Blok M Hub: Wajah Baru yang Cukup Mengembalikan Masa Kejayaan Blok M?
Blok M Hub: Wajah Baru yang Cukup Mengembalikan Masa Kejayaan Blok M? – Blok M kembali hadir dengan wajah baru setelah direvitalisasi oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Kawasan legendaris yang dahulu dikenal sebagai Mal Blok M ini diubah menjadi Blok M Hub, ruang publik yang lebih segar, modern, dan inklusif. Peresmian dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung pada 25 Mei 2025, sebagai bagian dari langkah pemerintah untuk menghidupkan kembali pusat-pusat interaksi warga kota.
Lorong-lorong bawah tanah yang dulu gelap kini tampil terang dan artistik, lengkap dengan mural geometris dan pencahayaan hangat. Estetika ini menjadi daya tarik utama dari perubahan fisik Blok M Hub. Tujuannya tidak hanya mempercantik kawasan, tapi juga mendorong mobilitas warga, kegiatan UMKM, dan pertumbuhan ruang komunitas.
Tampilan Estetik, Tapi Masih Sepi
Meski tampilannya lebih segar dan bersih, Blok M Hub belum sepenuhnya pulih sebagai ruang publik yang hidup. Banyak kios yang masih kosong, pengunjung masih terbatas pada jam makan siang, dan kawasan ini belum menjadi destinasi utama di akhir pekan. Beberapa pengunjung bahkan mengeluhkan sirkulasi udara yang pengap serta akses yang belum ramah.

Tantangan utama bagi Pemprov DKI bukan lagi pada soal infrastruktur, melainkan pada pengisian fungsi ruang. Tanpa aktivasi sosial seperti pertunjukan seni, acara komunitas, dan dukungan terhadap pelaku UMKM, Blok M Hub berisiko menjadi tempat yang hanya ramai di media sosial, namun tidak benar-benar hidup dalam keseharian kota.
Sejarah Blok M Sebagai Tempat Nongkrong
Dilansir dari artikel Kementerian Pariwisata, Blok M merupakan bagian dari kota satelit Kebayoran yang dirancang oleh Belanda pada 1940-an sebagai solusi atas padatnya kawasan Gambir. Kawasan ini dikembangkan dengan konsep kota taman dan dibagi menjadi blok-blok, di mana Blok M ditetapkan sebagai pusat kotanya.
Di era 1980–1990-an, Blok M menjelma sebagai pusat pergaulan anak muda Jakarta, tempat orang berkumpul, berbelanja, dan menjadi bagian dari budaya populer kota.
Revitalisasi hari ini seharusnya tidak melupakan peran historis itu. Membawa Blok M kembali ke masa jayanya bukan berarti membangun ulang yang lama, melainkan menghadirkan fungsi sosial dan budaya yang relevan dengan masyarakat sekarang.
Biar Gak Cuma Estetik, Harus Ada Aktivitas yang Asik
Wajah baru Blok M Hub adalah langkah awal yang menjanjikan. Tapi kejayaan kawasan ini tidak akan kembali hanya dengan cat baru dan mural menarik. Keberhasilan revitalisasi ditentukan oleh sejauh mana ruang ini mampu menampung kehidupan kota, tempat warga bertemu, beraktivitas, dan merasa terhubung.
Pemprov DKI perlu terus mendorong kolaborasi dengan komunitas, pelaku UMKM, dan penyelenggara acara kreatif untuk menjaga energi kawasan ini. Wajah baru hanyalah permulaan. Potensi Blok M untuk kembali menjadi ikon kota sangat besar, asalkan tidak berhenti pada tampilan, tetapi berlanjut pada isi dan interaksinya.