Beberapa brand ojek online yang masih beroperasi di Indonesia sedang menunggu order di depan sebuah toko
Semarang, 26 Mei 2025 – Sebagian besar mahasiswa kini lebih memilih anjem (antar-jemput non-aplikasi yang biasa dijalankan oleh mahasiswa lain) dibandingkan layanan ojek online berbasis aplikasi seperti Grab, Gojek, atau Maxim. Hal ini terungkap dari hasil wawancara langsung terhadap sejumlah mahasiswa lintas semester yang dilakukan baru-baru ini.
Dalam wawancara tersebut, seluruh responden menyatakan pernah menggunakan kedua layanan, baik ojek online maupun anjem. Namun, saat ditanya mana yang lebih sering digunakan, anjem menjadi pilihan terbanyak.
“Aku lebih milih anjem karena lebih praktis tinggal bilang di chat, dan lebih hemat juga,” ungkap salah satu mahasiswa semester dua.
Fleksibilitas dan Harga Jadi Alasan Utama
Mahasiswa menyebutkan beberapa alasan utama dalam memilih anjem. Di antaranya adalah harga yang lebih murah, kemudahan komunikasi langsung dengan pengemudi, serta fleksibilitas waktu dan tempat penjemputan. Selain itu, banyak yang merasa lebih nyaman menggunakan jasa teman sendiri dibanding pengemudi asing dari aplikasi.
Salah satu responden menambahkan bahwa dengan anjem, ia bisa langsung mengatur jadwal antar jemput tanpa harus menunggu sistem aplikasi. “Sudah kenal drivernya, jadi lebih aman dan nggak canggung,” ujarnya salah satu koresponden.
Tantangan: Tidak Ada Jaminan dan Ketidakpastian Tarif
Meski demikian, beberapa mahasiswa juga menyoroti kekurangan dari anjem. Karena tidak berbasis aplikasi resmi, tidak ada harga pasti dan sistem pengaman, seperti yang dimiliki oleh ojek online. Dalam situasi tertentu seperti cuaca buruk atau perubahan mendadak, pengguna anjem bisa mengalami ketidakpastian layanan.
Sebaliknya, layanan ojek online tetap diandalkan dalam keadaan formal dan mendesak, terutama karena kemudahan memesan lewat aplikasi, adanya estimasi tarif, dan fitur keamanan seperti pelacakan lokasi.
“Aplikasi ojek online itu transparan. Kita bisa tahu tarifnya dari awal dan dapat rating pengemudi juga,” ujar mahasiswa lain yang memilih ojek online.
Kebutuhan Menentukan Pilihan
Hasil wawancara menunjukkan bahwa bahwa anjem menjadi pilihan favorit bagi banyak mahasiswa, terutama karena faktor kedekatan sosial, fleksibilitas, dan harga. Namun, ojek online tetap diandalkan untuk situasi formal, terdesak, atau ketika butuh kejelasan tarif dan perlindungan pengguna.
Maka dari itu, pemilihan layanan transportasi oleh mahasiswa sangat kontekstual—disesuaikan dengan kebutuhan, kepraktisan, dan kenyamanan masing-masing. Yang jelas, baik anjem maupun ojek online sama-sama memberikan kontribusi besar dalam mendukung mobilitas mahasiswa masa kini.