Di zaman serba cepat dan digital seperti sekarang, kecanggihan teknologi terutama kecerdasan buatan (AI) telah mengubah cara manusia memperoleh ilmu. Semua informasi seakan bisa didapatkan dalam hitungan detik. Namun di tengah derasnya arus modernisasi ini, muncul pertanyaan penting: apakah kita masih menjaga etika dalam belajar? Apakah ilmu yang kita dapatkan masih membawa keberkahan, seperti yang diajarkan dalam Islam?
Era AI dan Tantangan Etika
Islam sejak awal sangat menjunjung tinggi ilmu. Bahkan wahyu pertama yang turun adalah perintah untuk membaca, yaitu “Iqra”. Islam mendorong umatnya untuk membaca dan mencari ilmu, dengan catatan menggunakan adab dan etika dalam proses pencarian ilmu tersebut.
Di era kecerdasan buatan, pelajar memiliki akses yang luar biasa terhadap sumber belajar: mulai dari ChatGPT, Google Scholar, YouTube Edukasi, hingga aplikasi belajar interaktif. Tentu ini merupakan nikmat teknologi yang luar biasa. Namun jika tidak dibarengi dengan etika, kita bisa terjebak dalam sikap instan, malas berpikir, atau bahkan plagiarisme yang dapat mengganggu attention span para pelajar.
Misalnya, ada pelajar yang menyalin jawaban dari AI tanpa membaca atau memahami isinya. Contoh lain, ada mahasiswa yang menyusun tugas ilmiah tanpa upaya berpikir kritis, karena menggunakan AI dan bersikap “serahkan ke mesin, lalu selesai”. Di sinilah pentingnya menanamkan kembali nilai-nilai Islam dalam belajar.
AI boleh saja membantu, tetapi bukan pengganti proses belajar yang penuh hikmah dan keberkahan. Ilmu yang diperoleh secara instan tanpa perjuangan bisa kehilangan nilai dan daya ubahnya dalam kehidupan.
Lalu bagaimana caranya kita menjaga etika dalam belajar sesuai dengan perkembangan teknologi sekarang?
Dalam menggabungkan sinergi antara etika Islam dan teknologi, solusinya bukan menolak teknologi itu. Tetapi memadukan kecanggihan teknologi AI dengan akhlak yang diajurkan oleh Islam. Seorang pelajar muslim harus:
- Menggunakan AI sebagai alat bantu, bukan jalan pintas.
- Tetap membaca, memahami, dan merenungkan ilmu yang didapat.
- Menjaga kejujuran akademik.
- Berdoa agar ilmu yang dipelajari bermanfaat dan membawa keberkahan.
Etika belajar Islam tidak akan ketinggalan zaman. Justru, semakin canggih teknologi, semakin besar tanggung jawab moral dan spiritual kita sebagai pelajar. AI boleh pintar, tapi karakter manusialah yang membuat ilmu menjadi lebih bijak.
Penutup
Di era di mana teknologi bisa mengajari kita apa saja, kita tetap harus belajar bagaimana menjadi manusia seutuhnya. Islam mengajarkan bahwa keberhasilan sejati dalam belajar bukan hanya pada banyaknya informasi yang dikuasai, tetapi pada bagaimana ilmu itu menjadikan kita pribadi yang lebih baik, jujur, rendah hati, dan membawa manfaat.
Mari jadikan AI sebagai sahabat dalam belajar, bukan pengganti akal dan adab. Karena di balik ilmu, ada keberkahan dan keberkahan hanya datang ketika kita menjaga etika