Dibangun dari Dana Desa Buanajaya, akses antarwilayah kini lebih aman. Warung Barokah di jalur Babakan Kadu jadi tumpuan harapan pelintas.
BOGOR–CIANJUR – Akses penghubung antara Kabupaten Bogor dan Cianjur di kawasan perbukitan kini semakin terbuka. Jembatan baja Cimapag, yang menghubungkan Desa Buanajaya, Kecamatan Tanjungsari (Bogor) dengan Kampung Talaga, Desa Cigunungherang, Kecamatan Cikalongkulon (Cianjur), akhirnya rampung dibangun dan mulai digunakan warga.
Selama bertahun-tahun, warga hanya mengandalkan jembatan kayu yang rawan ambruk dan licin saat hujan. Kini, berkat pembangunan yang dilakukan oleh Pemerintah Desa Buanajaya melalui Dana Desa di bawah pimpinan Kades Sudrajat, struktur jembatan telah diganti dengan jembatan baja, menjadikannya lebih aman dan kokoh untuk dilintasi kendaraan roda dua.
“Dulu kalau hujan deras, kami tidak berani lewat. Sering dorong motor karena takut jatuh. Sekarang sudah jauh lebih aman,” ungkap Pahrudin (52), warga Kampung Talaga yang sekarang mendirikan warung sederhana di Kramat Ronggeng, Dusun Talaga, yang rutin belanja kebutuhan warungnya ke Babakan Kadu, Buanajaya.
Jembatan baja ini memiliki lebar sekitar satu meter lebih dan meski hanya bisa dilalui oleh satu sepeda motor dalam satu waktu, keberadaannya sangat krusial. Akses ini mempersingkat perjalanan masyarakat dalam membawa hasil pertanian, menuju sekolah, puskesmas, hingga pasar di wilayah Bogor.
Perjuangan di Jalur Talaga – Babakan Kadu: Warung Kecil, Harapan Besar
Setelah menyeberangi jembatan Cimapag, para pelintas akan menghadapi jalur Babakan Kadu yang terkenal ekstrem. Jalan sempit, tanjakan terjal, dan tanah licin saat hujan membuatnya hanya bisa dilalui sepeda motor terutama motor trail.
Di tengah jalur sunyi itu, berdirilah Warung Barokah, tempat singgah sederhana yang menjadi penyelamat bagi banyak pelintas. Warung ini dikelola oleh Bu Ningsih dan Pak Pahrudin, pasangan suami istri yang memutuskan membuka usaha kecil di tengah hutan.
“Kadang orang cuma mau ngopi, minum, atau sekadar istirahat. Kalau motornya mogok, bisa duduk dulu di sini,” ujar Bu Ningsih sambil menyeduh kopi di tungku kayu bakar.
Dengan fasilitas sederhana, Warung Barokah Bu Ningsih menjadi titik penting di jalur terjal itu. Selain menawarkan minuman dan makanan ringan, warung ini juga menyediakan bantuan darurat bagi pelintas yang kelelahan atau mengalami kendala teknis, bahkan bisa menginap.
Harapan Warga: Perbaikan Jalan dan Lanjutan Infrastruktur
Meski pembangunan jembatan baja Cimapag telah membawa angin segar, warga berharap perhatian tidak berhenti di situ. Kondisi jalur Babakan Kadu yang masih rusak parah dan melewati perbukitan dengan jalan rusak parah menjadi tantangan tersendiri, terutama di musim hujan.
“Jembatan ini jadi jalan harapan kami. Tapi tolong juga lihat jalan setelahnya. Banyak warga yang butuh akses yang benar-benar layak,” harap Pak Pahrudin.
Pemerintah Desa Buanajaya sendiri dinilai warga telah menunjukkan komitmen kuat melalui pembangunan jembatan ini. Diharapkan, ke depan ada kolaborasi lintas wilayah antara Bogor dan Cianjur dalam memperkuat konektivitas antarpermukiman di daerah perbukitan yang selama ini terpinggirkan dari pembangunan infrastruktur.
Penutup
Jembatan baja Cimapag bukan hanya struktur logam yang membentang di atas sungai. Ia adalah simbol harapan, hasil gotong royong, dan bukti bahwa pembangunan bisa menyentuh wilayah-wilayah terluar jika ada kemauan dan keberpihakan.
Di tengah sunyi dan rimbun pepohonan, suara motor yang kini bisa melintasi jembatan dengan lebih aman terdengar seperti nada perubahan perlahan, tapi pasti. (Des, 18/6)