• Hubungi Redaksi
  • Login
  • Register
Siaran Berita
Banner Publikasi Press Release Gratis
  • Berita Utama
  • Ekonomi & Bisnis
  • Internasional
  • Nasional
  • Properti
  • SBTV
  • Lainnya
    • Gaya Hidup
    • Teknologi
    • Otomotif
    • English
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Pariwisata
    • Pendidikan
    • Product Review
    • Sorot
    • Sport
    • Event
    • Opini
    • Profil
Siaran Berita
  • Berita Utama
  • Ekonomi & Bisnis
  • Internasional
  • Nasional
  • Properti
  • SBTV
  • Lainnya
    • Gaya Hidup
    • Teknologi
    • Otomotif
    • English
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Pariwisata
    • Pendidikan
    • Product Review
    • Sorot
    • Sport
    • Event
    • Opini
    • Profil
No Result
View All Result
Siaran Berita
No Result
View All Result
Home Opini

Pancasila Sebagai Etika Ilmu Pengetahuan:

Membangun Keilmuan yang Berkeadaban

Muhammad Hidayat by Muhammad Hidayat
19 May 2025
in Opini
A A
0
gambar opini
856
SHARES
1.2k
VIEWS

Di tengah pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, pertanyaan penting muncul: apakah kemajuan ilmu selalu sejalan dengan nilai-nilai moral dan kemanusiaan? Dalam praktiknya tidak jarang kita melihat bagaimana ilmu disalahgunakan, seperti dalam manipulasi data penelitian, eksploitasi sumber daya, hingga pengembangan teknologi yang mengabaikan dampak sosial.

Di sinilah Pancasila hadir bukan hanya sebagai ideologi negara, tetapi juga sebagai sistem etika yang membimbing arah perkembangan ilmu agar tetap berkeadaban. Nilai-nilai dalam Pancasila sangat relevan dijadikan sebagai landasan etik. Sila pertama mengingatkan bahwa ilmu harus selaras dengan nilai ketuhanan dan tidak boleh bertentangan dengan hakikat kemanusiaan. Sila kedua menekankan pentingnya kemanusiaan yang adil dan beradab, yang seharusnya menjadi roh dari setiap inovasi dan eksperimen. Sila kelima menuntut agar hasil-hasil ilmu memberi manfaat yang adil dan merata bagi seluruh rakyat, bukan hanya segelintir elite atau perusahaan besar.

Sayangnya, masih banyak akademisi dan lembaga riset yang menempatkan ilmu dalam ruang netral tanpa pijakan nilai. Ketika ilmu dipisahkan dari etika, maka berkembang budaya ilmiah yang kering serta hanya berorientasi pada capaian dan publikasi semata, tetapi miskin tanggung jawab sosial. Kondisi ini diperparah oleh globalisasi akademik, karena standar dan metrik internasional sering kali mengabaikan konteks lokal dan nilai budaya bangsa.

Baca Juga

Gen Z

Mengenal Gen Z: Generasi Digital yang Mengubah Dunia

17 June 2025
Gambar Goreng Pisang

Analisis Kelayakan Bisnis Warung Mama Yasmin Goreng Pisang

16 June 2025
241214134341 552

Gaji Guru: Akar Masalah Kualitas Pendidikan yang Terlupakan

16 June 2025
be

Geliat #KaburAjaDulu: Ungkap Kekecewaan Politikal Pemuda Indonesia

16 June 2025

Contoh nyata dari urgensi etika dalam keilmuan dapat dilihat dalam pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (AI). Menurut laporan Katadata (2023), AI berpotensi melanggar hak privasi, menyebabkan perlakuan yang tidak adil, dan memengaruhi kebijakan publik tanpa tanggung jawab yang jelas. Hal ini terjadi karena pengembangan AI yang hanya berorientasi pada efisiensi dan keuntungan tanpa mempertimbangkan nilai kemanusiaan secara utuh. Tanpa panduan nilai seperti yang terkandung dalam Pancasila, teknologi ini dapat berkembang ke arah yang justru membahayakan martabat manusia.

Leaderboard Puteri Anak dan Puteri Remaja Banten 2025

Pemerintah dan akademisi Indonesia perlu menjadikan nilai-nilai Pancasila sebagai kerangka berpikir dalam seluruh proses keilmuan: mulai dari penyusunan proposal penelitian, pelaksanaan eksperimen, hingga pemanfaatan hasil riset. Dengan cara ini, kita tidak hanya mencetak ilmuwan yang cerdas, tetapi juga bijaksana dan bertanggung jawab. Pancasila bukanlah beban ideologis bagi sains, melainkan sumber cahaya moral yang memastikan ilmu berkembang untuk kebaikan bersama. Di tengah arus global yang sering mengesampingkan nilai-nilai Indonesia memiliki modal besar untuk menawarkan model pengembangan ilmu yang tidak hanya canggih, tetapi juga berkeadaban.

Di tengah dorongan publikasi, cepatnya akses informasi, dan desakan globalisasi banyak akademisi melupakan sesuatu yang paling mendasar: etika dan nilai. Di zaman ini, banyak akademisi menjalankan ilmu dengan cara yang cepat. Mereka sering terburu-buru dalam menulis, meneliti, atau membuat keputusan. Salah satu contohnya adalah saat menggunakan kecerdasan buatan (AI). AI digunakan untuk menyusun tulisan atau merangkum data. Tapi hasil dari AI sering diambil begitu saja, tanpa dicek atau dipahami lebih dalam ini bisa menurunkan nilai dari karya ilmiah.

Masalah serupa juga terjadi dalam riset, beberapa akademisi hanya fokus pada jumlah publikasi mereka memilih topik yang sedang tren, bukan yang penting untuk masyarakat. Ada yang mengabaikan proses pengumpulan data yang jujur. Bahkan, ada yang mengutip sumber tanpa membaca aslinya. Semua ini menunjukkan lemahnya etika dalam menjalankan ilmu. Menjalankan ilmu seharusnya disertai tanggung jawab. Akademisi harus jujur, teliti, dan berpikir kritis. Ilmu bukan hanya soal hasil, tapi juga soal proses.

Sikap etis adalah bagian dari kualitas keilmuan. Survei UNESCO menunjukkan bahwa tekanan global membuat banyak peneliti dari negara berkembang lebih memilih publikasi internasional daripada riset berbasis lokal. Mereka kadang melupakan nilai-nilai lokal, termasuk Pancasila. Padahal nilai seperti keadilan sosial, kepentingan bersama, dan kemanusiaan sangat penting sebagai dasar berpikir dan bertindak. Ilmu harus bermanfaat bagi bangsa, jika akademisi tetap berpegang pada etika dan nilai Pancasila, maka ilmu yang dihasilkan tidak hanya cerdas, tapi juga bijak. Kemajuan ilmu pengetahuan harus tetap berpihak pada kebaikan bersama.

Maka dari itu, menjaga etika dalam mencari ilmu bukanlah hal sepele yang dapat diabaikan begitu saja. Etika merupakan fondasi yang menuntun proses belajar agar tetap berada dalam jalur yang benar dan bermartabat. Tanpa etika, ilmu bisa menjadi boomerang bagi diri sendiri alih-alih mencerdaskan dan membangun, justru dapat merusak dan menyesatkan. Seorang pencari ilmu yang tidak mengindahkan etika cenderung hanya mengejar kepandaian tanpa mempertimbangkan nilai kemanusiaan dan tanggung jawab moral dari pengetahuan yang dimilikinya.

Dalam praktiknya, menjaga etika bisa diwujudkan melalui sikap jujur, rasa hormat kepada guru, rendah hati terhadap ilmu, serta kesediaan untuk terus belajar tanpa merasa paling tahu. Hal-hal ini memang tampak sederhana, namun sering kali dilupakan di tengah semangat mengejar prestasi dan pengakuan. Padahal, kebermanfaatan ilmu tidak hanya diukur dari seberapa banyak yang kita ketahui, tetapi juga dari bagaimana kita menerapkannya untuk kebaikan bersama.

Sudah semestinya seluruh elemen pendidikan baik peserta didik, pendidik, maupun institusi menjadikan etika sebagai pilar utama dalam proses pencarian ilmu. Ilmu yang dibangun di atas dasar moral yang kuat akan menghasilkan pribadi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara emosional dan spiritual. Oleh karena itu, mari kita tumbuhkan kesadaran bersama bahwa ilmu tanpa etika adalah kesia-siaan. Jika ingin menjadi insan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain, maka langkah pertama yang harus dijaga adalah adab dan etika dalam menuntut ilmu. Di sanalah letak keberkahan dan kemuliaan sejati dari proses belajar.

Share342Tweet214Share60Pin77SendShare
Banner Publikasi Press Release Gratis
Previous Post

Perjuangan Masyarakat Lemah Desa Simangambat Jae

Next Post

Habib HDW Luncurkan Akun Instagram HDWempowers untuk Bangkitkan Semangat UMKM Riau

Muhammad Hidayat

Muhammad Hidayat

Related Posts

Gen Z

Mengenal Gen Z: Generasi Digital yang Mengubah Dunia

17 June 2025
Gambar Goreng Pisang

Analisis Kelayakan Bisnis Warung Mama Yasmin Goreng Pisang

16 June 2025
241214134341 552

Gaji Guru: Akar Masalah Kualitas Pendidikan yang Terlupakan

16 June 2025
be

Geliat #KaburAjaDulu: Ungkap Kekecewaan Politikal Pemuda Indonesia

16 June 2025
Next Post
8C4EF8D4 5DA4 4E40 9B42 8F1D8B9CB7BC

Habib HDW Luncurkan Akun Instagram HDWempowers untuk Bangkitkan Semangat UMKM Riau

IMG 20250517 162330

Sinergitas TNI-POLRI dan Rakyat Bangun Desa Bersama Babinsa

ppkn

Bangga Menjadi Indonesia: Menjaga Identitas Nasional di Era Digital

IMG 20250518 WA0002 1

Strategi Manajemen Risiko Dalam Perbankan Syariah: Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah di Indonesia

WhatsApp Image 2025 05 19 at 10.57.26 350x350 1

KKM UIN Malang Gelar Sosialisasi Parenting Bersama Warga Dusun Turen

Please login to join discussion
Rumah Prabu Half Page
Siaran Berita

Siaran Berita menghadirkan berbagai informasi terbaru dan terpercaya.

Follow Us

Square Media Wanita
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Cyber
  • Syarat & Ketentuan Tulisan
  • Syarat dan Ketentuan Penggunaan Website
  • Disclaimer

© 2023 SIaran Berita - Pres Rilis dan Berita

Welcome Back!

Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Berita Utama
  • Ekonomi & Bisnis
  • Internasional
  • Nasional
  • Properti
  • SBTV
  • Lainnya
    • Gaya Hidup
    • Teknologi
    • Otomotif
    • English
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Pariwisata
    • Pendidikan
    • Product Review
    • Sorot
    • Sport
    • Event
    • Opini
    • Profil
  • Login
  • Sign Up

© 2023 SIaran Berita - Pres Rilis dan Berita