Dalam beberapa tahun terakhir, dunia pendidikan Indonesia mulai bergerak ke arah yang lebih bermakna: pembelajaran yang tidak hanya fokus pada pencapaian akademik, tetapi juga pada penguatan identitas budaya. Hal ini tercermin dalam sebuah modul terbuka Biologi kelas XII yang disusun oleh Alia Nuranti dari SMA Negeri 6 Pekanbaru, berjudul Evolusi Keanekaragaman Spesies sebagai Tanaman Obat Herbal sebagai Bentuk Pengetahuan Lokal Masyarakat Melayu.
Sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi, saya merasa modul ini merupakan contoh konkret bagaimana pendekatan etnopedagogi dapat diimplementasikan secara efektif dalam kurikulum. Evolusi—yang seringkali dianggap sebagai topik abstrak dan sulit dipahami siswa—dihadirkan dalam konteks lokal yang familiar: penggunaan tanaman obat oleh masyarakat Melayu. Ini adalah langkah cerdas dan relevan dalam menjembatani konsep ilmiah dengan praktik kehidupan sehari-hari.
Lebih jauh lagi, integrasi ini tidak hanya memperkaya pemahaman kognitif siswa, tetapi juga memperkuat karakter mereka sebagai pelajar Pancasila. Dimensi seperti bernalar kritis, bergotong-royong, dan akhlak terhadap alam tercermin jelas dalam desain pembelajarannya yang menggunakan model Problem Based Learning . Siswa tidak pasif, tetapi aktif mengeksplorasi, berdiskusi, dan merefleksikan—sesuatu yang sangat dibutuhkan di era abad 21.
Sebagai pelajar, saya sangat mendukung pendekatan seperti ini untuk dipelajari dan dijadikan praktik umum dalam pendidikan Indonesia. Kita sering lupa bahwa ilmu pengetahuan modern dan kearifan lokal tidak harus saling bertentangan—justru bisa saling memperkuat. Ketika siswa mengenal bunga kembang sepatu bukan hanya dari fungsi biologisnya, tetapi juga manfaatnya dalam pengobatan tradisi, maka ilmu itu menjadi lebih hidup dan kontekstual.
Namun tentu saja, masih banyak tantangan. Tidak semua guru memiliki akses atau pelatihan untuk mengembangkan modul seperti ini. Diperlukan dukungan dari institusi pendidikan tinggi, dinas pendidikan, dan kementerian untuk mendorong lahirnya lebih banyak modul berbasis budaya lokal di berbagai mata pelajaran.
Modul seperti yang disusun Bu Alia Nuranti ini membuktikan bahwa pendidikan bisa sendiri berpijak pada akar budaya tanpa kehilangan daya saing global. Semoga semakin banyak guru yang terinspirasi untuk mendesain pembelajaran serupa—berbasis lokal, berpikir global.
Oleh: Alia Nuranti
Mahasiswa Pendidikan Biologi, Universitas lancang kuning