Kemajuan teknologi digital telah mengubah banyak aspek kehidupan, termasuk cara anak-anak menikmati hiburan. Salah satu perubahan yang paling mencolok adalah meningkatnya popularitas video berdurasi pendek di kalangan anak-anak.
Platform seperti TikTok, YouTube Shorts, dan Instagram Reels menawarkan konten cepat yang dapat diakses kapan saja hanya dengan menggulir layar. Meskipun tampak menghibur, kebiasaan menonton video pendek dalam jangka panjang memiliki dampak yang signifikan terhadap konsentrasi dan perkembangan mental anak.
Anak-anak zaman sekarang tumbuh dengan paparan konten visual yang bergerak cepat dan penuh efek. Dalam hitungan detik, mereka dapat menonton berbagai video lucu, menarik, atau menegangkan, lalu langsung berpindah ke video berikutnya. Hal ini membuat otak mereka terbiasa dengan rangsangan instan, yang secara tidak langsung menurunkan toleransi terhadap aktivitas yang membutuhkan waktu dan kesabaran, seperti menonton video berdurasi panjang, membaca buku, atau menyimak pelajaran. Berikut beberapa dampak dari video pendek terhadap konsetrasi anak, antara lain:
1. Menurunnya Daya Konsentrasi
Salah satu dampak utama dari kebiasaan ini adalah menurunnya daya konsentrasi. Anak-anak menjadi lebih sulit untuk fokus dalam waktu lama karena otak mereka sudah terbiasa dengan kecepatan dan variasi tinggi dari video pendek. Saat diminta untuk menonton film berdurasi satu jam atau menyimak video edukatif selama 15 menit, mereka cepat merasa bosan, gelisah, atau kehilangan perhatian di tengah jalan. Pola ini berdampak pada kemampuan anak dalam mengikuti alur, memahami isi, dan mempertahankan informasi dalam ingatan.
2. Menurunkan Kemampuan Berpikir Kritis
Selain memengaruhi konsentrasi, konsumsi berlebihan terhadap video pendek juga berpotensi menurunkan kemampuan berpikir kritis. Video singkat cenderung hanya menyampaikan potongan informasi tanpa narasi atau penjelasan yang utuh. Dalam jangka panjang, ini dapat menghambat perkembangan logika, analisis, dan imajinasi yang seharusnya tumbuh sejak dini.
3. Mempengaruhi Pembelajaran
Dampak negatif dari video pendek juga terasa dalam kegiatan belajar. Banyak guru dan orang tua mulai menyadari bahwa anak-anak lebih sulit mempertahankan fokus saat belajar, terutama ketika media pembelajaran disajikan dalam bentuk video berdurasi sedang hingga panjang. Anak-anak yang sudah terbiasa dengan hiburan kilat akan kesulitan mengikuti ritme pelajaran yang memerlukan proses berpikir bertahap dan waktu yang lebih lama untuk memahami konsep-konsep penting.
4. Mempengaruhi dan Mengubah Perilaku Anak
Kebiasaan menonton video pendek juga dapat mengubah perilaku anak dalam kehidupan sehari-hari. Mereka cenderung mudah bosan, ingin segalanya cepat, dan kurang sabar dalam menghadapi proses. Saat bermain, belajar, atau berinteraksi sosial, anak-anak menunjukkan gejala ketidaksabaran dan keinginan untuk segera beralih dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya.
Ini adalah pola yang terbentuk dari kebiasaan mengonsumsi konten cepat yang tidak melatih daya tahan mental mereka.
Meskipun video pendek tidak sepenuhnya buruk—karena beberapa konten tetap bersifat edukatif dan menghibur secara sehat—penggunaannya perlu diawasi dan dibatasi. Orang tua dan pendidik dapat berperan penting dalam menyeimbangkan pola tontonan anak.
Langkah-langkah seperti mengatur waktu penggunaan gadget, mengenalkan tontonan berkualitas berdurasi lebih panjang, serta melibatkan anak dalam kegiatan non-digital seperti membaca, bermain, atau berkarya, sangat membantu dalam membentuk kembali kemampuan fokus dan kesabaran mereka.
Di tengah arus teknologi yang terus berkembang, menjaga keseimbangan menjadi kunci utama. Anak-anak perlu tetap mengikuti perkembangan zaman, namun tidak kehilangan keterampilan dasar yang penting untuk masa depan mereka. Konsentrasi, pemahaman, dan kemampuan berpikir mendalam adalah fondasi yang tidak boleh hilang hanya karena terbiasa menonton video berdurasi beberapa detik.