SLEMAN — Bedog Arts Fest (BAF) kembali hadir di Studio Banjarmili, Kradenan, Sleman, pada 10–20 Oktober 2025. Memasuki edisi ke-15, festival seni berbasis komunitas ini mengusung tema “Sambung-Menyambung”, yang mengajak masyarakat melihat keterhubungan antara alam, manusia, dan kebudayaan sebagai satu ekosistem yang saling menopang.
Tahun ini, BAF memperluas cakupan programnya. Tak hanya menghadirkan pertunjukan seni, festival ini juga menggelar pameran, pelatihan warga, dan inisiatif ramah lingkungan melalui konsep Almost Green Festival. “Kami ingin menegaskan bahwa seni tidak berdiri sendiri, tetapi menjadi bagian dari kehidupan yang menghormati alam dan masyarakat,” ujar Direktur Yayasan Banjarmili, Ria Prabandari, saat pembukaan festival, Jumat (10/10/2025).
Menghidupkan Kembali Warisan Miroto
Salah satu acara pembuka adalah pameran “(Te)topengan Miroto”, yang menampilkan arsip dan artefak karya Martinus Miroto, maestro tari sekaligus pendiri Bedog Arts Fest. Pameran ini bukan sekadar retrospektif, melainkan ruang refleksi atas nilai-nilai yang ditinggalkan Miroto — kesadaran ekologis, spiritualitas tubuh, dan hubungan seni dengan masyarakat.
“Pameran ini adalah bentuk penghormatan bagi Miroto, sekaligus ajakan bagi generasi muda untuk melihat seni sebagai jalan hidup yang menyatu dengan alam,” ungkap kurator Kalanari Theatre Movement, Bayu Pramana.
Selain pameran, dokumenter “Penumbra: Perjalanan Miroto” juga ditayangkan bekerja sama dengan Indonesiana TV pada 19 Oktober 2025. Film ini menyoroti perjalanan Miroto dalam membangun gerakan seni yang berpihak pada kehidupan.
Kolaborasi dan Keberlanjutan di Sleman
Bedog Arts Fest juga menjadi bagian dari Sleman Creative Weeks 2025 yang diinisiasi Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman. Kolaborasi ini memperkuat posisi Sleman sebagai kabupaten kreatif berbasis budaya. “BAF adalah contoh terbaik community-based tourism—wisata berbasis warga yang tumbuh dari semangat gotong royong,” ujar Kepala Dinas Pariwisata Sleman, Dwi Hartono.

Melalui dukungan pemerintah dan masyarakat, BAF berkembang menjadi ruang kolaborasi lintas disiplin antara seniman, warga, dan komunitas budaya. Tiga entitas yang saling terhubung — Yayasan Banjarmili, Studio Banjarmili, dan Bedog Arts Fest — kini menjadi motor penggerak ekosistem kreatif yang berkelanjutan di Sleman bagian barat.
Langkah Hijau di Kradenan
Kesadaran lingkungan menjadi salah satu sorotan utama BAF 2025. Bersama Yayasan Get Plastic Indonesia dan Bank Sampah Go-Green, festival ini melibatkan karang taruna Kradenan dalam pengelolaan sampah. Mereka dilatih memilah sampah, mengolah limbah plastik dengan mesin pirolisis, hingga memanfaatkan hasilnya sebagai sumber energi alternatif.
“Ini pengalaman baru bagi kami. Ternyata festival seni bisa juga jadi tempat belajar soal lingkungan,” kata Satrio (22), anggota karang taruna Kradenan yang terlibat dalam tim pengelolaan sampah.
Langkah kecil ini, menurut panitia, adalah awal menuju festival yang benar-benar ramah lingkungan. “Kami menyebutnya baby step, tapi dampaknya nyata. Warga jadi lebih sadar pentingnya menjaga keseimbangan antara seni dan ekologi,” ujar Ria menambahkan.
Seni di Alam Terbuka
Meski beragam program non-panggung digelar, seni pertunjukan tetap menjadi inti festival. Pada 17–18 Oktober, tepian Sungai Bedog akan menjadi panggung bagi penampil lintas disiplin — dari Wayang Kudung Wakul, Raja Kirik’s Phantasmagoria of Jathilan, hingga Kalanari Theatre Movement.
“Rasanya luar biasa tampil di ruang terbuka, dikelilingi pepohonan dan suara air. Ada kedekatan emosional yang tak bisa digantikan panggung biasa,” ujar Lintang Ayodya Wahyu Aji, salah satu penampil BAF tahun ini.
Bagi warga, Bedog Arts Fest bukan hanya tontonan, tetapi juga kebanggaan. “Kami merasa menjadi bagian dari festival ini. Ada energi gotong royong yang mengalir di setiap acaranya,” tutur Sukarni (47), warga Kradenan yang tiap tahun menjadi sukarelawan.
Dengan semangat “Sambung-Menyambung”, Bedog Arts Fest 2025 menegaskan bahwa seni, alam, dan masyarakat bukan tiga hal terpisah. Dari tepian Sungai Bedog, Sleman mengirim pesan bahwa keberlanjutan budaya dimulai dari hubungan yang hidup antara manusia dan lingkungannya. (Yusuf)
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”










































































