TANGSEL ‐ Upaya penertiban pedagang kaki lima (PKL) di wilayah Ciputat Kota Tangerang Selatan (Tangsel) terus digencarkan oleh pemerintah setempat.
Namun hingga kini, masih banyak pedagang yang enggan menaati aturan dan justru memilih main kucing-kucingan dengan petugas.
Lurah Cipayung Dini Nurlianti mengaku, geram dengan sikap para pedagang yang bersikeras berdagang di area terlarang meski tempat resmi telah disediakan.
“Kasihan Pak Kadis. Kita juga bukan menghimbau lagi, tapi memaksa pedagang untuk pindah ke los yang memang sudah disediakan. Namun ya, mereka berpikirnya masih gimana ya Masih berpikir bahwa mereka nyaman di zona yang sekarang, kucing-kucingan gitu,” kata Dini saat dikonfirmasi via WA, Kamis 19 Juni 2025.
Dini menjelaskan, bahwa penertiban di Pasar Ciputat ini dilakukan setiap hari, bahkan terakhir digelar operasi besar-besaran pada malam Senin.
Dalam penertiban itu, lanjut Dini, puluhan pedagang liar yang nekat berjualan di bawah flyover Ciputat dan sekitar pintu keluar Plaza Ciputat terpaksa diangkut menggunakan armada Satpol PP.
“Mereka berjualannya memang di antara jam sebelasan malam ke sana. Nah, akhirnya kan diangkutin tuh,” ungkapnya.
Menurutnya, keberadaan petugas di lapangan tidak selalu efektif karena keterbatasan waktu dan tenaga. Hal ini sering dimanfaatkan oleh pedagang untuk kembali berjualan saat kondisi dianggap aman.
“Petugas ada, namun kan keliling juga ada batas waktunya. Kalau kita waktu keliling juga, kita keterbatasan juga,” jelasnya.
Meski begitu, Dini menegaskan, bahwa penertiban tetap berjalan secara konsisten dengan dukungan penuh dari berbagai pihak.
“Kita bekerja sama nih. Alhamdulillah Pak Camat, Pak Kadis Indag, Pak Kasatpol PP, sama OPD juga bekerja sama ya. Kita satu tujuan yang sama. Jadinya enak sih, kita kompak. Jadi, ada pedagang satu, kita langsung turun untuk menghimbau,” imbuhnya.
Dirinya menyampaikan, bahwa pihak kelurahan terus melakukan monitoring, terutama di titik-titik rawan seperti sekitar Jalan Haji Usman, Arya Putra, dan bawah flyover Ciputat.
“Kalau waktu siang, sore, nggak ada yang jualan. Tapi tetap aja, maju dikit-maju dikit, nah kita ingetin tuh,” imbuhnya.
Selain itu, Dini menjelaskan, kondisi di Jalan Haji Usman relatif lebih tertib karena pedagang masih mau berjualan di area belakang trotoar.
Sementara itu, wilayah Arya Putra dan flyover membutuhkan pemantauan intensif.
“Kalau yang di Jalan Haji Usman tuh agak mending lah. Mereka di belakang trotoar, masih nurut. Tapi yang di Arya Putra sama flyover kan memang masih dalam proses kita. Pemantauan melekat, harus terus-terusan,” ujarnya.
Dini menambahkan, bahwa sikap sebagian pedagang yang enggan pindah ke los resmi biasanya dilatarbelakangi kekhawatiran dagangan mereka tidak laku.
“Itulah orang yang takut rezekinya berkurang. Itu tuh mendahului takdir,” tutupnya.
Meski penuh tantangan, Dini menyatakan pihaknya akan terus berupaya melakukan penertiban dan pendekatan persuasif kepada para pedagang agar tertib dan tidak merugikan pengguna jalan maupun lingkungan sekitar. (MARIO)