Sleman, 29 Juni 2025, enam (6) mahasiswa Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY) dari fakultas Ilmu Komunikasi dan Multimedia melaksanakan program pengabdian masyarakat bertema sharing session pengelolaan media sosial di Desa Wisata Bambu Brajan, Sendangagung, Minggir Sleman. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan literasi digital dan kapasitas promosi bagi para pengrajin bambu dan pelaku usaha UMKM lokal di tengah era digitalisasi.
Desa Brajan ini memiliki kekayaan alam, seni, dan kerajinan bambu yang telah menelusuri pasar internasional. Tetapi, potensi besar ini belum didukung dengan pengelolaan media sosial yang optimal. Akun Instagram resmi desa, misalnya, terakhir aktif pada 2022. Interaksi digital pun masih minim, padahal media sosial dan e-commerce kini menjadi sarana utama promosi dan pemasaran. Dari permasalahan tersebut, kami melihat peluang untuk menghubungi atau berkolaborasi pada kesenjangan digital dengan memberikan edukasi dan pelatihan langsung. Kegiatan ini juga dilaksanakan sebagai bagian dari tugas mata kuliah Kapita Selekta Komunikasi yang diampu oleh FX. Novi E. Putranto, S.Sn., M.A.
Sebelum pelaksanaan, kami melakukan observasi dan survei lapangan. Hasilnya, lebih dari 90% pengrajin adalah warga usia paruh baya yang belum terbiasa dengan media digital. Riset ini menjadi dasar perancangan materi dan pendekatan pelatihan yang lebih personal dan aplikatif. Kegiatan bertempat di kediaman Bapak Sulisman, salah satu pengrajin sekaligus pemilik toko Prinx Mas.
Acara dihadiri 15 peserta, terdiri dari pengrajin senior dan pemuda desa. Sambutan disampaikan oleh Ketua Pengelola Desa Wisata, Bapak Ngadikin, yang menekankan pentingnya pemanfaatan media sosial dalam promosi dan pemasaran.
Sharing session dibagi menjadi 3 bagian kegiatan utama, yaitu penyampaian materi terkait pemanfaatan media sosial untuk promosi yang memaparkan strategi promosi produk melalui Instagram, TikTok, serta pemanfaatan marketplace seperti Shopee dan lainnya, penyampaian materi terkait pembuatan konten yang mengajarkan teknik membuat reels, caption, penggunaan hashtag dan pentingnya konsistensi dan interaksi dengan audiens. Kegiatan ahinya dilakukan pelatihan pembuatan konten.
Metode pelatihan bersifat praktis, karena berupa praktik langsung dengan membuat akun media sosial, toko online, mengunggah konten, dan mencoba fitur iklan digital. Peserta dibagi berdasarkan tingkat pemahaman, dengan pendekatan pendampingan personal.
Hasil dari pelatihan ini cukup signifikan. Beberapa pengrajin berhasil membuat akun Shopee dan mulai mempromosikan produknya. Konten-konten Instagram dan Facebook desa kembali aktif. Yang lebih penting, terjadi perubahan pola pikir bahwa media sosial bukan hanya hiburan, tapi juga alat kerja dan pengembangan usaha.
“Kami belum pernah bikin akun Shopee atau Instagram. Sekarang jadi tahu. Ternyata harus bisa ikut zaman sekarang,” ujar Bapak Sulisman.
“Saya jadi ngerti cara ngambil video yang benar, ngedit yang bagus, dan bikin konten promosi di TikTok dan Instagram,” kata Syahrul Roshi, peserta muda.
Selain itu, untuk memotivasi para pengrajin, kami memberikan hadiah bagi peserta dengan konten terbaik. Program ini pun membuka ruang dialog dan semangat kolaboratif antara generasi muda digital dengan para pelaku usaha tradisional.
Kegiatan kolaborasi ini tidak hanya memberi dampak jangka pendek berupa keterampilan teknis, tetapi juga membangun kesadaran kolektif terkait pentingnya digitalisasi. Program ini membuktikan bahwa transformasi digital bisa dimulai dari langkah sederhana: saling mendengar, belajar bersama, dan bertindak konsisten.
Mahasiswa belajar langsung tentang cara menerapkan ilmu komunikasi dalam dunia nyata, sementara masyarakat mendapatkan bekal untuk bertahan dan berkembang di tengah kompetisi digital. Ke depan, pelatihan lanjutan dan pendampingan berkelanjutan sangat disarankan agar manfaatnya lebih luas dan berjangka panjang.
Penutup kata dari salah satu mahasiswa UMBY, “Menjaga warisan bukan berarti menolak kemajuan. Justru warisan akan terus hidup jika diberi ruang untuk berkembang.”