BINTUNI – Di tengah luasnya bentang tanah Papua, tepatnya di Kabupaten Bintuni, ada cahaya muda Nahdliyyin yang menyala dengan semangat luar biasa. Ia adalah Rizky Laelatin Istiqomah, Ketua Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama’ (PC IPPNU) Bintuni, Papua Barat. Sosok yang tak hanya memimpin dengan visi, tetapi juga memberi teladan bahwa cinta terhadap organisasi bisa melintasi ruang, waktu, bahkan status kehidupan.
Rizky adalah perempuan muda asal Bintuni Papua Barat yang menimba ilmu ke Lamongan yang tumbuh besar dalam kultur pesantren. Ia merupakan alumni Pondok Pesantren Sunan Drajat Banjarwati Paciran Lamongan Jawa Timur, dan telah aktif di IPPNU sejak masa sekolahnya di MA Ma’arif 7 Sunan Drajat Banjarwati. Tak main-main, di tahun 2016–2017 ia sudah menjabat sebagai Ketua PK IPPNU MA Ma’arif 7, membuktikan bahwa kepemimpinan itu dipupuk sejak dini.
Perjalanan organisasi Rizky tak berhenti di bangku madrasah. Ketika melanjutkan studi di Institut Pesantren Sunan Drajat (INSUD) Lamongan, ia kembali dipercaya mengemban amanah sebagai Ketua PKPT IPPNU INSUD periode 2019–2020. Di sinilah kapasitas kepemimpinannya semakin matang, dan orientasi perjuangannya mulai mengarah pada kiprah yang lebih luas dan berkelanjutan.
Setelah lulus, Rizky pulang ke kampung halamannya di Papua Barat. Namun kepulangan itu bukan sekadar kembali ke rumah, melainkan kembali membawa misi. Di tanah yang jauh dari hiruk pikuk pulau Jawa itu, ia dipercaya menahkodai PC IPPNU Kabupaten Bintuni. Amanah besar yang ia terima dengan penuh komitmen dan cinta.
Yang menjadikan Rizky istimewa, adalah konsistensinya dalam IPPNU di tengah status barunya sebagai seorang istri dan ibu. Di sela kesibukan rumah tangga, ia tetap aktif memimpin kaderisasi, menyusun program keperempuanan, serta merintis jaringan organisasi di Papua Barat yang penuh tantangan.
Baginya, menjadi ibu bukan alasan untuk berhenti berkhidmat. Justru dari ruang rumah tangga itulah ia belajar banyak hal: tentang kesabaran, pengelolaan waktu, dan makna pengabdian yang lebih dalam. Dengan dukungan keluarga, Rizky menjadikan IPPNU sebagai napas perjuangannya yang tetap berdenyut hingga hari ini.
“Saya mencintai NU melalui IPPNU. Dan peran saya sebagai istri dan ibu justru membuat saya semakin memahami pentingnya kaderisasi perempuan yang kuat dan berdaya,” ungkapnya dalam sebuah kegiatan kaderisasi di IPPNU Bintuni Papua Barat.
Rizky Laelatin Istiqomah adalah bukti bahwa santri tidak pernah kehilangan arah dalam peta perjuangan. Meskipun jauh dari pusat organisasi, ia tetap setia menjadi pelita pergerakan pelajar perempuan NU di Papua Barat. Ia membuktikan bahwa IPPNU bukan hanya tentang struktur, tetapi juga tentang cinta dan dedikasi yang tak pernah surut.
Ia aktif menghidupkan kegiatan IPPNU di ranting-ranting dengan kegiatan amaliyah Tahlil, Dziba’ dan membuka ruang diskusi keperempuanan, serta menyuarakan pentingnya peran perempuan muda dalam membangun masyarakat berlandaskan Islam Ahlussunnah wal Jama’ah. Bagi Rizky, NU adalah rumah, dan IPPNU adalah jalannya untuk terus memberi.
Kisah Rizky Laelatin Istiqomah adalah narasi tentang bagaimana kader IPPNU tumbuh bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi untuk umat. Ia membawa semangat Banjarwati ke Bintuni, dari pesantren ke pelosok timur Indonesia. Dari santri menjadi pemimpin. Dari pelajar menjadi pelita. Ia tak pernah menyerah, dan tak pernah lupa dari mana ia berasal.
“Selama kita masih mencintai NU, maka IPPNU adalah rumah yang tak akan pernah kita tinggalkan” tutupnya penuh makna.
Redaksi: Artikel ini ditulis oleh Ike Nurul Fitrotus Shoimah, sahabat seperjuangan sebagai bentuk apresiasi atas kiprah Rizky Laelatin Istiqomah, alumni Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan yang saat ini menjabat sebagai Ketua PC IPPNU Bintuni, Papua Barat. Ia menjadi contoh nyata bahwa pengabdian tidak mengenal batas geografi, selama cinta terhadap organisasi tetap menyala.