Saat memilih makanan, sobat sering kali tertarik pada tampilannya terlebih dahulu. Warna makanan yang cerah dan menarik kerap dianggap lebih lezat dan berkualitas. Padahal, warna pada makanan tidak muncul begitu saja, melainkan berasal dari zat tertentu yang disebut pigmen. Pigmen inilah yang memberikan warna hijau, kuning, merah, hingga ungu pada bahan pangan. Saat ini, semakin banyak perhatian diberikan pada pigmen alami karena dinilai lebih aman dan ramah bagi kesehatan.
Pigmen alami merupakan zat pemberi warna yang berasal dari bahan alam, terutama tumbuhan. Warna hijau pada daun pandan dan bayam dihasilkan oleh klorofil. Warna kuning hingga oranye pada wortel dan labu berasal dari karotenoid, sedangkan warna merah hingga ungu pada ubi ungu dan buah naga disebabkan oleh antosianin. Selain itu, kunyit dikenal luas sebagai sumber pigmen alami berwarna kuning karena mengandung kurkumin. Bahan-bahan tersebut sudah lama dimanfaatkan dalam masakan tradisional dan mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
Selain memberikan warna yang menarik, pigmen alami juga memiliki manfaat lain bagi tubuh. Beberapa pigmen mengandung senyawa yang berperan sebagai antioksidan. Antosianin, misalnya, diketahui dapat membantu melindungi sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas. Karotenoid juga sering dikaitkan dengan kesehatan mata dan daya tahan tubuh. Dengan demikian, pigmen alami tidak hanya berfungsi mempercantik makanan, tetapi juga berpotensi memberikan nilai tambah bagi kesehatan jika dikonsumsi secara wajar.
Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pola makan sehat turut mendorong penggunaan pigmen alami. Banyak sobat kini mulai lebih memperhatikan bahan tambahan yang digunakan dalam makanan. Pewarna sintetis memang mampu menghasilkan warna yang sangat cerah dan stabil, tetapi sebagian konsumen merasa lebih aman mengonsumsi makanan dengan bahan alami. Hal ini menjadikan pigmen alami semakin diminati, baik oleh konsumen maupun pelaku usaha pangan.
Meski memiliki banyak keunggulan, penggunaan pigmen alami juga memiliki tantangan. Warna dari bahan alami cenderung lebih sensitif terhadap panas, cahaya, dan perubahan tingkat keasaman. Proses pemasakan dengan suhu tinggi dapat menyebabkan warna memudar atau berubah. Oleh karena itu, makanan berbahan pigmen alami sering kali memiliki warna yang lebih lembut dibandingkan makanan dengan pewarna buatan. Namun, warna yang tidak terlalu mencolok ini justru dapat menjadi ciri bahwa makanan tersebut menggunakan bahan yang lebih alami.
Dalam praktiknya, pigmen alami telah lama digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai minuman tradisional, kue basah, jajanan pasar, serta nasi berwarna dari bahan alami merupakan contoh pemanfaatan pigmen alami yang masih bertahan hingga kini. Saat ini, pelaku usaha kecil dan menengah juga mulai memanfaatkan pigmen alami untuk meningkatkan nilai jual produk mereka. Selain memberi kesan lebih sehat, penggunaan bahan alami juga dapat meningkatkan kepercayaan konsumen.
Seiring berkembangnya tren hidup sehat, berbagai upaya dilakukan untuk mengoptimalkan pemanfaatan pigmen alami. Pengolahan yang tepat diperlukan agar warna tetap menarik tanpa menghilangkan sifat alaminya. Penelitian dan inovasi di bidang pangan terus dilakukan untuk meningkatkan kestabilan pigmen alami sehingga dapat digunakan lebih luas dalam industri pangan.
Pada akhirnya, warna pada makanan bukan hanya soal keindahan visual, tetapi juga berkaitan dengan keamanan dan kualitas pangan. Dengan memahami peran pigmen alami, sobat dapat lebih bijak dalam memilih makanan sehari-hari. Makanan dengan warna alami mungkin tidak selalu terlihat mencolok, tetapi di balik tampilannya tersimpan potensi manfaat dan nilai keamanan yang lebih baik. Memilih pangan dengan pigmen alami merupakan langkah sederhana menuju pola konsumsi yang lebih sehat.
Daftar Pustaka
Astuti, R. (2019). Stabilitas pigmen nabati terhadap perubahan suhu dan pH. Jurnal Pangan dan Agroindustri, 7(2), 113–120.
Estiasih, T., Ahmadi, K., & Widyaningsih, T. D. (2016). Komponen Minor dan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sari, D. K., & Nugraheni, M. (2018). Pemanfaatan antosianin sebagai pewarna alami pangan. Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, 11(1), 45–52.
Winarno, F. G. (2008). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”










































































