Konflik baru antara Iran dan Israel yang berlangsung selama 12 hari akhirnya berakhir dengan gencatan senjata yang dimediasi Amerika Serikat, namun situasi di kawasan Timur Tengah masih dipenuhi ketegangan dan ketidakpastian.
Serangan AS Terhadap Fasilitas Nuklir Iran
Eskalasi konflik mencapai puncaknya ketika Amerika Serikat melakukan serangan udara terhadap tiga fasilitas nuklir Iran pada akhir pekan lalu, yakni fasilitas Fordow, Natanz, dan Isfahan. Presiden Donald Trump menyatakan bahwa Iran “tidak akan membangun bom untuk waktu yang sangat lama” menyusul serangan tersebut.
Namun, penilaian intelijen awal AS menunjukkan bahwa serangan tersebut tidak menghancurkan komponen inti program nuklir Iran dan kemungkinan hanya menunda program tersebut selama beberapa bulan. Kepala Badan Energi Atom Perserikatan Bangsa-Bangsa mengonfirmasi bahwa serangan Trump terhadap program nuklir Iran menyebabkan “kerusakan besar” terhadap kemajuan negara tersebut.
Korban dan Dampak Kemanusiaan
Konflik ini telah menimbulkan korban jiwa yang signifikan. Dalam serangan Israel terhadap kompleks penjara Evin di Tehran, dilaporkan 71 orang tewas. Iran juga menggelar pemakaman kenegaraan untuk para komandan militer tinggi dan ilmuwan yang tewas dalam perang dengan Israel.
Sementara itu, di Tel Aviv, para demonstran terus menuntut gencatan senjata di Gaza untuk mengamankan pembebasan sandera yang masih ditahan.
Peran Amerika Serikat dalam Konflik
Amerika Serikat secara resmi memasuki konflik pada 22 Juni dengan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran. Langkah ini menandai pergeseran dari tujuan strategis bersama menuju penggunaan kekuatan militer yang terkoordinasi antara AS dan Israel.
Senat AS menolak resolusi yang didorong Demokrat yang bertujuan membatasi kemampuan Presiden Trump untuk menggunakan aksi militer terhadap Iran tanpa persetujuan Kongres.
Gencatan Senjata yang Rapuh
Meskipun gencatan senjata telah berlaku, Kepala Pasukan Pertahanan Israel menyatakan bahwa “kampanye melawan Iran belum berakhir.” Presiden Trump sendiri mengaku “tidak senang” dengan baik Israel maupun Iran setelah jam-jam pembuka gencatan senjata yang rapuh diwarnai dengan laporan pertukaran serangan.
Trump telah memerintahkan Israel untuk menarik pilot-pilotnya dan berjanji bahwa Israel tidak akan menyerang Iran lagi dalam kerangka perjanjian gencatan senjata.
Tantangan Diplomatik ke Depan
Para analis menekankan perlunya kerja diplomatik untuk membangun kembali hubungan agar dapat dibuat kesepakatan yang berkelanjutan, mengingat negara-negara masih skeptis satu sama lain. Situasi ini menunjukkan betapa kompleksnya dinamika geopolitik di Timur Tengah dan tantangan dalam mencapai perdamaian yang berkelanjutan.
Konflik Iran-Israel terbaru ini tidak hanya menunjukkan eskalasi ketegangan regional, tetapi juga peran yang semakin aktif Amerika Serikat dalam konflik Timur Tengah di bawah pemerintahan Trump yang baru.