Perkembangan teknologi telah membawa perubahan besar dalam dunia investasi. Dulu, pasar saham hanya bisa diakses oleh segelintir orang yang memiliki pendidikan dan pengetahuan finansial yang memadai. Kini, siapa pun dengan smartphone dan koneksi internet sudah bisa menjadi investor.
Digitalisasi telah membuka lebar pintu bagi masyarakat luas untuk dapat memulai berinvestasi. Bibit dan Ajaib membuat proses beli saham, reksa dana, atau instrumen investasi lainnya dapat dilakukan dengan beberapa sentuhan di telepon. Seharusnya tidak perlu lagi menghadap ke kantor pialang lagi beserta mencari-cari dokumen kertas semua prosesnya, mulai dari pendaftaran hingga transaksi dapat dilakukan secara daring.

Selain itu, kemudahan akses terhadap informasi pasar pun terus meningkat. Contohnya, melalui aplikasi TikTok dan YouTube, pelaku ekonomi prosa menjambret peduler analisis ekonomi atau tren pasar yang dahulu hanya dimanfaatkan oleh bank atau lembaga riset tersedia untuk dinikmati. Pasti ini memperbesar kemungkinan investor retail untuk memahami dinamika pasar dunia.
Namun, kemajuan ini bukan tanpa tantangan. Infrastruktur digital di banyak daerah belum merata. Masih banyak masyarakat yang belum memiliki akses internet yang memadai, atau bahkan perangkat untuk mengakses aplikasi investasi. Di sisi lain, kesenjangan literasi keuangan juga masih tinggi. Banyak orang yang belum memahami cara kerja pasar modal atau masih menganggap investasi saham sebagai aktivitas berisiko tinggi yang hanya cocok untuk orang kaya.
Padahal, pada kenyataannya, sekarang banyak platform yang menawarkan untuk berinvestasi mulai dari nominal kecil, bahkan puluhan ribu rupiah. Tapi aksesibilitas asli bukan hanya soal mengapa harus ada aplikasi dan internet, melainkan juga soal berani untuk memulai dan pemahaman yang relatif cukup untuk membuat keputusan finansial.
Lalu, setelah investor ritel juga masuk ke pasar global, ada satu tantangan lagi: berbagai regulasi di tiap negara, ancaman fluktuasi nilai tukar, hingga banjir informasi yang secara terkadang malah membuat bingung. Namun meski begitu, dunia yang terhubung semakin luas itu membuka peluang untuk berinvestasi dalam sektor lainnya, dari teknologi Amerika, startup Asia, sampai energi terbarukan Eropa.
Namun, di tengah dinamika geopolitik dan ketidakpastian ekonomi global, investor harus lebih waspada. Sentimen pasar bisa berubah dalam hitungan jam, dan volatilitas bisa datang kapan saja. Tanpa pemahaman yang memadai, potensi kerugian bisa jauh lebih besar.
Dalam konteks ini, pendidikan menjadi kunci. Pemerintah, lembaga keuangan, dan penyedia platform digital harus berkolaborasi untuk menyediakan edukasi finansial yang ringkas, mudah dipahami, dan relevan dengan kebutuhan masyarakat saat ini.
Hanya dengan pemahaman yang baik dan dukungan infrastruktur yang memadai, masyarakat bisa benar-benar memanfaatkan peluang di era investasi digital ini. Dengan begitu, dunia investasi tidak lagi menjadi dunia yang eksklusif, melainkan bisa diakses secara inklusif oleh siapa pun yang ingin memulai.
Penulis:
1. Muhammad Ridwan Aprilian
2. Alhabib