala besar yang digelar Dinas Kebudayaan DIY bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Pemuda Olahraga dan KORMI. Permainan tradisional yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) pada 2022 itu dimainkan oleh 26 tim putra dan 24 tim putri dari 41 kalurahan budaya.

Pertandingan pertama mempertemukan Tim Putra Trimurti dan Margoagung, sementara laga putri dimulai oleh tim Katongan dan Sendangrejo. Sorak penonton semakin menyemarakkan suasana di dalam GOR, menciptakan energi kompetitif yang tetap hangat dan penuh kebersamaan.
Di luar arena pertandingan, warga juga diajak meramaikan berbagai permainan tradisional. Tawa dan teriakan seru terdengar di area dakon, egrang, hingga engklek yang dimainkan anak-anak dan orang tua.
Salah satu pengunjung, Reni, 34 tahun, warga Sleman, mengaku acara ini memberi ruang nostalgia sekaligus mendorong anak-anak mengenal permainan yang hampir hilang ditelan zaman.
“Anak saya biasanya main gawai terus. Tapi hari ini dia betah main engklek hampir satu jam. Saya senang karena dia bisa merasakan permainan yang dulu saya mainkan waktu kecil,” tutur Reni sambil tersenyum.
Pengunjung lain, Bagus, 22 tahun, mahasiswa asal Bantul, menilai Dodolanan bukan hanya acara budaya, tetapi ruang pertemuan sosial yang menyenangkan.
“Rasanya seperti kembali ke masa kecil, tapi dalam suasana festival yang besar. Banyak teman baru, banyak cerita baru,” ujarnya.
Menuju malam, kerumunan beralih ke Panggung Warga. Penampilan Damara De menjadi penutup hari pertama, membuat pengunjung berjoget dan bernyanyi bersama. Sorak dan tepuk tangan panjang mengakhiri hari yang penuh euforia.
Dodolanan 2025 masih akan berlangsung hingga 7 Desember, menghadirkan Wicara Budaya dan Lokakarya yang terbuka untuk umum. Seluruh kegiatan dapat dinikmati tanpa biaya masuk, menjadikan festival ini salah satu ajang budaya paling merakyat dan inklusif di Yogyakarta.
Dengan hadirnya pertunjukan seni, permainan tradisional, pendidikan budaya, dan interaksi lintas generasi, Dodolanan 2025 kembali menunjukkan bahwa budaya Yogyakarta tak sekadar dilestarikan, tetapi benar-benar dirayakan. (Yusuf)
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”






































































