JAKARTA – Lembaga kemanusiaan Aqsa Working Group (AWG) resmi memberangkatkan empat relawan dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Rabu, 27 Agustus 2025. Dari Tunisia, mereka akan berlayar menuju Gaza bersama aktivis kemanusiaan dari berbagai negara dalam misi Global Sumud Flotilla, sebuah gerakan sipil internasional yang akan menembus blokade ilegal Zionis Israel di Jalur Gaza.
Empat relawan asal Lampung (Nur Hadis), Jakarta (Fatur Rahman), Bogor (Farid Zanzabil), dan Wonogiri (Yusuf Lukman) ini akan bergabung dengan armada internasional yang terdiri dari puluhan kapal dari berbagai negara pada 4 September 2025. Keberangkatan mereka dilepas orang tua, Presidium AWG dan Pengurus UAR Pusat di bandara. Setelah sempat tertunda, pesawat akhirnya lepas landas pukul 19.00 WIB.
Sebelum berangkat, para relawan mendapat pembekalan dari pembina Aqsa Working Group dan Penasihat Imaamul Muslimin agar mereka lebih semangat dan fokus pada perjuangan menembus blokade laut oleh zionis Israel ke jalur Gaza.
“Tugas kalian sangat mulia, seperti misi Nabi Musa (saw) yang diperintahkan Allah untuk melakukan perjalanan menemui Raja Fir’aun yang telah melampaui batas,” kata H. Syakuri, mengutip Surah An-Naziat ayat 17, “Pergilah kepada Fir’aun! Sesungguhnya dia telah melampaui batas.”
Kini, lanjut H. Syakuri, misi umat Islam adalah melawan Benjamin Netanyahu, Zionis Israel yang telah melampaui batas dan lebih kejam daripada Firaun. Oleh karena itu, perjuangan ini perlu difokuskan, diluruskan niatnya, dan senantiasa berdoa memohon pertolongan Allah subhanahu wa ta’ala.
“Keberangkatan kalian semua adalah amanat dari Imaam yang membawa misi mulia menembus blokade zionis Israel terhadap rakyat Gaza. Maka jaga niat semata-mata karena Allah subahanahu wa ta’ala,” tambah H. Amal.
Ketua Presidium AWG, Muhammad Anshorullah, menegaskan bahwa Sumud Flotilla merupakan gerakan sipil global sebagai respon atas genosida yang terus berlangsung di Palestina dan kegagalan para pemimpin dunia menghentikan kejahatan Zionis Israel. Flotilla kali ini akan menjadi gerakan bersejarah dengan melibatkan lebih dari 40 kapal dari 44 negara.
“Flotilla kali ini lebih dari 40 kapal. Ini adalah simbol perlawanan global terhadap Zionisme internasional. Dengan mengirimkan empat relawan bersama puluhan aktivis Indonesia lainnya, AWG menunjukkan komitmen untuk terus berjamaah melawan kedzaliman Zionis Israel dan membebaskan Al-Aqsa serta Palestina,” tegasnya.
Menurut Anshorullah misi kemanusiaan ini merupakan tindak lanjut dari banyaknya gerakan Freedom Flotilla sebelumnya, termasuk Madleen dan Handala yang berusaha memberikan bantuan kepada rakyat Gaza melalui laut meski dihalangi oleh zionis Israel.
Blokade Israel sejak 2007 menjadikan Gaza penjara terbuka terbesar, membatasi pergerakan manusia, obat, bahan bakar, dan pangan. PBB mencatat 80% warga bergantung bantuan, pengangguran di atas 50%, dan layanan kesehatan nyaris runtuh. Kondisi kian memburuk setelah agresi 7 Oktober 2023 yang dinilai lembaga HAM internasional sebagai kejahatan perang dan genosida.
Global Sumud Flotilla akan terdiri dari lebih dari 70 kapal, mulai dari kapal penumpang besar hingga perahu nelayan. Armada berangkat dari Spanyol pada 31 Agustus, kemudian disusul keberangkatan dari Tunisia dan berbagai pelabuhan lain pada 4 September.
Partisipasi datang dari 44 negara termasuk Indonesia, Malaysia, AS, Brasil, Italia, Maroko, Sri Lanka, Tunisia, Belanda, Kolombia, dan puluhan lainnya. Flotilla ini merupakan kolaborasi empat koalisi besar: Maghreb Sumud Flotilla, Global Movement to Gaza, Freedom Flotilla Coalition, dan Sumud Nusantara.
Lebih dari 6.000 aktivis telah mendaftar sebagai peserta maupun pendukung dari darat. Aksi solidaritas akan digelar di pelabuhan-pelabuhan kunci seperti Barcelona, Tunis, dan Kuala Lumpur, disertai kampanye publik tentang realitas dan sejarah Gaza.
Aqsa Working Group mengajak seluruh umat Islam, bangsa Indonesia, dan masyarakat dunia untuk terus mendoakan dan mendukung Global Sumud Flotilla, agar menjadi momentum bersejarah dalam menembus blokade Gaza dan membuka jalan menuju kemerdekaan Palestina. (AM)