Jakarta 28 Juni 2025 adalah hari bersejarah bagi warga Betawi yang tinggal dikawasan Kelurahan Petukangan Utara Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan, karena pada hari itu diadakan Festival Budaya Kampung Petukangan Ke-4 Tahun 2025. Festival yang digelar dalam rangka meramaikan HUT ke-498 Kota Jakarta diselenggrakan di Lapangan bola Komplek Kiwal Kostrad Jakarta Selatan.
Acara ini Dihadiri, Walikota Administrasi Jakarta Selatan, M Anwar didampingi Ketua TP PKK Kota Jakarta Selatan, Diah Anwar, anggota DPRD DKI Jakarta Komisi A, Dadiyono, Kabag Kesra Kota Administrasi Jakarta Selatan, Khabib Asyngari, Kepala Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Selatan, Rusmantoro, Camat Pesanggrahan, Agus Ramdani beserta para Lurah se-Kecamatan Pesanggarahan. Kemudian Ketua Beksi Petukangan Utara, Naupal Haryawan, dan tokoh tokoh Masyarakat Pesanggrahan termasuk Hadi Winarno.
M Anwar, berharap, dengan adanya kegiatan Festival Budaya Kampung Petukangan, masyarakat dapat lebih mengenali Budaya Betawi mulai dari seni, kuliner, kerajinan hingga adat istiadat yang telah diwariskan para leluhur ini bisa menjadi agenda tahunan yang terus berkembang dan menjadi ikon budaya di Jakarta Selatan.
Selain diisi dengan kegiatan budaya dan bazar kuliner, Festival Budaya Kampung Petukangan Ke-4 Tahun 2025, juga diisi dengan diskusi Interaktif yang didukung oleh Balai Pelesteraian Kebudayaan(BPK) Wilayah VIII Kementrian Kebudayaan Republik Indonesia. Pada diskusi tersebut hadir Ibu Yuni yang merupakan wakil dari BPK VIII, kang Asep (penggiat Seni UBRUG), Bang Erik (praktisi teater modern) dan dipandu oleh bang Azis.
Dalam diskusi, Erik yang merupakan penggiat seni teater modern menjelaskan bahwa kata lenong diambil dari nama seorang pedagang Tionghoa bernama Lien Ong. Beliau sering menggelar pertunjukan teater yang kemudian dikenal sebagai Lenong.
Erik juga menerangkan bahwa ada dua jenis lenong yaitu Lenong Denes dan Lenong Preman. Lenong Denes menggunakan kostum yang lebih formal dan mewah, sesuai dengan tema kebangsawan, sedangkan Lenong Preman menggunakan kostum yang lebih sederhana dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari.

Kang Asep penggiat seni UBRUG mengatakan bahwa perbedaan seni UBRUG dengan teater rakyat daerah lain adalah bahasa yang digunakan dan pakem pertunjukannya.
Teater UBRUG yang merupakan teater rakyat tradisional Banten saat penampilan memadukan unsur komedi, tari, musik, dan seni suara. Kang Asep juga menjelaskan tahapan atau babak dalam pertunjukkan UBRUG yaitu : tatalu, tandak (tari), samyong (tari dan nyanyian), tatalu, nandung (fragmen drama), bodoran (lawakan) dan lalakon. Dalam pementasaan seni UBRUG pemain tanpa dibekali naskah cerita bahkan tanpa sutradara. Jadi para pemain tampil berdasarkan kemampuan improvisasi masing – masing.
Dan di Festival Budaya Kampung Petukangan Ke-4 Tahun 2025 kali ini ada tampilan UBRUG brosot