Dalam dunia modern yang semakin sadar akan isu kesehatan dan keberlanjutan, perdebatan antara penggunaan pigmen alami dan pigmen sintetis semakin mengemuka. Kedua jenis pigmen ini memiliki peran penting dalam industri pangan, kosmetik, tekstil, dan farmasi. Namun, muncul pertanyaan mendasar: mana yang lebih aman bagi tubuh dan lingkungan?
Pigmen Alami: Aman dan Ramah Lingkungan
Pigmen alami berasal dari sumber hayati seperti tumbuhan, hewan, maupun mikroorganisme. Contohnya adalah karotenoid, antosianin, dan klorofil yang banyak ditemukan dalam buah, sayuran, serta alga. Menurut penelitian Baranowska & Weiner (2025) dalam Health Problems of Civilization, karotenoid yang terdapat dalam jagung manis memiliki manfaat besar bagi kesehatan manusia, terutama dalam mencegah stres oksidatif dan penyakit degeneratif.
Studi lain oleh Maheswari & Janendra (2025) yang dipublikasikan di HAYATI Journal of Biosciences (Institut Pertanian Bogor) menunjukkan bahwa pewarna alami dari bunga “canang” dapat menggantikan pewarna sintetis berbahaya seperti metilen biru, yang diketahui bersifat toksik terhadap manusia dan lingkungan.
Selain aman untuk tubuh, proses produksi pigmen alami juga cenderung lebih ramah lingkungan karena tidak menghasilkan limbah kimia berbahaya. Hal ini ditegaskan dalam buku Environmental Impact and Regulatory Aspects of Biocolours (Chaudhary et al., 2025, Springer), yang menyebutkan bahwa biopigmen berkontribusi terhadap pengurangan emisi karbon dan pencemaran air industri.
Pigmen Sintetis: Stabil Tapi Berisiko
Sebaliknya, pigmen sintetis dibuat dari senyawa kimia turunan minyak bumi. Pewarna ini banyak digunakan karena stabilitas warna dan biayanya yang rendah. Namun, sejumlah penelitian menunjukkan bahwa pigmen sintetis dapat memiliki dampak negatif terhadap kesehatan dan lingkungan.
Penelitian oleh Kumbhar et al. (2025) dalam jurnal Environmental Claims Journal (Taylor & Francis) menemukan bahwa limbah pewarna sintetis dari industri tekstil menyebabkan pencemaran air serius, mengganggu ekosistem akuatik, dan berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan seperti alergi kulit dan gangguan hormonal.
Selain itu, menurut Losetty (2025) dalam buku Materials Research Foundations, bahan kimia dalam pigmen sintetis kosmetik dapat menyebabkan iritasi kulit dan efek toksik jangka panjang, terutama jika terakumulasi di jaringan tubuh.
Aspek Kesehatan dan Regulasi
Organisasi internasional seperti World Health Organization (WHO) dan European Food Safety Authority (EFSA) telah mengeluarkan pedoman ketat mengenai batas aman penggunaan zat pewarna sintetis dalam makanan dan kosmetik. Namun, seperti dicatat oleh Hasan et al. (2025) di Frontiers in Sustainable Food Systems, kepatuhan industri terhadap regulasi ini masih bervariasi di berbagai negara.
Para peneliti menyoroti pentingnya pendekatan bio-based innovation untuk memanfaatkan limbah pertanian sebagai sumber pigmen alami baru yang berkelanjutan, sehingga dapat mengurangi ketergantungan terhadap bahan sintetis yang berisiko tinggi.
Kesimpulan
Berdasarkan bukti ilmiah terbaru, pigmen alami terbukti lebih aman dan berkelanjutan dibandingkan pigmen sintetis. Meskipun memiliki kelemahan dari segi stabilitas dan biaya produksi, tren global kini bergerak menuju penggunaan pigmen alami yang didukung teknologi fermentasi mikroba dan bioteknologi hijau. “Transisi menuju pigmen alami bukan sekadar tren, tetapi kebutuhan ekologis dan etis untuk melindungi manusia dan bumi,” tulis Chaudhary et al. (2025).
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”











































































