Apa pun yang terjadi di luar negeri—tren fashion, gaya hidup, cara bicara, bahkan makanan—bisa dengan mudah masuk ke Indonesia lewat media sosial. Inilah yang disebut globalisasi. Di satu sisi, globalisasi membawa banyak manfaat. Kita jadi lebih terbuka, lebih modern, dan lebih terhubung dengan dunia luar. Tapi di sisi lain, arus budaya asing yang masuk juga bisa menjadi tantangan, apalagi kalau kita mulai lupa siapa diri kita sebenarnya sebagai bangsa.
Nah, di sinilah Pancasila punya peran penting. Pancasila bukan cuma semboyan atau hafalan di sekolah. Pancasila adalah dasar hidup kita sebagai orang Indonesia. Nilai-nilainya—seperti kepercayaan kepada Tuhan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah, dan keadilan sosial—bukan hanya kata-kata indah, tapi pegangan dalam bersikap dan bertindak, terutama saat kita dihadapkan pada budaya luar yang belum tentu cocok dengan nilai-nilai kita.
Misalnya, kita lihat bagaimana sekarang banyak konten viral di media sosial yang menjunjung gaya hidup glamor, individualis, dan bebas nilai. Padahal, budaya Indonesia dikenal ramah, saling tolong, dan mengutamakan kebersamaan. Kalau kita tidak punya filter yang kuat, lama-lama kita bisa kehilangan jati diri. Nah, Pancasila bisa jadi filter itu. Ia mengajarkan kita untuk tidak menelan mentah-mentah semua yang datang dari luar. Kita tetap bisa mengikuti perkembangan zaman, tapi dengan sikap kritis dan tetap menjaga nilai-nilai yang kita yakini.
Contohnya, sila pertama tentang Ketuhanan Yang Maha Esa mengingatkan kita untuk tetap berpijak pada nilai moral dan spiritual. Jangan sampai teknologi dan kebebasan membuat kita lepas kontrol. Sila kedua dan ketiga juga penting: kita harus tetap menjunjung kemanusiaan dan menjaga persatuan di tengah banyaknya perbedaan. Jangan sampai karena perbedaan selera atau pendapat, kita malah terpecah.
Di sinilah peran orang tua, guru, dan lingkungan sangat besar. Generasi muda perlu dibekali pemahaman bahwa menjadi modern itu bukan berarti kehilangan identitas. Kita bisa berpakaian trendi, melek teknologi, dan berbicara dalam bahasa asing—tapi tetap menjunjung nilai gotong royong, hormat pada orang tua, dan peduli pada sesama.
Pancasila tidak pernah mengajarkan kita untuk menolak globalisasi. Justru Pancasila memberi kita dasar agar mampu memilih mana budaya yang baik dan mana yang tidak cocok dengan nilai kita. Kita boleh terbuka, tapi tetap punya batas. Kita boleh modern, tapi jangan lupa akar budaya sendiri.
Penutup
Di tengah derasnya budaya asing dan pengaruh global, Pancasila adalah kompas kita. Ia mengingatkan kita untuk tetap jadi bangsa yang berkarakter, bermartabat, dan tahu arah. Bukan berarti menutup diri dari dunia luar, tapi justru menjadikan nilai-nilai Pancasila sebagai pijakan saat kita melangkah lebih jauh. Kita bisa jadi bagian dari dunia global tanpa kehilangan jiwa sebagai bangsa Indonesia.