Tau nggak sih kamu kalau remaja Indonesia bisa menghabiskan 3–5 jam per hari cuma buat TikTok? Yap! Beberapa survei digital di Indonesia menunjukkan bahwa banyak remaja memang menghabiskan sekitar 3 sampai 5 jam per hari di TikTok, terutama untuk hiburan, pelarian stres, dan mengikuti tren FYP. TikTok telah menjadi aplikasi yang paling banyak digunakan oleh remaja di Indonesia. Konten yang singkat, algoritma yang responsif, dan kemudahan akses membuat remaja betah scrolling video tanpa henti. Dari perspektif biopsikologi, ketergantungan pada TikTok dipengaruhi bukan hanya oleh faktor sosial dan psikologis, tetapi juga oleh mekanisme biologis di otak, terutama pada sistem penghargaan yang melibatkan neurotransmiter dopamin. Fenomena ini semakin penting mengingat berbagai kajian di dalam negeri menunjukkan bahwa gejala kecanduan TikTok meningkat di kalangan pelajar dan mahasiswa.
Beberapa studi di Indonesia mengidentifikasi hubungan jelas antara penggunaan TikTok dan perilaku kecanduan. Penelitian oleh Firdaus dan tim (2024) yang dilakukan pada mahasiswa Bimbingan dan Penyuluhan Islam membuktikan bahwa frekuensi penggunaan TikTok berpengaruh signifikan terhadap tingkat kecanduan. Semakin sering mahasiswa mengakses TikTok, semakin kuat gejala ketergantungan seperti kesulitan untuk berhenti, kecemasan jika tidak membuka aplikasi, serta penggunaan yang berlebihan hingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Temuan ini sejalan dengan studi oleh Pappa, Pratikto, dan Aristawati (2024) yang menemukan bahwa kebosanan saat waktu luang dapat meningkatkan risiko kecanduan TikTok di kalangan Generasi Z. Remaja yang cepat merasa bosan atau kurang memiliki alternatif aktivitas lebih rentan mencari stimulasi dari TikTok sebagai bentuk pelarian.
Faktor Psikologis yang Memperkuat Ketergaantungan Tiktok
Faktor psikologis lain yang turut berperan dalam kecanduan media sosial adalah kemampuan kontrol diri. Penelitian oleh Puspitasari dan Fikry (2023) yang meneliti remaja di Bekasi menunjukkan bahwa rendahnya kontrol diri memiliki hubungan erat dengan ketergantungan pada TikTok. Remaja yang kesulitan mengendalikan dorongan internal cenderung lebih mudah untuk terus membuka aplikasi, terutama ketika mereka merasa stres, bosan, atau mencari distraksi. Temuan ini diperkuat oleh penelitian kualitatif oleh Nasution dan Irman (2024), yang menyoroti bahwa ketergantungan pada TikTok dapat menyebabkan penurunan produktivitas, gangguan pada konsentrasi, serta kesulitan dalam mengatur perilaku online. Mereka juga menekankan pentingnya strategi manajemen diri untuk membantu remaja mengatur penggunaan TikTok.
Peran Mekanisme Dopamin dalam Sistem Penghargaan Otak
Dari sudut pandang biopsikologi, fenomena ketergantungan pada TikTok dapat dipahami melalui fungsi sistem penghargaan di otak. Ketika seseorang mengakses konten yang menarik, mengejutkan, atau lucu, otak akan mengeluarkan dopamin sebagai respons terhadap rangsangan yang menyenangkan. TikTok dirancang untuk menciptakan aliran konten yang cepat, yang memicu reward kecil namun konsisten. Setiap kali scroll, otak mendapatkan “dopamin hit” yang memberikan kepuasan, sehingga perilaku menonton TikTok semakin ingin dilakukan terus-menerus. Mekanisme ini mirip dengan jadwal penghargaan variabel, yaitu pola penguatan yang tidak terduga yang juga dapat ditemui dalam perjudian dan platform digital lainnya.
Pada remaja, risiko mengalami kecanduan lebih tinggi karena bagian otak yang bertanggung jawab atas perencanaan dan kontrol diri, yaitu prefrontal cortex, belum sepenuhnya berkembang. Hal ini menyebabkan dorongan untuk mencari kesenangan lebih dominan daripada kemampuan untuk menahan diri. Ketika TikTok memberikan hadiah dopamin yang kuat dan cepat, remaja menjadi lebih rentan mengembangkan perilaku kompulsif tanpa mempertimbangkan konsekuensinya. Kombinasi ini menunjukkan bahwa ketergantungan digital bukan sekadar masalah “kurang disiplin”, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh kondisi biologis serta perkembangan otak.
Dampak Sosial, Akademik, dan Emosional dari Penggunaan TikTok Berlebih
Secara sosial dan akademis, kecanduan pada TikTok dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan remaja. Penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa ketergantungan digital berpotensi mengurangi fokus belajar, mengurangi waktu tidur, serta menghambat produktivitas. Remaja yang banyak menghabiskan waktu di TikTok cenderung mengalami penundaan tugas, kesulitan dalam berkonsentrasi, serta kebutuhan berlebih akan validasi sosial seperti likes dan komentar. Dampak psikologis seperti kecemasan, ketergantungan emosional pada media sosial, dan penghindaran aktivitas offline juga sering dilaporkan dalam studi lokal.
Dengan menganalisis data serta mekanisme biologis yang terlibat, kita bisa menyimpulkan bahwa ketergantungan terhadap TikTok di kalangan remaja adalah fenomena yang kompleks. Ini melibatkan berbagai elemen, seperti faktor biologis (dopamin dan sistem penghargaan), psikologis (kemampuan mengendalikan diri, rasa jenuh), dan faktor yang berasal dari lingkungan digital (algoritma TikTok serta ketersediaan konten yang cepat). Pendekatan biopsikologi memberikan penjelasan mengenai bagaimana kebiasaan digital modern mampu mengubah cara kerja otak, sekaligus memberikan landasan untuk usaha pencegahan dan intervensi. Inisiatif meningkatkan literasi digital, pengelolaan waktu, penguatan kemampuan mengendalikan diri, dan pelatihan manajemen diri dapat mendukung remaja dalam menggunakan TikTok dengan cara yang lebih positif. Dengan pemahaman yang benar, TikTok bisa tetap menjadi sumber hiburan tanpa berubah menjadi sebuah kecanduan.
DAFTAR PUSAKA
Firdaus, A., Nasichah, M., & Nadhiroh, R. (2024). Intensitas penggunaan media sosial TikTok terhadap perilaku kecanduan mahasiswa BPI 2021. Al-Kamilah: Jurnal Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam, 2(2), 1–11.
Pappa, S., Pratikto, H., & Aristawati, A. R. (2024). Leisure boredom dan kecenderungan kecanduan media sosial TikTok pada Gen Z. JIWA: Jurnal Psikologi Indonesia, 2(3), 45–55.
Puspitasari, W., & Fikry, Z. (2023). Kontribusi kontrol diri terhadap kecanduan media sosial TikTok pada remaja di Kabupaten Bekasi. Jurnal Pendidikan Tambusai, 7(3), 4504–4513.
Nasution, I. S., & Irman, I. (2024). Analisis dampak kecanduan aplikasi TikTok dan implikasinya terhadap teknik self-management. Jurnal Bimbingan dan Penyuluhan Islam, 6(1), 54–63.
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”



































































