Surabaya (13/06/2025) – Bertempat di ruang pertemuan SMA Negeri 19 Surabaya, telah terlaksana kegiatan Sosialisasi Penanaman Nilai Moderasi Beragama dalam Meningkatkan Toleransi dan Kerukunan Siswa, yang diselenggarakan oleh mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Kegiatan ini dilaksanakan guna memenuhi tugas akhir dalam mata kuliah umum Agama Islam dengan dosen pengampu Dr. Fazlul Rahman, Lc., M.A.Hum. Kegiatan ini merupakan kontribusi aktif mahasiswa dalam membentuk generasi muda yang toleran terhadap keberagaman.
Kegiatan dibuka dengan sambutan oleh ketua pelaksana, Safira Choirun Nisa’, yang menekankan pentingnya moderasi beragama untuk membentuk karakter pelajar yang mampu hidup rukun dalam perbedaan. Beliau berharap siswa dapat menerapkan nilai-nilai moderasi beragama dalam kehidupan sehari-hari.
Materi utama disampaikan oleh Safira Choirun Nisa’ dan Taqiyya `Adzra. Keduanya memaparkan bahwa moderasi beragama bukan mencampuradukkan ajaran, melainkan memahami dan menjalankannya secara adil, seimbang, serta menghargai perbedaan. Taqiyya menegaskan bahwa moderasi justru memperkuat keimanan dengan cara damai dan toleran.
Pada sesi tanya jawab pertama, Aurel Fernanda mengajukan pertanyaan kritis, “Banyak orang yang mengucapkan selamat hari raya. Boleh tidak kita mengucapkan hari raya keagamaan agama lain? Banyak ulama dan ahli yang berpendapat berbeda-beda. Menurut kakak bagaimana?”
Menanggapi hal itu, Taqiyya menjelaskan, “Jika niat kita untuk menjaga hubungan baik dan toleransi, maka ucapan itu bisa menjadi bentuk kebaikan sosial, selama tidak melanggar prinsip keyakinan masing-masing. Intinya, sekadar mengucapkan selamat hari raya adalah bentuk penghormatan, selama tidak ikut dalam ritual ibadah yang bersifat sakral atau memuat doa-doa khusus agama tersebut.”
Pada sesi tanya jawab kedua, Nabil Albanna mengajukan pertanyaan, “Menurut Kakak, bagaimana cara yang tepat bagi kami sebagai pelajar untuk mengimplementasikan dan menyebarkan semangat moderasi beragama di tengah masyarakat luas?”
Pertanyaan tersebut dijawab oleh Safira Choirun Nisa’, yang menyampaikan bahwa semuanya dimulai dari diri sendiri. “Langkah pertama adalah memperbaiki diri sendiri terlebih dahulu. Ketika kita sudah mampu bersikap toleran dan menghargai perbedaan, barulah kita bisa mengajak teman-teman di sekitar untuk melakukan hal yang sama. Misalnya, ketika ada teman yang masih suka merendahkan agama lain, kita bisa memberi pemahaman dengan cara yang baik. Dari situ, ilmunya akan menyebar dari satu teman ke teman lainnya,” jelasnya dengan penuh semangat.
Pada sesi ice breaking, panitia menggunakan permainan oper bola dengan iringan musik. Saat musik berhenti, siswa yang memegang bola diminta maju ke depan untuk membagikan pengalaman pribadi mereka tentang praktik moderasi beragama.
Tsania Balqis membagikan kisahnya, “Saya pernah mengajak teman yang berbeda agama untuk menjadi panitia buka puasa bersama. Teman saya menerima ajakan itu dengan senang hati dan membantu sampai acara berjalan dengan lancar.”
Nasywa Zahfarina juga berbagi pengalaman, “Saya berada dalam satu klub olahraga bersama teman yang berbeda agama. Saat waktu shalat tiba, teman saya dengan pengertian menyediakan ruang ibadah dan mempersilahkan saya untuk shalat. Dari hal-hal kecil seperti itu, saya merasa dihargai, dan saya juga belajar untuk lebih menghargai perbedaan.”
Menjelang penutupan kegiatan, siswa mengikuti sesi post-test untuk mengevaluasi pemahaman mereka terhadap materi. Setelah itu, siswa menyampaikan kesan dan pesan. Salah satu siswa menyampaikan, “Dengan moderasi beragama, kita dapat membangun masyarakat yang harmonis dan damai.”
Kegiatan sosialisasi ditutup dengan sesi dokumentasi antara mahasiswa dan siswa sebagai bentuk kebersamaan. Melalui pendekatan interaktif dan reflektif, peserta memperoleh pemahaman sekaligus pengalaman tentang pentingnya hidup dalam keberagaman. Mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur berharap semangat moderasi beragama dapat terus diterapkan oleh generasi muda demi terwujudnya masyarakat yang harmonis, rukun, dan damai.