Menara setinggi ±75 meter ini memiliki desain khas kolonial dengan struktur besi baja yang kuat, mencerminkan ketelitian teknik bangunan era Belanda. Setiap lantai memiliki ventilasi kecil yang memberikan cahaya alami, sementara dinding-dinding besinya menyimpan kesan klasik yang masih terasa hingga kini. Di dalamnya, terdapat 268 anak tangga spiral yang membawa pengunjung menuju puncak menara, sebuah perjalanan yang memadukan rasa lelah dengan rasa penasaran. Saat akhirnya mencapai bagian atas, panorama Samudra Hindia terhampar luas tanpa batas, memperlihatkan garis pantai Anyer yang memanjang dan ombak biru yang terus bergerak. Pemandangan ini memberikan pengalaman visual yang memukau, seolah mengajak pengunjung menyaksikan langsung bagaimana menara ini mengawasi lautan selama lebih dari satu abad.Mercusuar Cikoneng terletak di Kampung Bojong, Desa Cikoneng, Anyer, Banten. Dibalik tingginya yang menjulang, Mercusuar Anyer atau yang biasa disebut juga Mercusuar Cikoneng ternyata memiliki sejarah panjang dibalik pembangunannya.
Di ujung barat Pulau Jawa, berdiri sebuah bangunan putih menjulang yang tak hanya berfungsi sebagai penuntun kapal, tetapi juga menjadi saksi bisu salah satu bencana terbesar dalam sejarah dunia: letusan Gunung Krakatau tahun 1883. Menara Mercusuar Cikoneng hingga kini tetap berdiri kokoh di Anyer, Banten, menyimpan jejak sejarah panjang yang tak terlupakan

Letusan Gunung Krakatau pada 1883 menyebabkan gelombang tsunami besar yang menyapu pesisir Anyer dan sekitarnya. Mercusuar lama yang berdiri di lokasi ini hancur total. Dua tahun kemudian, pemerintah kolonial Belanda membangun kembali mercusuar sebagai simbol kebangkitan dan pemulihan jalur pelayaran di Selat Sunda.Tak hanya sebagai alat navigasi, pembangunan ulang mercusuar ini juga dimaksudkan sebagai penanda sejarah agar generasi berikutnya tidak melupakan dahsyatnya tragedi Krakatau. Zona pesisir yang sebelumnya porak poranda mulai kembali hidup seiring berjalannya waktu, dengan mercusuar menjadi pusat rekonstruksi kawasan tersebut. Hingga kini, menara ini menjadi bukti ketangguhan masyarakat dan warisan kolonial yang tetap dijaga keberadaannya.
Menara setinggi ±75 meter ini memiliki desain khas kolonial dengan struktur besi baja yang kuat, mencerminkan ketelitian teknik bangunan era Belanda. Setiap lantai memiliki ventilasi kecil yang memberikan cahaya alami, sementara dinding-dinding besinya menyimpan kesan klasik yang masih terasa hingga kini. Di dalamnya, terdapat 268 anak tangga spiral yang membawa pengunjung menuju puncak menara, sebuah perjalanan yang memadukan rasa lelah dengan rasa penasaran. Saat akhirnya mencapai bagian atas, panorama Samudra Hindia terhampar luas tanpa batas, memperlihatkan garis pantai Anyer yang memanjang dan ombak biru yang terus bergerak. Pemandangan ini memberikan pengalaman visual yang memukau, seolah mengajak pengunjung menyaksikan langsung bagaimana menara ini mengawasi lautan selama lebih dari satu abad.
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”





































































