Ngajum, Malang – Sebuah inovasi penting dalam bidang pertanian tengah dikembangkan melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan di Desa Ngajum, Kabupaten Malang. Kegiatan ini mengusung judul “Pengembangan Ekosistem Pertanian Presisi Menggunakan Smart Agriculture Greenhouse Berbasis IoT sebagai Learning Factory Pembinaan Kemandirian bagi Warga Desa Terkait Skill Pertanian Modern” dan berlangsung sejak April hingga Oktober 2025. Dengan dukungan skema Matching Fund, program ini merupakan hasil kolaborasi antara institusi pendidikan tinggi dan pemerintah desa dalam rangka memperkuat kapasitas sumber daya manusia pedesaan di era pertanian digital.
Kegiatan ini dipimpin oleh Dr. Dwi Wulandari, S.E., M.M., CFP sebagai ketua tim pelaksana, yang bekerja sama dengan para anggota tim: Fuad Indra Kusuma, S.Pd., M.Pd., Dr. Otto Fajarianto, M.Kom., dan Putra Hilmi Prayitno, M.Pd.. Tim ini membawa pendekatan teknologi canggih ke tengah masyarakat desa, dengan membangun sistem pertanian berbasis greenhouse pintar yang dilengkapi perangkat Internet of Things (IoT). Teknologi ini memungkinkan pemantauan dan pengaturan kondisi pertanian secara presisi—meliputi suhu, kelembaban, intensitas cahaya, dan kelembaban tanah—yang semuanya dapat diakses dan dikendalikan secara digital.
Dalam pelaksanaannya, program ini tidak hanya fokus pada penerapan teknologi, tetapi juga pada aspek edukatif melalui model learning factory. Warga desa diajak terlibat langsung dalam seluruh proses, mulai dari perakitan dan operasionalisasi greenhouse, pemahaman perangkat IoT, hingga teknik budidaya tanaman yang sesuai dengan standar pertanian modern. Pelatihan diselenggarakan secara berkala untuk memastikan bahwa peserta tidak hanya paham konsep, tetapi juga terampil dalam praktik.
Menurut Dr. Dwi Wulandari, program ini bertujuan membentuk ekosistem pertanian presisi yang dapat menjadi fondasi kemandirian ekonomi masyarakat desa. Ia menyatakan bahwa transformasi pertanian tidak cukup hanya dengan inovasi teknologi, tetapi harus dibarengi dengan peningkatan kapasitas SDM dan perubahan pola pikir. Pendekatan digital yang ditawarkan diharapkan tidak hanya meningkatkan hasil produksi, namun juga membuka peluang baru bagi warga desa dalam mengakses pasar, termasuk melalui platform pemasaran digital yang akan dikembangkan secara paralel.
Sementara itu, Dr. Otto Fajarianto menambahkan bahwa tantangan utama dalam pertanian masa depan adalah adaptasi terhadap perubahan iklim dan keterbatasan sumber daya alam. Oleh karena itu, penggunaan teknologi presisi menjadi solusi yang relevan, terutama bagi komunitas pertanian di pedesaan yang ingin meningkatkan efisiensi dan daya saing.
Program ini juga mendapat respon positif dari warga Desa Ngajum yang merasa terbantu dengan adanya pendampingan langsung dan akses terhadap teknologi yang sebelumnya hanya dikenal di skala industri besar. Dengan adanya integrasi antara pendidikan, teknologi, dan pemberdayaan masyarakat, Desa Ngajum diproyeksikan menjadi percontohan desa berbasis pertanian cerdas yang mandiri dan berkelanjutan.
Kegiatan ini menjadi bukti nyata bahwa inovasi teknologi dapat menjangkau masyarakat desa dan menjadi motor penggerak transformasi ekonomi lokal. Harapannya, model ini dapat direplikasi di desa-desa lain untuk memperluas dampak positif dari pembangunan pertanian berbasis digital di Indonesia.