Bandung, 23 Juni 2025
Setiap orang punya cerita tentang luka, tapi tak semua mampu mengubah lukanya menjadi kekuatan. Syaifa Nazwa, seorang mahasiswi dari Universitas Islam Bandung, membuktikan bahwa bahkan dari titik terendah, seseorang bisa tumbuh menjadi sosok yang menginspirasi.
Dulu, ia pernah diremehkan, dihina, bahkan merasa tak layak dicintai. Syaifa sempat mengorbankan dirinya demi mendapatkan kasih sayang yang tidak pernah benar-benar memeluknya utuh. Tapi waktu berjalan, dan semesta pelan-pelan mengajarkan sesuatu yang jauh lebih penting: mencintai diri sendiri. “Dulu aku berpikir harus dicintai orang lain biar merasa cukup… sekarang aku sadar, yang paling aku butuhkan adalah pelukan dari diriku sendiri,” tulisnya dalam sebuah unggahan pribadi.
Perjalanan menemukan cinta diri itu tidak mudah. Tapi justru dari setiap luka yang ia rawat sendiri, tumbuhlah keberanian untuk melangkah. Syaifa mulai percaya, bahwa dirinya cukup. Bahwa dirinya pantas. Bahwa bahkan setelah dihancurkan, seseorang bisa bangkit dengan lebih anggun.
Ia aktif mengasah diri di berbagai bidang: menjadi finalis Duta Inspirasi Indonesia, Duta Edukasi Indonesia, Duta Persada Nusantara, hingga menjadi bagian dari Womenspirasi Summit 2025 forum perempuan muda penuh semangat dan kepedulian sosial.
Tak hanya itu, buah pikir dan rasa yang ia jaga dalam diam pun tumbuh menjadi karya. Salah satu cerpen karyanya telah diterbitkan dalam buku antologi cerita pendek menjadi jejak sunyi yang kini bersuara. “Aku tidak ingin balas dendam pada masa lalu. Aku hanya ingin tumbuh, hingga saat aku menoleh ke belakang, aku bisa tersenyum dan berkata: aku berhasil.”
Kini, Syaifa bukan hanya seorang mahasiswa atau finalis ajang duta. Ia adalah simbol dari pulihnya seseorang yang pernah runtuh. Dan kini, ia berjalan bukan untuk mencari pengakuan, tapi untuk menyampaikan bahwa setiap luka pun bisa bersinar asal dirawat dengan cinta.