Dalam hal mengekspresikan emosi, perasaan, dan pikiran, bahasa adalah sarana komunikasi utama bagi manusia, terutama dalam karya tulis populer seperti novel. Bahasa yang digunakan dalam novel memiliki tujuan yang sangat penting untuk menciptakan karakter, plot, dan alur cerita yang menarik. Ada banyak sekali aspek kebahasaan yang sering diabaikan oleh para penulis dan salah satunya adalah kesalahan dalam baca tanda. Padahal tanda baca bukan hanya sekadar simbol atau prinsip teknis, tetapi sebaliknya ia merupakan komponen penting struktur bahasa yang membantu pembaca memahami makna dan gaya penulisan penulis dengan cara yang tepat. Fenomena kesalahan penggunaan tanda baca seperti ini dapat ditemukan dalam berbagai karya populer, salah satunya adalah novel “Dikta dan Hukum” karya Dhia’an Farah atau yang kerap disapa ara.
Novel “Dikta dan Hukum” adalah novel yang menceritakan sebuah kisah cinta antara Dikta, seorang mahasiswa hukum yang idealis dan pintar, dengan Nadhira, seorang siswi SMA yang berbanding terbalik dengan sifatnya. Mereka dijodohkan oleh kedua orang tuanya, namun seiring waktu berjalan, perbedaan sifat mereka justru saling melengkapi hingga keduanya jatuh cinta. Namun, hubungan mereka rumit karena Dikta memiliki rahasia, yaitu penyakit ginjal yang membuatnya tidak bisa hidup lama, sehingga ia menulis daftar keinginan (wishlist) untuk dihabiskan bersama Nadhira.
Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa lisan berbeda dengan karakteristik bahasa tulis. Berkomunikasi menggunakan bahasa lisan akan lebih mudah dipahami oleh pendengar atau lawan bicaranya. Berbeda dengan bahasa tulis, seorang penulis harus mengetahui bahkan menguasai tata cara penulisan yang sesuai dengan kaidah yang telah ditentukan dalam PUEBI, salah satunya yaitu penggunaan tanda baca (RM, 2019:3).
Penggunaan tanda baca dalam sebuah tulisan dapat membantu pembaca untuk memahami pesan yang disampaikan oleh penulis. Dapat dibayangkan apabila sebuah tulisan tidak menggunakan tanda baca, mungkin pembaca akan merasa bingung dan kesulitan karena tanda baca dalam sebuah tulisan itu berfungsi untuk membantu pembaca dalam memahami sebuah tulisan. Penggunaan tanda baca dalam tulisan juga digunakan agar pembaca tidak salah paham dalam memahami makna sebuah tulisan.
Tanda baca adalah tanda yang dipakai dalam sistem ejaan (seperti titik, koma, kutip, dan sebagainya). Tanda baca dapat membantu pembaca untuk memahami makna tulisan dengan tepat. Lain halnya ketika berbicara, lawan bicara dapat memahami maksud pembicara karena pembicara dapat menggunakan intonasi, gerak tubuh, atau unsur-unsur nonlinguistik lainnya. Bahkan, lawan bicara dapat bertanya langsung kepada pembicara jika kurang memahami tuturannya. Hal ini tidak terjadi dalam interaksi penulis-pembaca. Oleh karena itulah, penulis perlu menguasai tanda baca sebagai peranti yang dapat mewakili maksud dan pemikirannya.
Secara umum penulisan, masing-masing dari tanda baca memiliki peran yang sangat penting karena setiap jenisnya digunakan dengan cara yang berbeda-beda. Seperti contoh pada tanda titik (.) digunakan pada akhir kalimat yang sebelumnya bukan kalimat berbentuk pertanyaan atau seruan. Selain itu, tanda titik (.) juga berfungsi untuk memisahkan angka yang menunjukkan jangka waktu secara lebih jelas. Berbeda dengan penerapan tanda titik (.), tanda koma (,) juga memiliki fungsi yang lebih beragam. Misalnya, digunakan sebagai pemisah antara penyebutan dalam unsur-unsur pemerincian. Kemudian, tanda koma (,) juga dapat dipakai untuk memisahkan dua kalimat setara yang dihubungkan dengan kata tetapi, melainkan, sedangkan.
Kesalahan tanda baca dalam novel “Dikta dan Hukum” dapat terlihat pada beberapa bagian kalimat yang tidak menggunakan tanda titik dan koma dengan benar. Misalnya, terdapat kalimat yang seharusnya dipisahkan dengan tanda koma untuk menandai jeda, tetapi justru ditulis secara langsung tanpa pemisah, sehingga membuat makna kalimat menjadi ambigu. Selain itu, penggunaan tanda titik dalam dialog kadang tidak sesuai dengan kaidah kebahasaannya, bahkan ada yang seharusnya di akhir dengan tanda koma justru malah diakhiri dengan tanda titik, padahal belum diakhir kalimat. Kesalahan-kesalahan seperti ini terlihat biasa, namun sebenarnya dapat memengaruhi kenyamanan membaca dan mengubah interpretasi makna kalimat yang disampaikan oleh penulis.

Terdapat contoh kesalahan tanda baca dalam kalimat novel “Dikta dan Hukum”, yaitu pada kalimat “Aduh, Indonesia, ya, Anak SMA aja udah membiasakan budaya korupsi,” jawab Dikta cuek. (Farah, 2021: 34 — dikutip dalam Jurnal Argopuro). Dalam kalimat ini terdapat kesalahan pada penggunaan tanda koma karena terlalu banyak dan tidak efektif. Tanda koma setelah kata “ya” dan sebelum kata “anak SMA” tidak perlu dituliskan karena memecah satuan kalimat yang seharusnya utuh. Kemudian terdapat juga kesalahan dalam kalimat “Udah dibilang jangan ikut campur Dikta!”. Kalimat tersebut terdapat kesalahan karena seharusnya ada tanda koma sebelum sapaan “Dikta”. Selain itu, kesalahan dalam tanda titik dan huruf kapital juga di temukan dalam novel ini, seperti pada kalimat “Aku benci banget sama kamu.” Kata Dinda sambil menangis. Terlihat bahwa pada kata “Kata” terdapat huruf kapital yang seharusnya tidak digunakan karena kata tersebut kalimat lanjutan bukan awalan sehingga tidak diperbolehkan untuk menggunakan huruf kapital. Tanda titik setelah kata “kamu” seharusnya juga diganti dengan tanda koma karena termasuk kalimat lanjutan, bukan akhiran.
Adanya kesalahan tanda baca dalam novel ini disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, kurangnya pemahaman penulis terhadap kaidah PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia). Banyak penulis yang lebih menekankan pada kekuatan narasi dan emosi, tetapi mengabaikan aspek pada teknis kebahasaan. Kedua, ketidaktelitian dalam proses penulisan juga turut berperan. Proses editing juga berpengaruh yang menyebabkan kesalahan kecil seperti tanda baca luput dari perhatian. Ketiga, pengaruh gaya menulis media sosial yang informal turut membentuk kebiasaan menulis yang tidak sesuai dengan kaidah resmi bahasa Indonesia. Hal ini membuat penulis cenderung menulis secara ekspresif dan spontan tanpa memperhatikan struktur bahasa yang benar.
Dampak dari kesalahan novel ini bisa merujuk pada ambiguitas makna dan struktur naratif. Kesalahan dalam penggunaan tanda koma, tanda, dan tanda kutip, seperti yang ditemukan pada novel “Dikta dan Hukum” dapat menjadikan novel tersebut memiliki kalimat naratif yang sulit diartikan. Sehingga menjadikan para pembacanya bisa salah mengartikan tempo dari kalimat dalam novel tersebut. Kesalahan dalam tanda baca ini dapat menutupi batas antar dialog dan narasi, yang mengakibatkan dialog tokoh menjadi tidak alami atau emosinya tidak tersampaikan dengan baik. Kemudian kesalahan dalam penggunaan tanda baca juga dapat berdampak pada pesan moral novel tersebut sehingga pesan moral itu tidak akan tersampaikan kepada pembacanya. Selain itu, kesalahan tanda baca juga bisa menurunkan integritas novel di mata pembaca sehingga novel akan dikritik oleh pembaca.
Dengan demikian, dari seluruh penjelasan yang sudah kami paparkan diatas , dapat disimpulkan bahwa penggunaan tanda baca dalam sebuah karya tulis merupakan komponen penting struktur bahasa yang membantu pembaca memahami makna dan gaya penulisan penulis dengan cara yang tepat. Tanda baca adalah tanda yang dipakai dalam sistem ejaan (seperti titik, koma, kutip, dan sebagainya). Kesalahan tanda baca dalam novel “Dikta dan Hukum” dapat memengaruhi kenyamanan dalam membaca dan juga dapat menimbulkan ambiguitas makna, terutama dalam pembuka kalimat serta pada dialog yang tidak sesuai dengan kaidah kebahasaannya. Penyebab kesalahan tanda baca dalam novel ini bisa jadi karena penulisnya kurang teliti dan kurang memahami PUEBI. Kemudian dampak dari kesalahan dapat mengakibatkan pembaca menjadi sulit dalam mencerna isi dan emosi dalam novel ini. Hal ini dapat mengurangi efektivitas pesan moral yang penulis sampaikan sehingga akhirnya dapat mengurangi integritas novel di mata para pembaca juga bisa memicu kritik. Oleh karena itu, ketika seseorang ingin menulis sebuah karya tulis hendaknya memahami terlebih dahulu tentang PUEBI, EYD serta kaidah-kaidah dalam penulisan sehingga dapat meminimalisir terjadinya kesalahan dalam penggunaan tanda baca.
DAFTAR PUSTAKA
Hasrianti, A. (2021). Analisis kesalahan penggunaan tanda baca dalam karangan peserta didik Jurnal Onoma: Pendidikan, bahasa, dan sastra, 7(1), 213-222.
RM, David Budianto. (2019). Analisis Kesalahan Tanda Baca dan Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD) dalam Karangan pada Pembelajaran Bahasa Indonesia
Siswa Kelas V di MI AL-ISLAM Kota Bengkulu. Bengkulu: Fak. Tarbiyah dan Tadris
IAIN Bengkulu
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”






































































